Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rekam Jejak Meutya Hafid, dari Jurnalis hingga Ketua Komisi I DPR

(Instagram.com/@meutya_hafid)
(Instagram.com/@meutya_hafid)
Intinya sih...
  • Meutya Hafid diisukan masuk kabinet Prabowo-Gibran
  • Meutya Hafid, jurnalis berprestasi dengan pengalaman internasional
  • Meutya pernah diculik saat meliput pemilu di Irak pada 2005
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Meutya Hafid atau kerap dipanggil Meutya telah menjabat di DPR sejak tahun 2010 dan telah terlibat dalam Komisi I selama tiga periode berturut-turut. Dalam perannya sebagai Ketua Komisi I, Meutya fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan pertahanan, luar negeri, komunikasi, dan intelijen.

Saat ini nama Meutya dikabarkan akan digadang-gadang masuk ke dalam posisi menteri di kabinet Prabowo-Gibran. Informasi tersebut didapatkan dari Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Sarmuji.

Meski demikian, keputusan akhir mengenai posisi Meutya diserahkan sepenuhnya kepada Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih.

1. Meutya berkecimpung di dunia jurnalistik

(Instagram.com/@meutya_hafid)
(Instagram.com/@meutya_hafid)

Meutya Hafid memulai karier jurnalistiknya di Metro TV sebagai jurnalis, di mana ia tampil sebagai pembawa berita dan presenter untuk berbagai program. Dengan kemampuan komunikasi yang kuat dan penampilan yang menarik, ia berhasil mendapatkan perhatian publik, menjadikannya salah satu sosok yang dikenal di stasiun televisi tersebut.

Selama kariernya, Meutya tidak hanya meliput berita nasional, tetapi juga terlibat dalam peliputan peristiwa internasional yang penuh risiko, termasuk meliput pemilu di Irak.

2. Meutya raih penghargaan di bidang jurnalistik

(Instagram.com/@meutya_hafid)
(Instagram.com/@meutya_hafid)

Pada tahun 2007, Meutya menerima Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O'Neill dari pemerintah Australia, yang diberikan untuk menghormati mantan Atase Pers Kedutaan Australia, Elizabeth O’Neill. Penghargaan ini mencerminkan keberhasilan Meutya dalam meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap isu-isu kontemporer yang dihadapi oleh Australia dan Indonesia.

Selain itu, pada tahun 2008, ia juga dianugerahi penghargaan alumni Australia 2008 dalam kategori Jurnalisme dan Media, yang menunjukkan prestasinya di bidang jurnalisme. Penghargaan-penghargaan ini menjadikannya salah satu jurnalis terkemuka di Indonesia, serta memberinya modal pengalaman yang kuat dan dedikasi yang konsisten dalam memasuki dunia politik.

3. Meutya pernah jadi korban penyanderaan di Irak

(Instagram.com/@meutya_hafid)
(Instagram.com/@meutya_hafid)

Selama bekerja sebagai jurnalis di Metro TV, Meutya dikenal sebagai presenter berita dan mengelola berbagai program. Namun, kariernya tidak selalu berjalan lancar.

Pada 18 Februari 2005, saat meliput pemilu di Irak bersama rekannya, juru kamera Budiyanto, ia diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata. Setelah tiga hari, mereka berhasil dibebaskan dalam keadaan selamat. Pengalaman tersebut kemudian ditulisnya dalam buku berjudul 168 Jam dalam Sandera

4. Gagal dalam Pilkada

(Instagram.com/@meutya_hafid)
(Instagram.com/@meutya_hafid)

Pada tahun 2009, politikus Burhanudin Napitupulu meminta Meutya untuk bergabung dengan Partai Golkar dan menjadi calon anggota legislatif yang mewakili masyarakat Kota Medan, Daerah Pemilihan 1, Sumatra Utara. Namun, keberuntungannya belum berpihak padanya saat itu.

Setelah gagal memasuki DPR Senayan, Meutya ikut serta dalam pemilihan kepala daerah di Binjai. Ia berpasangan dengan H. Dhani Setiawan Isma S.Sos untuk mencalonkan diri sebagai Walikota dan Wakil Walikota Binjai untuk periode 2010-2015. Pasangan ini didukung oleh Partai Golkar, Demokrat, Hanura, PAN, Patriot, P3I, PDS, serta 16 partai non-fraksi DPRD Binjai. Namun, mereka belum berhasil meraih kemenangan.

5. Dilantik sebagai anggota DPR RI

(Instagram.com/@meutya_hafid)
(Instagram.com/@meutya_hafid)

Pada tahun 2010, Meutya Hafid dilantik sebagai anggota DPR dari Partai Golkar, menggantikan Burhanudin Napitupulu yang telah meninggal. Ia ditempatkan di Komisi XI yang membidangi Keuangan dan Perbankan.

Namun, ia hanya bertahan di posisi tersebut selama 17 bulan sebelum akhirnya dipindahkan ke Komisi I yang mengurusi Pertahanan, Luar Negeri, Komunikasi, dan Informasi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
Via Marchellinda Gunanto
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us