Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aktivis Rusia Divonis 22 Tahun karena Bantu Pengungsi Ukraina

Bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)
Bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)

Jakarta, IDN Times - Pengadilan militer di Belgorod, Rusia memvonis 22 tahun penjara kepada aktivis Nadezhda Rossinskaya alias Nadin Geisler, pada Jum'at (20/6/2025). Ia dinyatakan bersalah atas tuduhan pengkhianatan dan dukungan terhadap aktivitas teroris, karena membantu pengungsi Ukraina kemudian menyalurkan bantuan kemanusiaan di wilayah pendudukan Rusia.

Rossinskaya memimpin kelompok relawan Army of Beauties yang telah membantu sekitar 25 ribu warga sipil di Ukraina selama 2022–2023. Vonis ini menjadi salah satu hukuman terberat terhadap aktivis anti-perang di Rusia dan memicu kecaman luas dari komunitas hak asasi manusia.

1. Bantuan kemanusiaan yang dianggap pengkhianatan

Pada Februari 2024, Rossinskaya kembali ke Belgorod untuk membantu seorang warga Ukraina menyelamatkan 46 anjing ras. Tak lama kemudian, ia ditangkap atas tuduhan menggalang dana untuk Batalion Azov yang dianggap organisasi teroris oleh Rusia.

“Saya tidak pernah membuat unggahan itu. Tuduhan ini sepenuhnya dibuat-buat,” ujar Rossinskaya dalam persidangan.

Pengacaranya, Alexei Pryanishnikov, menyatakan kliennya murni menjalankan misi kemanusiaan. Namun jaksa menuntut hukuman 27 tahun penjara. Pengadilan akhirnya menjatuhkan vonis 22 tahun penjara di koloni umum, denda 320 ribu rubel (Rp66,7 juta), serta larangan mengelola situs web selama tiga tahun.

2. Kecaman internasional atas vonis

Vonis Rossinskaya menuai kritik dari organisasi internasional dan media independen. The Moscow Times menyebut hukuman ini sebagai bagian dari pola penindasan terhadap aktivis anti-perang.

“Rusia terus memperluas definisi pengkhianatan untuk membungkam suara-suara penentang,” tulis laporan media tersebut.

Dalam persidangan, Rossinskaya bahkan meminta hukuman 27 tahun dan satu hari, melebihi vonis terhadap Darya Trepova yang dihukum 27 tahun karena aksi pengeboman.

“Jika saya harus dihukum, biarkan saya mencatatkan rekor,” ujarnya, seperti dikutip Mediazona.

Kelompok hak asasi menilai tindakan Rossinskaya adalah bentuk keberanian, bukan kriminalitas.

“Ia menjadi sasaran karena keberaniannya menyelamatkan warga sipil di tengah perang,” ujar juru bicara organisasi HAM, dilansir The Straits Times.

Hukuman ini menambah deretan warga Rusia yang dijatuhi vonis berat hanya karena aktivitas kemanusiaan terkait Ukraina.

3. Latar belakang dan konteks politik

Rossinskaya berasal dari Belgorod dan sempat melarikan diri ke Georgia pada Mei 2023 setelah salah satu donatur ditangkap. Ia kembali ke Rusia untuk melanjutkan misi kemanusiaan, yang justru berujung pada penangkapannya. Kegiatannya mencakup pengiriman bantuan dan evakuasi warga sipil, termasuk anak-anak.

Sejak invasi ke Ukraina pada 2022, Rusia makin keras terhadap warganya yang menunjukkan simpati pada Ukraina. Seorang mahasiswa di Volgograd, misalnya, dijatuhi hukuman 12 tahun karena menyumbang 40 dolar AS (Rp655,4 ribu).

“Kami melihat pola yang jelas, tuduhan pengkhianatan dipakai sebagai alat untuk menghukum simpati terhadap Ukraina,” kata seorang analis politik, dilansir The Guardian.

Vonis Rossinskaya diperkirakan memperdalam krisis hak asasi di Rusia dan memperburuk relasi dengan komunitas internasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us