Survei IMGR: Gen Z dan Milenial Tak Suka Berpolitik Terlalu Formal

- Generasi Milenial cenderung dibentuk oleh harapan pada masa reformasi dan kekecewaan terhadap realita politik. Mereka mendorong representasi dan perubahan kebijakan melalui pengalaman hidup.
- Gen Z menggunakan media sosial untuk menyuarakan opini politik, mulai dari meme hingga utas edukatif. Kolaborasi pun terjadi secara organik, seperti dalam penyusunan petisi atau dokumen terbuka berbasis platform daring.
Jakarta, IDN Times - Generasi muda Indonesia, terutama kelompok Milenial dan Gen Z, menunjukkan perubahan signifikan dalam cara memaknai dan menjalani partisipasi politik. Politik kini tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang eksklusif dan terpusat di ruang-ruang formal, melainkan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang lebih personal, fleksibel, dan digital.
Jika generasi sebelumnya menempuh jalur konvensional seperti pemilu dan keanggotaan partai politik, generasi muda masa kini menempuh rute yang berbeda. Mereka tetap aktif dan vokal, namun keterlibatan tersebut kerap kali tidak terlihat di bilik suara atau gedung parlemen.
Perubahan fenomena terhadap generasi muda ini merupakan temuan dalam survei terbaru Indonesia Millennial and Gen Z Report (IMGR) 2026 yang dibuat IDN Research Institute.
1. Milenial: Aktivisme berbasis pengalaman

Generasi Milenial cenderung dibentuk oleh harapan pada masa reformasi dan berbagai kekecewaan terhadap realita politik sehingga pendekatan aktivismenya lebih pragmatis.
Mereka mendorong representasi dan perubahan kebijakan melalui pengalaman hidup dan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya.
Pendekatan ini menunjukkan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan, sekaligus dorongan untuk memperbaiki sistem secara bertahap melalui jalur yang mereka percayai.
2. Gen Z kritik politik melalui meme dan kolaborasi digital

Sementara, Gen Z tampil dengan gaya yang lebih ekspresif, cepat, dan sangat digital. Generasi ini menggunakan media sosial untuk menyuarakan opini politik. Mulai dari meme, cerita pendek, hingga utas edukatif di media sosial. Kolaborasi pun terjadi secara organik, seperti dalam penyusunan petisi atau dokumen terbuka berbasis platform daring.
Bagi mereka, keterlibatan politik bisa dilakukan kapan saja dan melalui cara apa saja, selama pesan yang ingin disampaikan tetap kuat dan relevan.
3. Gen Z dan Milenial cenderung suka menyodorkan solusi

Meski memiliki pendekatan yang berbeda, kedua generasi ini memiliki pandangan tujuan yang sama, yakni membangun sistem yang lebih inklusif, responsif, dan berkelanjutan. Mereka tidak hanya mengkritisi kebijakan yang dianggap bermasalah, tetapi juga menawarkan solusi konkret dan membangun gerakan yang bersifat prototipikal.
Mulai dari kampanye kebersihan di lingkungan sekitar, diskusi daring mengenai isu gender dan iklim, hingga penyusunan inisiatif kebijakan alternatif, semua menjadi bentuk nyata dari partisipasi mereka.
Bagi generasi muda Indonesia, kewarganegaraan bukan lagi urusan lima tahunan. Ini adalah komitmen jangka panjang yang dijalani setiap hari. Penelitian tersebut memaparkan, keterlibatan mereka bersifat interseksional, terus-menerus dan kadang subversif terhadap sistem yang stagnan.
Mereka bukan hanya bagian dari demokrasi Indonesia, tetapi mereka sedang menulis ulang narasinya dengan bahasa mereka sendiri, alat mereka sendiri, dan cara mereka sendiri.
IDN menggelar Indonesia Summit 2025, sebuah konferensi independen yang khusus diselenggarakan untuk dan melibatkan generasi Milenial dan Gen Z di Tanah Air. Dengan tema "Theme: Thriving Beyond Turbulence Celebrating Indonesia's 80 years of purpose, progress, and possibility". IS 2025 bertujuan membentuk dan membangun masa depan Indonesia dengan menyatukan para pemimpin dan tokoh nasional dari seluruh nusantara.
IS 2025 diadakan pada 27 - 28 Agustus 2025 di Tribrata Dharmawangsa, Jakarta. Dalam IS 2025, IDN juga meluncurkan Indonesia Millennial and Gen-Z Report 2026.
Survei ini dikerjakan oleh IDN Research Institute. Melalui survei ini, IDN Media menggali aspirasi dan DNA Milenial dan Gen Z, apa nilai-nilai yang mendasari tindakan mereka. Survei dilakukan pada Februari sampai April 2025 dengan studi metode campuran yang melibatkan 1.500 responden, dibagi rata antara Milenial dan Gen Z.
Survei ini menjangkau responden di 12 kota besar di Indonesia, antara lain Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Medan, Palembang, Solo, Banjarmasin, Balikpapan, dan Makassar.