Anggota Parlemen Konservatif Inggris Serukan Gencatan Senjata di Gaza

Jakarta, IDN Times - Sekelompok anggota parlemen Konservatif di Inggris telah menulis surat kepada Menteri Luar Negeri David Cameron, untuk mendesak gencatan senjata segera di Gaza.
Kelompok yang beranggotakan 10 orang, termasuk mantan menteri Kabinet Kit Malthouse, David Jones dan George Eustice, mengatakan kepada Cameron bahwa mereka kecewa dengan sikap abstain Inggris dalam pemungutan suara PBB terkait gencatan senjata di Gaza.
“Kasus gencatan senjata bagi kami tampaknya tidak dapat dijawab, dengan ribuan warga sipil tewas dan terluka serta hampir dua juta orang terpaksa mengungsi,” tulis mereka.
1. Bristow sebut makin banyak orang yang mendukung gencatan senjata
Dalam sebuah postingan di media sosial X pada Senin (18/12/2023), Paul Bristow mengatakan dia termasuk anggota parlemen yang telah menulis surat kepada Cameron.
“Pada tanggal 26 Oktober saya menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza. Saya kehilangan pekerjaan sebagai PPS (sekretaris swasta parlemen)," kata Bristow.
“Saat ini semakin banyak anggota parlemen dari Partai Konservatif yang menyerukan gencatan senjata. Ini adalah berita besar. Cameron menyerukan perdamaian abadi. Setiap hari semakin banyak orang menyerukan gencatan senjata. Kami berada di sisi kanan sejarah.”
Dilansir The National, para pejabat pemerintah Inggris telah mengindikasikan bahwa sikap mereka terhadap operasi militer Israel di Gaza telah mengeras seiring dengan meningkatnya angka kematian warga sipil di Gaza,
“Bahasa kami jelas lebih keras terhadap Israel dan peluang (terhadap operasi militer di Gaza) sudah tertutup,” kata sumber pemerintah.
2. Sunak pekan lalu menyerukan gencatan senjata berkelanjutan di Gaza
Dilansir The Guardian, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pekan lalu mengubah pernyataannya dengan menyerukan gencatan senjata berkelanjutan, meminta Hamas untuk berhenti menembakkan roket ke Israel, dan melepaskan sandera dengan imbalan bantuan.
Surat dari pakar kebijakan luar negeri, termasuk mantan panglima angkatan bersenjata, juga mencatat adanya sedikit perubahan positif dalam sikap pemerintah akhir pekan lalu
“Namun, penolakan Inggris terhadap gencatan senjata adalah tindakan yang keliru secara strategis dan tidak dapat dipertahankan secara moral. Kebijakan militer konvensional sudah jelas: solusi politik menghentikan konflik, membebaskan sandera, dan melindungi warga sipil yang tidak bersalah. Pengeboman udara tidak bisa,” bunyi surat itu lebih lanjut.
“Pemungutan suara ini membuat AS dan Inggris semakin terisolasi, dan berisiko terlibat dalam pelanggaran hukum internasional di Gaza.”
Pada Selasa (19/12/2023), Cameron mengunjungi Paris dan Roma dalam upaya untuk mendorong persatuan Eropa dalam perang Israel-Gaza, Ukraina dan upaya untuk mengatasi migrasi ilegal.
3. Rumah sakit di Gaza membutuhkan bantuan dan keamanan
Kementerian Kesehatan Gaza pada Selasa melaporkan bahwa 19.667 orang tewas dan 52.586 lainnya luka-luka akibat serangan Israel di Gaza. Sementara itu, para pejabat PBB menyuarakan amarahnya terhadap situasi di rumah sakit, yang kekurangan pasokan dan keamanan.
“Saya sangat marah karena anak-anak yang baru pulih dari amputasi di rumah sakit kemudian dibunuh di rumah sakit tersebut,” kata James Elder, juru bicara badan anak-anak PBB (UNICEF), dikutip Reuters.
Ia mengungkapkan, Rumah Sakit Nasser, rumah sakit operasional terbesar yang tersisa di wilayah tersebut, telah dibom dua kali dalam 48 jam terakhir.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk kembali menyerukan gencatan senjata dan mengupayakan solusi dua negara.