Varian Baru COVID-19 Bisa Bertambah, Menkes: Indonesia Harus Siap-Siap

Indonesia masih harus hadapi pandemik COVID-19 6 bulan lagi

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia harus bersiap dengan adanya sub varian baru COVID-19 lagi. Hal itu karena laporan kasus harian COVID-19 yang tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya mutasi. 

Ia mengatakan, kasus COVID-19 di Eropa dan Amerika mencapai di atas 100 ribu, sedangkan Jepang lebih dari 200 ribu. 

"Kasus konfirmasi harian setinggi ini pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru. Itu membuat Indonesia harus siap-siap. Kita sudah melihat adanya sub varian baru di Amerika juga Eropa karena adanya mutasi, karena adanya kasus konfirmasi yang sangat tinggi," kata Budi, Selasa (23/8/2022).

Baca Juga: Menkes: Indonesia Masuk Lima Negara Terbaik Tangani Pandemik COVID-19

1. Menkes sebut level imunitas masyarakat Indonesia terbukti sangat tinggi

Varian Baru COVID-19 Bisa Bertambah, Menkes: Indonesia Harus Siap-SiapDiskusi virtual bersama Menkes Budi G. Sadikin soal virus COVID-19 varian Omicron pada Senin (10/1/2022). (IDN Times/Uni Lubis)

Budi menjelaskan, level antibodi masyarakat Indonesia sudah terbukti sangat terlindungi. Saat ini, masyarakat Indonesia yang memiliki antibodi jumlahnya naik hingga mencapai 98,5 persen dengan level antibodi lebih dari 2000 unit per mililiter. 

"Itu sebabnya kenapa untuk kasus gelombang BA4, BA5 yang di Jepang, Eropa, Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, sedangkan di kita tidak. Karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi," kata Budi. 

Baca Juga: Data Lengkap Kasus COVID-19 di Indonesia per Senin 22 Agustus 2022

2. Vaksin dan infeksi kunci kekuatan antibodi masyarakat Indonesia

Varian Baru COVID-19 Bisa Bertambah, Menkes: Indonesia Harus Siap-Siapilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Budi mengatakan, tingginya level imunitas masyarakat Indonesia disebabkan oleh dua hal, yaitu vaksinasi dan infeksi. 

"Pertama, karena vaksinasi. Kita sangat gencar di bulan November, Desember, Januari juga masih tinggi. Kedua, alhamdulillah karena infeksi juga. Gelombang Omicron melanda Indonesia bulan Februari, Maret, itu sampai 60 ribu kasus per hari, lebih tinggi dari gelombang Delta," kata Budi. 

Menurut Budi, kombinasi antara vaksinasi pada bulan November dan Desember 2021, Januari 2022, serta infeksi pada Februari dan Maret 2022, membuat kadar antibodi masyarakat Indonesia tinggi pada Juni, Juli, dan Agustus 2022.

"Sehingga boleh dibilang, pada saat gelombang BA4, BA5 masuk, kita tidak terganggu sama sekali," ujarnya. 

Baca Juga: Epidemiolog: Antibodi Tinggi Tak Jamin Bebas dari Gelombang COVID-19

3. Indonesia masih harus hadapi pandemik COVID-19 selama 6 bulan lagi

Varian Baru COVID-19 Bisa Bertambah, Menkes: Indonesia Harus Siap-SiapIlustrasi COVID-19. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Menurut Budi, pada gelombang tersebut, Indonesia menjadi satu dari beberapa negara yang berhasil melampaui gelombang COVID-19 varian Omicron BA4 dan BA5 dengan sangat baik. 

"Nah sekarang ujiannya 6 bulan lagi. Sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023. Kalau kita benar-benar bisa melampaui itu sama seperti sekarang, Indonesia mungkin menjadi selected view negara yang bisa menangani pandemik ini 12 bulan berturut-turut," ujar Budi.

Dia mengatakan, cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga level imunitas masyarakat bisa setinggi saat ini.

"Nah, tantangannya kita vaksinasinya sudah nurut dan tidak ada infeksi sekarang," ucapnya.

Baca Juga: [Cek Fakta] Vaksinasi COVID-19 di Indonesia Masuk Lima Besar Dunia? 

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya