Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perang Dagang Dimulai, AS Kenakan Tarif 104 Persen untuk China

ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Intinya sih...
  • Trump akan mengenakan tarif 104% pada impor China sebagai awal perang dagang
  • China menaikkan tarif 34%, Trump menambahkan 50% setelah Beijing menepati janji
  • Pasar AS merespons negatif, saham turun akibat ancaman tarif tambahan

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif sangat tinggi kepada semua impor dari China, yakni sebesar 104 persen. Angka ini sangat tinggi dan menjadi awal mula dari perang dagang kedua negara tersebut usai tarif resiprokal diumumkan.

China bersiap menaikkan tarif sebesar 34 persen pada Rabu (9/4/2025), sebagai bagian dari paket tarif timbal balik Trump. Namun, presiden mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen setelah Beijing menepati janji untuk mengenakan tarif balasan sebesar 34 persen pada barang-barang AS, dengan menambahkan bea tambahan sebesar 84 persen.

1. China sebut tarif tambahan 50 persen kesalahan besar AS

Ilustrasi Bendera China (pixabay.com/marcel_elia-1451138)

Sehari sebelumnya, Kementerian Perdagangan China mengatakan, pihaknya menentang keras tarif tambahan sebesar 50 persen untuk impor dari Beijing. Menurut mereka, penambahan tarif pada China hanya menambah kesalahan demi kesalahan yang dilakukan AS. Kementerian tersebut berjanji untuk meningkatkan tindakan balasannya terhadap ekspor AS.

"Negara-negara seperti China, yang telah memilih untuk membalas dan mencoba menggandakan perlakuan buruk mereka terhadap pekerja Amerika, telah melakukan kesalahan," kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt, dikutip dari CNN.

Akibat pernyataan Leavitt, saham AS yang mulai melonjak pada Selasa pagi, bergerak turun. Pasar akhirnya mengakhiri hari dengan penurunan yang signifikan.

"China ingin membuat kesepakatan, mereka hanya tidak tahu bagaimana melakukannya," ujar Leavitt. Dia menolak untuk membagikan persyaratan apa, jika ada, yang akan dipertimbangkan Trump untuk menurunkan tarif pada China.

2. Trump beberapa kali menggandakan tarif ke China

Ilustrasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Pixabay/BarBus)

Pada Februari, Trump awalnya mengenakan tarif 10 persen untuk semua barang China, tanpa pengecualian, yang dikaitkan dengan dugaan peran negara tersebut dalam membantu imigrasi ilegal dan menyelundupkan fentanil ke AS. Bulan lalu, ia menggandakan tarif tersebut.

China, merupakan sumber impor terbesar kedua Amerika tahun lalu, mengirimkan barang senilai total 439 miliar dolar AS ke Amerika Serikat, sementara AS mengekspor barang senilai 144 miliar AS ke China. Tarif bersama tersebut mengancam akan merugikan industri dalam negeri dan berpotensi mengakibatkan pemutusan hubungan kerja.

Ketika masa jabatan pertama Trump berakhir, AS mengenakan tarif rata-rata sebesar 19,3 persen untuk barang-barang China, menurut analisis Peterson Institute for International Economic. Pemerintahan Biden mempertahankan sebagian besar tarif Trump sambil juga menambahkan tarif tambahan, sehingga tarif rata-rata menjadi 20,8 persen.

Mulai hari ini, total tarif rata-rata untuk ekspor Tiongkok ke AS akan melonjak hingga hampir 125 persen.

3. Tarif balasan China membahayakan berbagai sektor kerja sama termasuk film

Ilustrasi Bendera Kebangsaan China (Pixabay/mayns82)

Media pemerintah dan pengguna media sosial China telah menentang ancaman tarif tambahan Trump. Tindakan yang mungkin dilakukan China adalah termasuk menaikkan tarif secara signifikan pada produk pertanian AS seperti kacang kedelai dan sorgum, melarang impor unggas AS, menangguhkan kerja sama pada fentanil.

China juga dinilai akan membatasi akses pasar untuk layanan seperti konsultasi hukum, membatasi lebih lanjut atau melarang impor film AS, dan menyelidiki berapa banyak perusahaan Amerika memperoleh keuntungan dari kekayaan intelektual mereka di Tiongkok.

"China tidak memancing masalah, tetapi juga tidak takut akan masalah," tulis Liu Hong, seorang editor senior di kantor berita resmi Tiongkok Xinhua, yang membagikan daftar tersebut di akun media sosialnya.

Sementara putaran tarif Tiongkok sebelumnya menyebabkan lebih banyak bisnis Amerika beralih ke negara asing lain seperti Meksiko dan Vietnam untuk memproduksi barang, Tiongkok tetap menjadi sumber asing teratas untuk banyak barang.

Itu termasuk, antara lain, mainan, peralatan komunikasi seperti telepon pintar, komputer, dan berbagai macam barang elektronik konsumen lainnya. Semua barang ini kemungkinan akan segera membebani konsumen AS lebih banyak.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us