Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Bantah Klaim Berikan Amnesti kepada Maduro

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. (twitter.com/NicolasMaduro)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), pada Senin (12/8/2024), menampik klaim memberikan tawaran amnesti kepada Presiden Venezuela Nicolas Maduro untuk meninggalkan jabatannya. Pihaknya mengklaim punya banyak pilihan untuk mendesak pemimpin sayap kiri Venezuela tersebut. 

Beberapa pekan setelah pilpres, Venezuela masih dilanda masalah transparansi dan ketidakjelasan hasil pilpres. Dewan Elektoral Nasional Venezuela (CNE) yang memihak pemerintah menyatakan Maduro menang pilpres tanpa mempublikasikan hasil pilpres secara menyeluruh. 

1. Tolak kabar yang dimuat dalam The Wall Street Journal

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS, Vedant Patel, mengklarifikasi kabar soal amnesti yang dimuat dalam The Wall Street Journal.

"Ini tidak benar. Kami tidak pernah menawarkan amnesti kepada Maduro atau pihak lainnya setelah pilpres Venezuela. AS memiliki banyak opsi untuk menekan Maduro dan mengembalikan Venezuela ke arah demokrasi. Ini adalah pertama kalinya pemerintah dan oposisi mulai membicarakan proses transisi demokrasi," tuturnya. 

Dilaporkan Reuters, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menambahkan bahwa tidak ada tawaran apapun sejak berakhirnya pemilu di Venezuela. 

"Sejak pilpres pada 28 Juli, kami tidak memberikan tawaran spesifik, terutama amnesti kepada Maduro atau lainnya. Apa yang dapat kami katakan adalah sejak pemiilu kami tidak membuat tawaran seperti itu," tegasnya. 

2. Machado ajak warga Venezuela demo tolak kecurangan CNE

Kandidat Presiden Venezuela, Maria Corina Machado. (twitter.com/MariaCorinaYA)

Pada hari yang sama, pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado, mengajak masyarakat turun ke jalan pada Sabtu (17/8/2024) untuk memprotes dugaan kecurangan CNE yang menyatakan kemenangan Maduro. 

"Hari ini, saya berbicara kepada Anda yang tidak mengakui diri Anda sendiri di Venezuela, tempat kita tinggal, siapapun yang memiliki anggota keluarga dengan jarak yang jauh dan yang lelah tinggal tanpa listrik, tanpa air, tidak tahu apa yang akan dimakan," ungkapnya, dikutip Mercopress

"Mereka terus mempersekusi Anda yang menyatakan apa pikiran Anda atau apa yang Anda tulis di jejaring sosial. Mereka memecat Anda untuk mengecam apapun yang disebut salah. Kami mengajak Anda yang terutama bagi yang kehilangan saudara akibat kekerasan rezim," tambahnya. 

Ia pun mengajak warga untuk membawa surat suara dan menunjukkan bahwa jutaan warga Venezuela memilih capres Edmundo Gonzalez Urrutia. 

3. Southern Command AS sebut solusi demokratis dapat akhiri krisis Venezuela

Komandan Southern Command AS, Jenderal Laura Richardson (tengah) di Ekuador, Kamis (25/1/2024). (twitter.com/USembassyEC)

Pekan lalu, Kepala Southern Command AS, Jenderal Laura Richardson menekankan bahwa solusi krisis politik di Venezuela setelah pemilu ini harus diselesaikan melalui jalur demokrasi bukan militer. 

"Saya akan kembali kepada apa yang sudah dibicarakan lainnya, beberapa dari pemimpin Parlemen AS mengatakan bahwa kami tidak perlu kembali pada solusi militer untuk masalah ini. Ini sangat sederhana, yakni secara demokratis dengan memublikasikan hasil pemilu," tutur Richardson, dilansir EFE.

"Dengan hasil ini, saya berharap demokrasi akan mengakhiri ini semua secara demokratis. Saya pikir transparansi pemungutan suara seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sudah menekankan soal ini, beserta presiden di Amerika Latin," tambahnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us