TNI Sebut Mama Hertina Tewas Akibat Tindak Kekerasan OPM

- Mama Hertina meninggal karena tindak kekerasan OPM, bukan TNI
- Klarifikasi dari TNI menyebut Mama Hertina mengalami gangguan kejiwaan dan dicegat kelompok OPM
- Sejumlah kasus kekerasan di Papua mencatat 71 orang tewas dalam 85 kasus kekerasan di tanah Papua
Jakarta, IDN Times - Mabes TNI membantah anggotanya sudah membakar hidup-hidup warga Papua bernama Mama Hertina Mirip di Intan Jaya, Papua Tengah. TNI menyebut Mama Hertina meninggal akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Informasi bahwa Mama Hertina meninggal akibat perbuatan anggota TNI disampaikan lewat surat terbuka yang diklaim ditulis atas nama Antonia Hilaria Wandagau.
"Informasi tersebut dipastikan tidak benar dan menyesatkan. Klarifikasi dari pihak berwenang dan masyarakat lokal menyatakan bahwa Mama Hertina meninggal akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), bukan aparat TNI," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Kristomei Sianturi dalam keterangan tertulis pada Senin (26/5/2025).
Berdasarkan keterangan saksi, perempuan lanjut usia itu mengalami gangguan kejiwaan. Ia sering berada di tengah hutan seorang diri.
Kristomei menyebut Mama Hertina kali terakhir terlihat hidup pada 15 Mei 2025 lalu usai mengungsi ke Kampung Mamba Bawah akibat ancaman dari kelompok bersenjata. Jenderal bintang dua itu menegaskan tidak ada keterlibatan prajurit TNI dalam insiden tersebut.
"Ini murni hoaks yang dirancang untuk membentuk opini sesat bahwa TNI telah membunuh warga Papua. Faktanya, sudah sejak 15 Mei 2025, TNI telah ditarik dari Kampung Sugapa Lama atas permintaan Bupati dan tokoh masyarakat setempat," tutur dia.
1. Mama Hertina disebut dibunuh oleh kelompok OPM pimpinan Daniel Kogoya

Lebih lanjut, Kristomei mengatakan Mama Hertina sempat dilaporkan hilang dari posko pengungsian. Warga menduga ia kembali ke kampung asalnya.
"Tetapi, di dalam perjalanan, ia dicegat dan ditembak oleh kelompok bersenjata OPM pimpinan Daniel Aibon Kogoya yang menuduhnya sebagai mata-mata TNI," kata Kristomei.
Jenazah Mama Hertina ditemukan meninggal dunia pada 23 Mei 2025 di Kampung Dugusiga, Distrik Sugapa.
2. Mama Hertina disebut TNI tak memiliki anak

Kristomei juga menyebut Mama Hertina tidak memiliki anak. Informasi tersebut, kata Kristomei diperoleh berdasarkan keterangan warga dan tokoh adat.
"Mama Hertina tidak memiliki keturunan dan nama Antonia Hilaria Wandagau tidak dikenal oleh masyarakat sekitar," kata mantan Kepala Dinas Penerangan TNI AD itu.
Ia menambahkan jenazah Mama Hertina langsung dimakamkan dengan prosesi adat pada 23 Mei 2025 lalu. TNI pun mengimbau masyarakat memverifikasi setiap informasi dan tak ikut menyebarkan hoaks. Terutama yang berkaitan dengan konflik bersenjata di Papua.
"Kami mengajak masyarakat untuk tidak mudah percaya pada narasi fitnah. Yang terjadi justru menunjukkan kekejaman kelompok separatis yang menebar teror bahkan terhadap warga yang tidak bersenjata," tutur dia.
Setiap upaya adu domba antara aparat dan masyarakat merupakan bagian dari strategi kelompok separatis untuk melemahkan kepercayaan publik. "Jadi, jangan terprovokasi," imbuhnya.
3. Tindak kekerasan di Papua terus meningkat

Sejumlah kekerasan yang terjadi di Papua menambah panjang daftar kekerasan di Bumi Cenderawasih itu. Selama 2024, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) perwakilan Papua mencatat 71 orang tewas dalam 85 kasus kekerasan di tanah Papua. Selain korban jiwa, pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan menjadi sorotan yang terdampak dari kasus kekerasan ini.
Selama periode 1 Januari-9 Desember 2024, Komnas HAM Papua menyebutkan, dari puluhan kasus kekerasan itu ada 114 orang menjadi korban. Sebanyak 71 orang tewas, 40 orang di antaranya warga sipil.
"Sebanyak 15 aparat keamanan meninggal, 15 orang sipil bersenjata meninggal, serta 1 warga negara asing meninggal," kata Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua Frits Ramandey ketika memberikan keterangan pers bertepatan dengan peringatan Hari HAM sedunia di Jayapura, Papua, 10 Desember 2024 lalu.
Frits menyebutkan, 85 kasus kekerasan itu terjadi di 18 kabupaten/kota setanah Papua. Kasus terbanyak masih didominasi wilayah Papua Tengah seperti Kabupaten Puncak, yakni sebanyak 12 kasus, Intan Jaya (11), dan Paniai (10). Ada pula daerah Papua Pegunungan, seperti Yahukimo (10) dan Pegunungan Bintang (7).
Selain itu, Komnas HAM Papua juga mencatat sejumlah kasus kekerasan juga terjadi wilayah lain di Papua, seperti di Manokwari (Papua Barat) dan Maybrat (Papua Barat Daya).