AS Izinkan Qatar Bikin Fasilitas Latihan Pilot F-15 di Idaho

- Qatar akan tanggung biaya pembangunan fasilitas latihan pilot F-15 di Idaho
- Qatar kesulitan melatih pilot di wilayah udaranya
- Keberadaan militer Qatar di AS menuai kritik
Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) mengizinkan pembangunan fasilitas khusus Angkatan Udara Qatar (QEAF) di pangkalan militernya. Fasilitas ini akan dibangun di Mountain Home Air Force Base, Idaho, untuk melatih pilot jet tempur F-15 Qatar.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dan mitranya dari Qatar, Sheikh Saoud bin Abdulrahman Al Thani, menuntaskan kesepakatan ini di Pentagon pada Jumat (10/10/2025). Fasilitas itu akan menampung jet F-15 Qatar dan pilot mereka untuk memperkuat pelatihan gabungan.
“Anda telah menjadi bagian penting dari kesepakatan Gaza, sebuah momen bersejarah. Kami berterima kasih atas kemitraan kuat yang kita miliki, cara Anda mendukung pasukan kami di Al Udeid, Yang Mulia, dan jalur komunikasi yang kita punya,” kata Hegseth, dilansir Fox News.
1. Qatar akan tanggung biaya pembangunan
Qatar telah membuat komitmen jangka panjang, yakni selama 10 tahun, untuk membangun dan memelihara fasilitas khusus ini. Pihak Qatar akan menanggung biaya penuh untuk seluruh konstruksi dan pemeliharaan fasilitas baru tersebut.
Fasilitas yang akan dibangun dari nol ini berfungsi sebagai ruang operasional skuadron pelatihan F-15QA Qatar. Tempat itu akan menyediakan ruang bagi pilot Qatar untuk berlatih, melakukan briefing sebelum terbang, dan mengatur jadwal penerbangan.
Kerja sama dengan Qatar ini dianggap lazim, sebab AS telah melakukan perjanjian serupa selama puluhan tahun dengan banyak sekutu lain. Mountain Home Air Force Base di Idaho sendiri saat ini juga menampung kontingen skuadron F-15SG dari Angkatan Udara Singapura sejak 2008. Kajian Angkatan Udara AS tahun 2022 mengungkap, fasilitas itu akan menampung 12 pesawat F-15QA Qatar dan sekitar 300 personel militer tambahan.
“Langkah ini akan memperkuat interoperabilitas, meningkatkan kesiapan bersama, dan memajukan tujuan pertahanan kedua belah pihak. Menhan AS, bersama-sama kita akan terus memperdalam kemitraan strategis ini demi mencapai perdamaian abadi dan keamanan bersama,” kata Al Thani, dilansir CNN
2. Qatar kesulitan melatih pilot di wilayah udaranya
Kerja sama ini merupakan hasil diskusi yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, bahkan sejak pemerintahan AS sebelumnya. Qatar juga telah memesan 36 jet tempur F-15 dari AS senilai 12 miliar dolar AS (sekitar Rp166 triliun) pada 2017.
Dilansir Axios, Qatar menghadapi tantangan geografis karena wilayah udaranya kecil dan didominasi gurun datar. Kondisi ini membatasi kemampuan pilot Qatar untuk berlatih berbagai skenario tempur yang kompleks dan beragam.
Penempatan fasilitas di Idaho memungkinkan pilot Qatar berlatih bersama Angkatan Udara AS untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka. Langkah ini juga menunjukkan semakin eratnya hubungan antara pemerintahan Presiden Donald Trump dan negara Teluk tersebut.
Sebelumnya, Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang menjamin keamanan Qatar. Ia berjanji AS akan menggunakan semua cara, termasuk tindakan militer, untuk mempertahankan Qatar dari serangan.
3. Keberadaan militer Qatar di AS menuai kritik
Pengumuman kerja sama ini memicu kritik dari tokoh sayap kanan dan sekutu dekat Presiden Trump. Salah satunya adalah aktivis Laura Loomer, yang menyebut rencana ini keji dan membahayakan keamanan AS.
Loomer bahkan mengungkit insiden penembakan mematikan di Pensacola Naval Air Station pada 2019. Pelaku saat itu adalah perwira Saudi yang sedang menjalani program pelatihan militer di AS. Menanggapi kritik ini, Hegseth segera mengeluarkan klarifikasi melalui media sosial X.
“Militer AS memiliki kemitraan yang sudah berlangsung lama dengan Qatar, termasuk kerja sama yang diumumkan hari ini terkait pesawat F-15QA. Namun, perlu diperjelas, Qatar tidak akan memiliki pangkalan sendiri di AS atau apa pun yang menyerupai pangkalan. Kami mengendalikan pangkalan yang ada, seperti yang kami lakukan dengan semua mitra,” tulis Hegseth di X, dilansir CBS News