Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rasulullah Sudah Singgung HAM di Arafah, Jauh Sebelum Magna Charta

Pexels

Makkah, IDN Times - Pembahasan tentang pentingnya menghargai Hak Asasi Manusia (HAM) ternyata sudah dilakukan oleh Nabi Muhammad di masa kenabiannya. Kekhawatiran tentang pelanggaran HAM ini muncul jauh jauh sebelum piagam Magna Charta ditandatangani Raja John dari Inggris pada tahun 1215.

1. HAM adalah hak dasar, tak bisa diganggu gugat

Pinterest

Konsultan Ibadah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), KH Abdul Moqsith Ghazali mengatakan bahwa Rasulullah menyampaikannya dalam khutbahnya saat wukuf di Arafah, 9 Dzulhijjah 10 Hijriah atau tahun 632. ''Nabi bilang bahwa sesungguhnya harta kehormatan adalah suci dan tidak boleh diganggu oleh siapapun. Khutbah ini pun menimbulkan kesadaran kemanusiaan yang luar biasa,'' ujar KH Moqsith, kepada Media Center Haji, Sabtu (9/6/2024). 

Menurut KH Moqsith, khutbah Rasulullah menjadi momentum penting dalam sejarah HAM di dunia. Salah satu pesan utama yang disampaikan Nabi Muhammad adalah tentang larangan membunuh sesama manusia. Ini, kata dia, sejalan dengan apa yang disampaikan di dalam Al-Quran. Kitab Suci menyebut bahwa barangsiapa membunuh satu jiwa maka dia sama saja membunuh seluruh jiwa.

2. Ucapan Nabi tentang HAM harus direnungi di tengah banyaknya konflik global saat ini

ilustrasi (Pixabay.com/hosnysalah)

Ucapan Nabi dan firman Allah dalam Al-Quran itu menurut dia seharusnya menjadi perenungan umat manusia di tengah banyaknya konflik dan perang akhri-akhir ini. ''Apa yang disampaikan Nabi 14 abad lalu penting direnungkan kembali,'' ujarnya. 

Dalam khutbah itu, lanjut KH Moqsith, Nabi Muhammad menyampaikan seruannya denga kata ''umat manusia'', bukan hanya orang Islam. ''Kata Nabi, Tuhan kalian satu. Bapak umat manusia juga satu, yaitu adam, seluruh kita ini berasal dari adam,'' dia menambahkan. 

3. Kecuali soal ketakwaan, semua manusia sama di depan Allah

Unsplash

Filosofi penting lain yang bisa diambil saat wukuf di Arafah adalah soal kesetaraan. Di sana, semua manusia, dengan berbagai derajat harus menanggalkan pangkat dunianya. Mereka, terutama pria, diminta hanya mengenakan dua helai kain putih tak berjahit alias ihram. Ini menunjukkan bahwa ketakwaan manusia bukan diukur berdasarkan jabatan selama ia hidup, tapi soal ketakwaan. 

''Identitas kita semua di Arafah itu semua sama, sebagai tamu Allah. Jabatan itu sementara. Yang abadi hanya yang akan dibawa saat manusia berjumpa dengan Allah.''

Seperti diketahui, pada tanggal 15 Juni 2024 mendatang, atau tepatnya 9 Dzulhijjah, umat Islam yang sedang melaksanakan haji akan menunaikan wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah. Mereka akan melaksanakannya mulai matahari tergelincir di siang hari tanggal 9 Dzulhijjah hingga matahari terbit tanggal 10 Dzulhijjah. Selain berdiam diri dan berdoa, salah satu rangkaian wukuf adalah mendengarkan khutbah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us