RI Perlu Terapkan CCS untuk Tekan Emisi dan Buat 80.000 Lapangan Kerja

Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Indonesia Carbon Capture and Storage Center (ICCSC), Belladonna Maulianda mengungkap pentingnya teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon CCS sebagai solusi untuk menekan emisi gas rumah kaca di Indonesia.
“Buat teman-teman yang mungkin belum terlalu paham Carbon Capture and Storage itu apa. Jadi kalau misalnya kita makan BBQ, kayak di Korean BBQ itu kan ada exhaust-nya tuh. Nah biasanya kayak gitu, jadi carbon capture itu kita taruh penangkapan-penangkapan gas rumah kaca di cerobong-cerobong, bisa di cerobong pabrik, cerobong pembangkit,” kata Belladonna.
Ia menjelaskan, gas rumah kaca hasil pembakaran ditangkap, kemudian dipisahkan antara CO2 dan gas lain. Selanjutnya, CO2 dicairkan agar lebih mudah ditransportasikan, baik melalui pipa, kapal, kereta, maupun truk.
Setelah itu, CO2 disimpan di lapisan bawah tanah, misalnya bekas lapisan minyak dan gas atau lapisan air dengan kadar garam tinggi.
“Nah ini tuh lapisannya dalam banget, jadi sekitar 9 kali tingginya Monas, atau sekitar 3.000 meter,” ujarnya.
Menurut Belladonna, penerapan CCS sangat penting karena perubahan iklim kini semakin nyata. Oleh karena itu, CCS perlu dikombinasikan dengan solusi lain berbasis alam seperti penanaman pohon dan mangrove.
“Kita tidak mau fokus hanya satu solusi, misalnya solusi CCS atau solusi NBS (nature based solution), tapi kita maunya dua-duanya maju. Karena kan kita mau mencapai target NDC atau nationally determined contribution, target pengurangan emisi negara kita, misalnya net zero emission di tahun 2050 atau 2060,” kata dia.
Belladonna menambahkan, ICCSC merupakan asosiasi non-profit, think tank independen yang mendukung pemerintah dan industri dalam menjalankan proyek-proyek CCS di Tanah Air.
Berdasarkan perhitungan ICCSC, CCS berpotensi membuka hingga 80.000 lapangan kerja per tahun dan mendukung target ekonomi pemerintah. Proyek CCS di Indonesia saat ini sudah ada 19 pre-projek dengan total investasi sekitar 43 miliar dollar dan tersebar merata di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua.
“Kita bisa mendukung target ekonominya Presiden Prabowo sekitar 0,4 sampai 0,6 persen kenaikan GDP,” kata Belladonna.