Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Soal Mahasiswa Indonesia Kerja Paksa di Taiwan, Ini Penjelasan TETO

IDN Times/Fitang Budhi
IDN Times/Fitang Budhi

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Taiwan dan Indonesia melakukan kerjasama dalam bidang pendidikan, dengan mengadakan program magang antara kampus yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan di Taiwan.

Namun baru-baru ini beredar informasi yang menyebutkan bahwa sejumlah mahasiswa Indonesia di Taiwan bukannya menuntut ilmu, melainkan diduga dipekerjakan secara paksa. Dalam sepekan, para mahasiswa itu dikabarkan hanya belajar di kelas selama dua hari. Setelah itu mereka bekerja empat hari di pabrik selama 10 jam, dan mendapat jatah satu hari untuk libur.

Ratusan mahasiswa Indonesia itu kabarnya dipekerjakan di sebuah pabrik lensa kontak di Hsinchu. Bagaimana kondisi sebenarnya? 

1. TETO sebut mahasiswa program magang dibatasi jam kerjanya

IDN Times/Fitang Budhi
IDN Times/Fitang Budhi

Menanggapi dugaan itu, Taipei Economic and Trade Office (TETO) Indonesia menampik keras adanya informasi tersebut. Ia mengatakan, setiap mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di Taiwan diperlakukan baik sesuai undang-undang yang berlaku di negara itu.

“Dalam magang, siswa pada tahun pertama tidak akan diizinkan untuk bekerja lebih dari 20 jam setiap minggu, kecuali di liburan musim panas dan musim dingin dan semua harus mendapatkan izin kerja dan menikmati semua hak, sesuai dengan ketentuan hukum perburuhan,” ujar Kepala Perwakilan TETO Indonesia John C. Chen di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (4/1).

2. Pemerintah Taiwan selalu pentingkan warga asing termasuk pekerjanya

IDN Times/Fitang Budhi
IDN Times/Fitang Budhi

Sebelumnya disebutkan, para mahasiswa itu bekerja dari pukul 07.30 sampai 19.30 waktu setempat. Mereka harus berdiri selama 10 jam dan membungkus setidaknya 30 ribu bungkus lensa kontak, dengan waktu istirahat hanya dua jam. Seperti dikutip surat kabar Taiwan News, Rabu (2/1).

“Pemerintah Taiwan selalu mementingkan kesejahteraan mahasiswa dan pekerja asing, dan sangat mewajibkan semua universitas dan perguruan tinggi yang berpartisipasi dalam Program Magang Industri-Universitas untuk mengikuti aturan dan peraturan yang relevan,” ungkap John C. Chen.

3. Mahasiswa bisa menolak tawaran magang bila tidak berkenan

(IDN Times/Fitang Budhi)
(IDN Times/Fitang Budhi)

John juga mengatakan bahwa setiap mahasiswa pada tahun kedua kuliahnya, baru diperbolehkan bekerja selama 20 jam dalam satu minggu dan berhak untuk tidak mengambil tawaran bekerja, bila tidak sesuai dengan minat dari mahasiswa tersebut.

“Jadi bila tidak cocok boleh dan berhak untuk tidak menerima tawaran tersebut, konsekuensinya tidak ada pemasukan untuk mereka. Yang sekolah ke Taiwan rata-rata kurang mampu, jadi dari Pemerintah Taiwan disubsidi 3 ribu USD sebagai beasiswa,” terangnya.

4. Tidak benar bila mahasiswa dipaksa makan Babi

(IDN Times/Fitang Budhi)
(IDN Times/Fitang Budhi)

Selain itu, ia juga membantah keras terkait informasi yang beredar bahwa mahasiswa Indonesia di Taiwan dipaksa memakan daging babi saat bekerja, tak terkecuali mahasiswa muslim.

“Mengenai Universitas Hsing Wu, Pemerintah Taiwan juga sudah dalam investigasi untuk mengetahui kebenarannya,” terang John C. Chen.

 

5. Pemerintah Taiwan akan berikan sanksi bila benar terjadi pelanggaran

IDN Times/Fitang Budhi
IDN Times/Fitang Budhi

Bila nanti dalam investigasi Kementerian Pendidikan Taiwan mendapatkan bahwa Universitas Hsing Wu melanggar aturan terkait, maka pemerintah setempat tidak akan segan-segan memberikan sanksi keras terhadap universitas tersebut.

“Pertama, menghilangkan hak universitas untuk berpartisipasi dalam program international kerja sama industri universitas. Kedua, setiap universitas yang terlibat dalam aktivitas magang ilegal akan dituntut,” tegasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sunariyah Sunariyah
EditorSunariyah Sunariyah
Follow Us

Latest in News

See More

Makin Mendunia, Warga Myanmar Antusias Belajar Bahasa Indonesia

07 Sep 2025, 23:26 WIBNews