Survei Charta Politika: Jokowi-Ma'ruf Masih Unggul dari Prabowo-Sandi

Jakarta, IDN Times - Survei Charta Politika terbaru menunjukkan bahwa pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 01 Joko 'Jokowi' Widodo-Maruf Amin lebih unggul dibandingkan dengan paslon Nomor Urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Survei tersebut merupakan hasil dari kecenderungan masyarakat terhadap Pemilu 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April 2019 mendatang.
"Laporan ini menyajikan hasil survei nasional tentang preferensi politik masyarakat Indonesia menjelang pemilihan umum tahun 2019," tulis Rilis Survei Nasional 'Peta Elektoral Terkini Pileg dan Pilpres 2019' yang diterima IDN Times, Rabu (16/1).
Pengumpulan data survei tersebut dilakukan pada 22 Desember 2018–2 Januari 2019 melalui wawancara tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner terstruktur (structured interview) terhadap 2000 orang masyarakat dewasa dan terdaftar sebagai pemilih. Usia minimum responden adalah 17 tahun atau sudah memenuhi syarat pemilih.
1. Elektabilitas Jokowi-Maruf unggul dari Prabowo-Sandi

Dari data tersebut diketahui, koresponden yang memilih paslon Jokowi-Maruf lebih banyak ketimbang yang menjatuhkan pilihan pada Prabowo-Sandiaga, terdapat dua metode yang digunakan yaitu tertutup dan terbuka kendati begitu keduanya masih dimenangkan oleh sang petahana.
"Pada pertanyaan terbuka, selisih antara pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto–Sandiaga Uno adalah 17,1 persen. Sementara 22,1 persen masyarakat menyatakan Tidak Tahu / Tidak Jawab dan pada pengujian secara tertutup, Joko Widodo–Ma’ruf Amin (53,2 persen) mengungguli Prabowo Subianto–Sandiaga Uno (34,1 persen). Sebanyak 12,8 persen masyarakat menyatakan Tidak Tahu / Tidak Jawab (undecided voters)," paparnya.
2. Sebanyak 2.000 responden tersebar di 34 provinsi Indonesia

Data tersebut didapatkan dari 2.000 koresponden yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia, serta margin of error + 2.19 dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan seimbang serta latar belakang agama dan pendidikan, pekerjaan, usia yang berbeda-beda.
"Sampel dipilih sepenuhnya secara acak (probability sampling) dengan menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling), dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap Kabupaten," jelasnya.
"Unit sampling primer survei (PSU) ini adalah desa/kelurahan dengan jumlah sampel masing-masing 10 orang di 202 desa/kelurahan yang tersebar di seluruh Indonesia. Quality control dilakukan terhadap hasil wawancara, yang dipilih secara random sebesar 20 persen dari total sampel. Dalam quality control tidak ditemukan adanya kesalahan berarti," ucapnya
3. Tidak ada paslon yang dipersepsikan negatif

Dari data tersebut, pada bagian Akseptabilitas dan Elektabilitas Calon Presiden/Wakil Presiden ditemukan citra negatif dari masing-masing paslon sudah tidak ditemukan lagi, terbukti dengan tingkat kesukaan masyarakat terhadap masing-masing paslon diatas 50 persen.
"Untuk Jokowi jumlah masyarakat kenal sebanyak 98 persen dan untuk suka 84,6 persen dan Ma'ruf Amin 84,4 persen mengaku kenal, suka 85,7 persen. Sedangkan Prabowo dikenal masyarakat sebanyak 90,8 persen tingkat suka sebesar 81,3 persen, Sandiaga dikenal 82,6 persen yang suka 83,4 persen," papar survei tersebut.
4. Jumlah swing voters menurun

Pada bagian, Kemantapan Pilihan dan Persepsi terhadap Calon Presiden ditemukan data jumlah swing voters sudah semakin sedikit dibuktikan dengan koresponden yang sudah menetapkan pilihan diatas 50 persen sedangkan koresponden yang masih ragu sebanyak 14,6 persen dan yang tidak menjawab sejumlah 14,1 persen.
"Tingkat kemantapan pilihan masyarakat berada di kisaran 70 persen yang menyatakan sudah mantap. Hal ini mengindikasikan bahwa pilihan sebagian masyarakat sudah sangat kuat. Jumlah swing voters relatif rendah," tuturnya.
5. Visi misi dan program kerja jadi perhitungan para koresponden dalam memilih

Masih dalam bagian yang sama, para koresponden menetapkan pilihannya karena beberapa faktor salah satunya karena visi misi dan program kerja dari masing-masing paslon. Terbukti sebanyak koresponden memilih visi misi sebanyak 21,3 persen disusul dengan tawaran program sebanyak 15,5 persen dan faktor lingkungan sebanyak 7,2 persen.
"Visi, misi, dan program kerja yang ditawarkan menjadi alasan utama pemilih mengambang di dalam pertimbangan untuk memilih kandidat Capres-Cawapres," jelasnya.