Pramono Kecam Aksi Teror Sekolah di Jakut, Minta Aparat Tindak Tegas

- Pramono ingin Jakarta aman dan nyaman, prioritas utama pemerintah provinsi.
- Sekolah NJIS mendapat ancaman bom, namun tidak ditemukan adanya ancaman setelah penyisiran.
- Pelaku teror meminta tebusan Rp480 juta dalam bentuk kripto, namun tidak ditemukan alamat bitcoin yang dimaksud.
Jakarta, IDN Times – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengecam keras adanya ancaman teror yang terjadi di North Jakarta Intercultural School (NJIS), Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Selasa (7/10/2025) dini hari. Ia menegaskan, tindakan semacam itu tidak dapat ditoleransi dan meminta aparat penegak hukum menindak tegas pelakunya.
“Kalau ada teror dalam bentuk apa pun di Jakarta Utara, tentunya kami Pemerintah DKI Jakarta meminta kepada siapapun yang melakukan itu untuk ditindak. Kita dengan tegas mengatakan kita melawan itu,” ujar Pramono di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (10/10/2025).
1. Pramono ingin Jakarta aman dan nyaman

Pramono menegaskan bahwa keamanan dan kenyamanan warga Jakarta menjadi prioritas utama pemerintah provinsi. Ia ingin memastikan seluruh masyarakat, termasuk siswa dan tenaga pendidik di sekolah, merasa terlindungi dari segala bentuk ancaman.
“Saya selalu berkeinginan agar masyarakat Jakarta hidup aman dan nyaman. Kebersamaan dan kebhinekaan itu hal paling esensial, paling utama. Karena itu, kami pasti akan menangani hal ini dengan serius,” tegasnya.
2. NIS dapat ancaman bom

Sekolah North Jakarta Intercultural School (NJIS) di Kelapa Gading, Jakarta Utara mendapat ancaman teror bom pada Selasa (7/10/2025) dini hari.
Jibom Gegana Polda Metro Jaya bersama Polsek Kelapa Gading mulai melakukan penyisiran di lokasi pada pukul 00.15 WIB.
Penyisiran kemudian selesai sekitar pukul 00.30 WIB. Petugas tak menemukan adanya ancaman bom di sekolah bertaraf internasional tersebut.
3. Pelaku minta tebusan Rp480 juta dalam bentuk kripto

Kapolsek Kelapa Gading, Kompol Seto Handoko mengatakan, pelaku teror mengirimkan pesan WhatsApp menggunakan nomor Nigeria.
Pelaku meminta uang tebusan sebesar 30.000 USD atau sekitar Rp480 juta dalam bentuk kripto.
"Jika Anda tidak mengirimkan uangnya, kami akan langsung meledakkan alatnya. Telepon polisi, kami akan meledakkan alatnya di lokasi," tambahnya.
Namun, setelah polisi berkoordinasi dengan pihak kripto, tidak ditemukan alamat bitcoin yang dimaksud.