Waspada! Stok Obat Malaria di Mimika Papua Menipis

Obat malaria prioritas bagi anak dan ibu hamil

Timika, IDN Times - Stok Obat Anti Malaria (OAM) di Kabupaten Mimika, Papua,  mulai menipis sejak akhir Mei lalu. Untuk memenuhi kebutuhan obat anti malaria, Dinkes telah menetapkan kriteria bagi pasien terdiagnosa yang berhak menerima obat malaria.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Papua Reynold Ubra mengatakan stok obat malaria diperkirakan hanya mampu bertahan sampai beberapa pekan.

Baca Juga: Muncul DOB Papua, KPU Tetap Pakai Basis 34 Provinsi Pendaftaran Parpol

1. Dinkes Mimika dapat 400 boks obat malaria

Waspada! Stok Obat Malaria di Mimika Papua MenipisObat malaria biru IDN Times/ Ricky Lodar

Walaupun demikian, minggu lalu, Dinkes Mimika telah menerima 400 boks dan telah didistribusikan ke sejumlah faskes milik pemerintah.

"Stok obat malaria kami terima 400 boks dan kami distribusi ke faskes seperti RSMM RSUD dan Puskesmas," kata Reynold Ubra di Mimika, Senin (11/7/2022).

2. Ini alasan anak dan ibu hamil jadi prioritas

Waspada! Stok Obat Malaria di Mimika Papua MenipisIlustrasi nyamuk penyebab malaria (misionesonline.net)

Reynold menjelaskan, dengan keterbatasan obat malaria di Mimika, Dinkes memprioritaskan bagi pasien yang terkena malaria khusus bagi anak-anak dan ibu hamil.

Karena menurutnya, dua puluh lima persen di antara penderita malaria anak-anak dan ibu hamil, yang menyebabkan peningkatan berbagai risiko kesehatan seperti gangguan tumbuh kembang anak dan janin, stunting, keguguran, gangguan kecerdasan dan bahkan kematian.

"Tentu saja dengan stok yang terbatas kami membuat kriteria. Pertama kepada anak-anak dan ibu hamil," ujar Reynold.

Baca Juga: Top! Pandeglang Jadi Kabupaten Nol Kasus Malaria Selama 3 Tahun  

3. Per bulan Mimika butuhkan 15 ribu boks obat malaria

Waspada! Stok Obat Malaria di Mimika Papua Menipisilustrasi nyamuk pembawa penyakit malaria (pixabay.com/41330)

Beberapa kriteria menjadi prioritas sehingga penggunaan obat lebih efektif. Kabupaten Mimika yang merupakan daerah endemik malaria sangat membutuhkan banyak obat.

"Rata-rata setiap bulan 12 ribu sampai 15 ribu boks. Sebenarnya meningkatnya kasus malaria pertama karena ketidak patuhan masyarakat. Kedua kita masuk di musim penghujan, di mana kalau genangan air banyak terdapat jentik nyamuk," ungkap dia.

Ketiadaan stok obat malaria, Dinkes menganjurkan obat kina sebagai pengganti obat malaria biru.

Untuk itu, Dinkes mengimbau kepada para pasien terdiagnosa agar mengonsumsi obat hingga selesai, sehingga bisa menuntaskan malaria.

"Makannya kita mencegah agar tidak sakit dan minum obat sampai tuntas minum obat biru maupun obat coklat," tutur Reynold.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya