Sah! Profesor Heri Hermansyah Dilantik Jadi Rektor UI

- Prof. Dr. Ir Heri Hermansyah dilantik menjadi rektor UI periode 2024-2029, menggantikan Prof. Ari Kuncoro.
- Heri ingin meningkatkan peringkat UI di dunia internasional dengan fokus pada unggul dan dampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
- Langkah yang akan diambil Heri antara lain meningkatkan mobilitas sumber daya manusia (SDM) dan institusi serta partisipasi dosen dalam kegiatan internasional.
Jakarta, IDN Times - Universitas Indonesia (UI) pada Rabu (4/12/2024) memiliki rektor baru yaitu Prof. Dr. Ir Heri Hermansyah. Ia resmi dilantik menjadi rektor periode 2024-2029, menggantikan Prof. Ari Kuncoro.
Upacara pelantikan itu ditandai dengan pengambilan sumpah jabatan yang dilakukan langsung oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UI, Yahya Cholil Staquf. Prosesi kemudian dilanjutkan dengan pemasangan medali rektor dari Ari Kuncoro ke Heri.
Sekretaris MWA UI, Prof. Praswasti Wulan kemudian membacakan keputusan soal pengangkatan rektor baru. Pertama, memberhentikan dengan hormat Prof Ari Kuncoro sebagai Rektor UI periode 2019-2024. Di dalam keputusan itu, Ari juga mendapatkan ucapan terima kasih atas pengabdian dan jasa-jasanya ketika menjalankan tugas sebagai rektor.
"Kedua, mengangkat Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah sebagai rektor Universitas Indonesia periode 2024-2029," demikian isi putusan tersebut dibacakan di Balai Purnomo UI, Depok.
Poin ketiga yakni keputusan tersebut mulai berlaku pada 4 Desember 2024. Apa program Heri yang ingin segera diwujudkan?
1. Heri ingin mendongkrak peringkat UI di dunia internasional

Sementara, ketika ditanya program apa yang segera diwujudkan setelah menjabat rektor, Heri menyebut ingin meningkatkan peringkat UI di dunia internasional. Ada dua persepsi utama yang ingin dibentuk di dunia internasional, yaitu unggul dan memberikan dampak.
"Jadi kami akan men-drive seluruh kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi UI. Ada dua ciri tadi. Satu adalah ciri unggul, kedua adalah ciri impactful. Artinya, kami tidak hanya menjalankan suatu kegiatan, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, tetapi kita harus ada ukurannya. Ukurannya itu adalah apa? Dampak. Dampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara," kata Heri.
Ia juga mengungkapkan beberapa langkah untuk mendongkrak peringkat UI, mobilitas sumber daya manusia (SDM) dan institusi. Menurutnya, SDM UI harus meningkatkan kapasitas sehingga dapat bersaing di kancah global.
"Kalau kita lihat di negara yang universitasnya maju, dosen itu tidak lagi melihat dia alumni mana, tidak melihat dia lulusan mana, bahkan tidak melihat dia paspornya (negara) mana. Tetapi yang dilihat adalah kualitas dan kompetensinya. Semua negara dengan universitas yang maju itu mempekerjakan talent-talent terbaik yang datang dari negara manapun," tutur dia.
2. Dosen UI diharapkan tidak hanya jago kandang

Langkah lainnya yang bakal ditempuh oleh Heri yaitu meningkatkan partisipasi para dosen di berbagai kegiatan internasional. Para dosen diharapkan tidak hanya jago kandang dan berkutat di dalam kampus semata.
"Mereka (dosen) tidak hanya harus aktif di tingkat nasional. Tetapi, juga aktif dalam berbagai kegiatan akademik internasional dan itu akan menjadi suatu rekognisi, rekognisi internasional. Nah itu diperlukan untuk meningkatkan peringkat tadi," katanya.
Selain itu, Heri ingin meningkatkan institusi kampus UI. Salah satu caranya dengan memiliki program internasional. Gelar yang diberikan ganda atau double degree. Program tersebut, diyakini Heri bisa menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas institusi dalam negeri.
"Jadi, misal kita memiliki partners ya, rankingnya 14 dunia misalnya atau 18 dunia. Kita di sini ranking 206. Ijazah dengan double degree, kurikulum kita disamakan, dua tahun di kita, dua tahun di luar negeri dapat ijazah dari kita, dapat ijazah dari partner. Artinya apa? Ijazah universitas kita diakui setara dengan ijazah universitas partner yang rankingnya jauh di atas kita. Nah untuk bisa menuju ke sana, tentunya tadi, kita juga harus memperbaiki kualitas di dalam," tutur dia.
3. Heri Hermansyah jadi guru besar di usia 37 tahun

Heri berhasil mendapatkan 18 suara pada pemilihan rektor periode 2024-2029 September lalu. Calon rektor UI lainnya, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP FACG dari Fakultas Kedokteran UI memperoleh 1 suara, sedangkan Teguh Dartanto PhD dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI memperoleh 4 suara.
Totalnya ada 23 suara yang masuk berasal dari 15 anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UI dan 8 suara dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Ia menjadi guru besar di usia 37 tahun pada 2013 lalu. Pada saat menjadi rektor UI, usianya 48 tahun. Sebelum mengawali karier sebagai dosen, Heri menimba ilmu di Fakultas Teknik UI pada jurusan Teknik Gas dan Petrokimia tahun 1994 - 1998 untuk jenjang S1.
Semasa mahasiswa, Profesor Heri meraih sederet penghargaan. Salah satunya, Mahasiswa Berprestasi UI Bidang Penalaran (1997). Lalu pernah menjadi Mahasiswa Terbaik TGP FTUI selama 3 tahun berturut-turut pada tahun 1995 - 1997.
Ia kemudian melanjutkan S2 dan S3 Departemen Teknik Kimia, Tohoku University, Jepang pada 2003 dan 2006. Pada 2019, Heri menyandang gelar Profesi Insinyur Teknik Kimia dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Badan Kejuruan Kimia.
Ia juga pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik UI periode 2022-2026,dan menjabat sebagai Program Director SMART CITY UI 2017-2020. Heri tercatat juga pernah menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) UI pada 2016-2018.