Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

2 Kuburan Massal Ditemukan di Libya, Berisi 49 Jenazah Migran

bendera Libya (pixabay.com/jorono)

Jakarta, IDN Times - Pihak berwenang Libya baru-baru ini menemukan dua kuburan massal, yang berisi hampir 50 jenazah, di gurun tenggara negara itu.

Direktorat keamanan, pada Minggu (9/2/2025), menyatakan bahwa satu kuburan massal, yang berisi 19 jenazah, ditemukan di sebuah pertanian di kota Kufra pada Jumat (7/2/2025). Sisa-sisa jenazah tersebut telah diambil untuk diautopsi.

Al-Abreen, badan amal yang membantu migran dan pengungsi di Libya timur dan selatan, mengungkapkan bahwa beberapa dari mereka tampaknya ditembak dan dibunuh sebelum dikuburkan.

1. Pihak berwenang lakukan pencarian lebih lanjut

Mohamed al-Fadeil, kepala kamar keamanan di Kufra, mengatakan bahwa kuburan massal lainnya juga ditemukan di kota tersebut setelah pihak berwenang menggerebek sebuah pusat penahanan migran. Sedikitnya 30 jenazah dikubur di sana.

Ia menambahkan bahwa hampir 70 orang dikubur di lokasi tersebut berdasarkan laporan dari korban selamat. Petugas juga masih melakukan pencarian di daerah itu.

Pada Minggu (9/2/2025) malam, pihak berwenang melaporkan telah membebaskan 76 migran dari pusat perdagangan manusia. Sedikitnya 3 orang ditahan karena diduga menyekap dan menyiksa para migran. Jaksa telah memerintahkan agar para tersangka untuk tetap ditahan sambil menunggu penyelidikan, dilansir dari France24.

2. Pelaku perdagangan manusia manfaatkan ketidakstabilan di Libya

Kuburan massal yang berisi jenazah migran bukanlah hal baru di Libya. Tahun lalu, pihak berwenang menemukan sedikitnya 65 jenazah migran di wilayah Shuayrif, sekitar 350 kilometer di selatan ibu kota, Tripoli.

Libya merupakan titik transit utama bagi migran dari Afrika dan Timur Tengah yang berusaha mencapai Eropa. Negara ini terjerumus ke dalam kekacauan setelah pemberontakan yang didukung NATO menggulingkan dan membunuh penguasa lama, Moammar Gadhafi, pada 2011.

Sejak saat itu, Libya yang kaya minyak dikontrol oleh pemerintahan yang saling bersaing, dengan masing-masing didukung oleh berbagai milisi dan pemerintah asing.

Ketidakstabilan ini dimanfaatkan oleh pelaku perdagangan manusia untuk menyelundupkan migran melintasi perbatasan negara tersebut. Mereka nantinya akan diangkut ke dalam perahu karet atau kapal lainnya yang tidak layak untuk menempuh perjalanan berisiko melalui rute berbahaya di Laut Mediterania Tengah.

3. Migran kerap alami penganiayaan di Libya

Selama bertahun-tahun, kelompok hak asasi manusia dan badan-badan PBB telah mendokumentasikan penganiayaan sistematis terhadap migran di Libya, termasuk kerja paksa, pemukulan, pemerkosaan dan penyiksaan. Para penyelundup juga kerap memeras keluarga migran sebelum mengizinkan mereka meninggalkan negara tersebut dengan perahu.

Menurut kelompok hak asasi manusia dan pakar PBB, mereka yang dicegat dan dikembalikan ke Libya, termasuk perempuan dan anak-anak, ditahan di pusat penahanan yang dikelola pemerintah. Di sana, mereka menjadi sasaran penyiksaan, pemerkosaan dan pemerasan, dilansir dari CNN.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us