AS Hancurkan Kapal Narkoba Venezuela, 11 Orang Tewas

- AS hancurkan kapal narkoba Venezuela, menewaskan 11 orang.
- Trump perintahkan serangan langsung di wilayah tanggung jawab Komando Selatan AS.
- Trump tuduh Maduro kendalikan kartel narkoba, namun intelijen AS tidak sejalan dengan tuduhan tersebut.
Jakarta, IDN Times - Militer Amerika Serikat (AS) telah melancarkan serangan mematikan terhadap sebuah kapal di perairan internasional yang diduga mengangkut narkoba dari Venezuela. Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa serangan yang terjadi pada Selasa (2/9/2025) pagi itu menewaskan 11 orang yang diduga sebagai anggota geng Tren de Aragua.
Pengumuman mengenai serangan ini pertama kali disampaikan Trump secara tak terduga dalam sebuah konferensi pers di Ruang Oval Gedung Putih. Ia kemudian memberikan rincian lebih lanjut melalui unggahan di platform media sosialnya, Truth Social, yang disertai dengan rekaman video udara dari serangan tersebut, dilansir BBC.
1. Menyusul peningkatan militer AS di perairan dekat Venezuela
Serangan diperintahkan langsung oleh Trump yang mengklaim para target telah diidentifikasi sebagai bagian dari geng Tren de Aragua. Insiden ini terjadi di wilayah tanggung jawab Komando Selatan AS (SOUTHCOM) di Laut Karibia bagian selatan.
"Tolong jadikan ini sebagai peringatan kepada siapa pun yang berniat untuk membawa narkoba ke Amerika Serikat. WASPADALAH!" tulis Trump, dikutip dari Al Jazeera.
Operasi ini menyusul peningkatan kehadiran militer AS di kawasan Karibia dalam beberapa bulan terakhir. AS telah mengerahkan setidaknya tujuh kapal perang, satu kapal selam serang bertenaga nuklir, dan lebih dari 4.500 pelaut serta marinir AS.
Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyatakan bahwa pemerintahan Trump akan terus memburu kartel yang membanjiri AS dengan narkoba. Menurutnya, Venezuela adalah rute paling umum dalam penyebaran narkoba.
2. Trump tuduh Maduro kendalikan kartel narkoba
Trump menuduh geng Tren de Aragua beroperasi di bawah kendali Presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Kementerian Luar Negeri AS pada Februari lalu juga telah menetapkan kelompok kriminal asal Venezuela itu sebagai organisasi teroris asing.
Washington telah menaikkan imbalan untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro menjadi 50 juta dolar AS (sekitar Rp821 miliar). Di sisi lain, Maduro selalu membantah tuduhan ini.
Ia mengecam keras pengerahan militer AS di dekat negaranya. Ia menuduh Trump sedang berusaha menggulingkannya melalui ancaman militer dan campur tangan dalam urusan dalam negeri Venezuela.
"Ini adalah ancaman yang berlebihan, benar-benar kriminal, dan berdarah. Mereka ingin maju dengan apa yang mereka sebut tekanan maksimum, dan dalam menghadapi tekanan militer maksimum, kami juga telah menyiapkan kesiapan maksimum," kata Maduro, dilansir CNN.
3. Tuduhan Trump tidak sesuai temuan intelijen AS

Tuduhan Trump tidak sejalan dengan temuan dari komunitas intelijen AS sendiri. Sebuah laporan dari Dewan Intelijen Nasional yang dirilis pada Mei menemukan bahwa pemerintah Maduro kemungkinan besar tidak memiliki kebijakan untuk bekerja sama dengan geng tersebut.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa Maduro tidak mengarahkan operasi geng tersebut di AS, meskipun mengakui bahwa Venezuela menyediakan lingkungan yang permisif bagi kelompok itu untuk beroperasi. Namun, Rubio mengklaim serangan AS tersebut telah sesuai dengan hukum.
“Presiden telah menetapkan mereka sebagai organisasi teroris, dan memang benar demikian,” ujar Rubio.
Sebelumnya, pemerintah Venezuela telah meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk turun tangan. Mereka menuntut penghentian segera pengerahan militer AS di Karibia yang dianggap sebagai ancaman besar.