Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

SBY Puji Prabowo yang Pilih Negosiasi dengan Trump soal Tarif Impor

Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika bersilaturahmi dengan Presiden Prabowo Subianto. (Tangkapan layar YouTube Sekretaris Kabinet)
Intinya sih...
  • Presiden SBY mendukung kebijakan Prabowo dalam menangani tarif impor AS
  • SBY memuji strategi negosiasi "dual track" dan langkah BI untuk menjaga nilai tukar rupiah
  • Prabowo mengutus Menteri Airlangga dan Sri Mulyani untuk negosiasi tarif impor 32 persen dengan AS

Jakarta, IDN Times - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memuji kebijakan yang ditempuh oleh Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi tarif resiprokal yang dirilis oleh Amerika Serikat (AS). Alih-alih melakukan balas dendam dengan meningkatkan nominal tarif serupa bagi produk Negeri Paman Sam, Prabowo memilih untuk melakukan negosiasi. 

"Saya kira sudah tepat dan baik dengan lebih memilih negosiasi daripada retaliasi," ujar SBY di akun media sosialnya, dikutip Rabu (9/4/2025). 

Ia menyebut, strategi yang dipilih oleh Prabowo sebagai 'dual track strategy' yakni di satu sisi melakukan komunikasi dengan para pemimpin ASEAN dan sisi lainnya mengirimkan tim negosiasi yang kuat ke Washington DC. SBY yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu mengingatkan, ASEAN bukan hanya sudah menjadi masyarakat ekonomi tetapi juga merupakan sandaran dan pasar bersama di sub kawasan. 

SBY juga memuji langkah yang diambil oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter yang seiring dengan kebijakan otoritas fiskal. "Kedua institusi itu sama-sama menjaga dan mengamankan nilai tukar rupiah serta saham-saham Indonesia. Menurut saya langkah itu memang diperlukan," katanya. 

"Sebab, bila diserahkan ke mekanisme pasar semata, di tengah gonjang-ganjing pasar saham dan mata uang, maka bisa jadi nilai saham dan rupiah kita diganjar secara berlebihan," imbuhnya. 

1. Nilai tukar rupiah dan pasar saham bisa semakin anjlok bila tidak dinegosiasi

ilustrasi rupiah (unsplash.com/Mufid Majnun)

Lebih lanjut, SBY mengatakan, bila tidak ada langkah nyata usai pemberlakuan tarif impor 32 persen, maka pasar saham dan nilai mata uang bisa anjlok hingga menembus batas toleransi psikologis. "Kita punya banyak pengalaman tentang hal ini di masa lalu," kata SBY. 

SBY kemudian menyarankan agar pemerintah terus melakukan upaya gigih untuk menjaga ekonomi Indonesia. Apalagi intensitas perang tarif di dunia semakin meluas. 

"Perang dagang yang baru saja dimulai di tingkat global bisa berlangsung lama," ujarnya.

Oleh sebab itu, SBY mengusulkan dua langkah. Pertama, Indonesia harus mampu mencegah terjadinya krisis ekonomi di Tanah Air sekecil apapun. 

"Kedua, kita harus membuat ekonomi kita makin berketahanan (resilient) di masa depan," imbuhnya. 

2. SBY sarankan Prabowo perkuat fundamental ekonomi

Presiden ke-6 Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pengarahan kepada kepala daerah pada Retret Kepala Daerah 2025 di Lembah Tidar Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, Kamis (28/2/2025) (dok. Kemendagri)

SBY mendukung terus upaya pemerintahan Prabowo untuk memperkuat fundamental ekonomi, dan meningkatkan daya saing barang serta jasa yang dihasilkan di Tanah Air. Ia turut menyambut baik upaya Prabowo untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan agar masyarakat bisa memiliki penghasilan dan mendongkrak daya beli. 

"Saya juga mengapresiasi upaya untuk tetap menjaga keamanan fiskal agar kita tetap sehat, termasuk pengendalian utang negara. Kita harus terus bergerak cepat namun berlari jauh," tutur dia. 

3. Prabowo utus Menko Airlangga dan Sri Mulyani untuk negosiasi tarif impor

Presiden Prabowo Subianto ketika berbincang dengan enam pemimpin redaksi di Hambalang, Jawa Barat. (IDN Times/Krisnaji)

Sementara, Prabowo mengutus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk terbang ke Washington DC agar bisa menegosiasikan tarif impor 32 persen. Airlangga mengatakan, mulai 5 April 2025 lalu Negeri Paman Sam memberlakukan tarif 10 persen bagi produk-produk Indonesia. Kemudian, pada 9 April tarif 32 persen akan mulai resmi diberlakukan. 

Namun proses negosiasi masih harus menunggu, salah satunya karena banyak negara yang ingin bertemu otoritas Negeri Paman Sam. Lantaran mereka juga ingin bernegosiasi. 

"Bapak Presiden sudah mengarahkan setelah hari ini kami akan memberikan masukan kepada Amerika Serikat bisa memberikan respons dan harapannya tentu Amerika sendiri, kan ini dikenakan kepada seluruh negara, maka pada waktu yang sama seluruh negara ingin bertemu dengan Amerika Serikat," ujar menteri dari Partai Golkar itu. 

Selaras dengan itu, pemerintah tengah mengkaji sejumlah upaya relaksasi perdagangan yang akan dituangkan dalam proposal dan ditujukan bagi AS. Komunikasi intensif juga telah terjalin dengan Pemerintah AS, salah satunya melalui US Trade Representative (USTR).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Sunariyah
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Sunariyah
EditorSunariyah
Follow Us