6 Orang Terluka Akibat Serangan Pembakaran di Amerika Serikat

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya enam terluka setelah seorang pria membakar orang-orang di sebuah mall di kota Boulder, negara bagian Colorado, Amerika Serikat (AS). Biro Investigasi Federal (FBI) menyebut insiden itu sebagai teror yang disengaja.
Serangan terjadi pada Minggu (1/6/2025), ketika sejumlah orang yang tergabung dalam kelompok relawan 'Run For Their Lives' melakukan demonstrasi sebagai bentuk solidaritas terhadap para sandera Israel yang masih berada di Gaza.
FBI mengatakan, tersangka meneriakkan “Bebaskan Palestina” ketika melemparkan bom molotov dan menggunakan pelontar api rakitan ke arah para demonstran.
Para korban, yang berusia 67-88 tahun, segera dilarikan ke rumah sakit karena luka bakar dan cedera lainnya. Satu korban mengalami luka parah.
Sementara itu, tersangka, yang diidentikasi sebagai Mohamed Sabry Soliman, telah ditahan. Pria berusia 45 tahun itu juga dilaporkan terluka dan dibawa ke rumah sakit untuk menerima perawatan.
1. Tersangka berasal dari Mesir
Kepala Polisi Steve Redfearn enggan berspekulasi mengenai motif pelaku sebelum proses penyelidikan selesai. Namun, ia mengungkapkan bahwa demonstrasi tersebut berlangsung damai.
“Itu adalah sore Minggu yang indah di pusat kota Boulder, tepatnya di Pearl Street, dan tindakan ini sama sekali tidak dapat diterima. Saya mengajak Anda semua untuk bersama-sama mendoakan para korban, keluarga mereka, serta semua orang yang terdampak oleh tragedi ini," ujar Redfearn.
Dilansir dari CBS News, Soliman merupakan warga Mesir. Dia tiba di California pada 2022 dengan visa nonimigran, yang telah kedaluwarsa pada Februari 2023. Soliman tinggal di Colorado Springs baru-baru ini.
Agen khusus FBI, Mark Michalek, mengungkapkan bahwa sejauh ini tidak ada bukti yang mengaitkan tersangka dengan kelompok yang lebih besar.
“Kami masih dalam tahap awal proses investigasi dan kedua tim akan bekerja berdampingan secara kolaboratif," tambahnya, dikutip dari BBC.
2. Komunitas Yahudi di Boulder kecam serangan tersebut
Brooke Coffman, salah seorang saksi mata, mengatakan bahwa dirinya melihat empat perempuan tergeletak atau duduk di tanah dengan luka bakar di kaki mereka. Ia juga menyaksikan seorang pria, yang diduga sebagai pelaku, memegang sebuah botol kaca berisi cairan bening sambil berteriak.
“Semua orang berteriak, 'Ambil air, ambil air',” kata Coffman, yang merupakan mahasiswi di Universitas Colorado.
Gubernur Colorado, Jared Polis, menyatakan bahwa ia terus memantau situasi tersebut dengan seksama. Ia menyebutkan bahwa tindakan penuh kebencian dalam bentuk apa pun tidak dapat diterima.
Komunitas Yahudi di Boulder turut mengecam serangan tersebut.
“Kami sangat sedih dan terpukul mengetahui bahwa alat pembakar dilemparkan ke arah demonstran dalam acara Run for Their Lives di Pearl Street saat mereka sedang meningkatkan kesadaran tentang para sandera yang masih ditahan di Gaza,” kata anggota komunitas dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.
3. Dua staf kedutaan Israel tewas ditembak bulan lalu
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar, juga mengungkapkan keterkejutannya atas insiden tersebut. Dalam pernyataannya, ia menyebut serangan itu sebagai bentuk antisemitisme murni.
“Terkejut atas serangan teror antisemit yang mengerikan yang menargetkan orang Yahudi di Boulder, Colorado. Ini murni Antisemitisme, yang dipicu oleh pencemaran nama baik yang tersebar di media," tulisnya di X.
Pada 21 Mei, dua staf kedutaan Israel tewas ditembak saat menghadiri acara di Capital Jewish Museum di pusat kota Washington DC. Penyerang dilaporkan meneriakkan "Bebaskan Palestina" saat ditangkap. Ia didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama.
Ketegangan di AS meningkat akibat perang Israel di Gaza, yang telah memicu lonjakan kekerasan bermotif antisemit dan Islamofobia. AS merupakan sekutu setia Israel dan menjadi pemasok utama persenjataan bagi militer negara tersebut.
Lebih dari 54 ribu warga Palestina telah tewas dan sekitar 2,3 juta lainnya berada di ambang kelaparan parah akibat serangan genosida dan blokade Israel. Sementara itu, kelompok Hamas masih menahan sekitar 58 orang sandera yang ditangkap selama serangan di Israel pada 7 Oktober 2023.'