Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Demo Besar, Unit Militer Madagaskar Ikut Bergabung dengan Pengunjuk Rasa

Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina. (© European Union, 2025, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina. (© European Union, 2025, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Tentara Madagaskar menyesal telah menembaki rakyat
  • Anggota unit CAPSAT mengunggah seruan daring untuk tidak menembak demonstran
  • Gelombang protes dipicu oleh kegagalan pemerintah dan tuntutan perombakan total
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Presiden Andry Rajoelina di Madagaskar kini berada di bawah ancaman serius setelah unit militer elit membelot dan bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa. Peristiwa pada Sabtu (11/10/2025) di Antananarivo ini menjadi eskalasi besar dalam demonstrasi yang menuntut Rajoelina mundur. Unit yang membelot adalah unit administrasi militer elit yang dikenal sebagai CAPSAT (Corps of Administrative and Technical Staff).

Pembelotan ini memicu ketakutan akan adanya upaya kudeta di negara kepulauan selatan Afrika tersebut. Ironisnya, unit CAPSAT yang sama ini berperan penting membantu Rajoelina naik ke tampuk kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2009.

Setelah insiden tersebut, perdana menteri yang baru dilantik, Jenderal Ruphin Fortunat Zafisambo, menyerukan semua pihak tenang. Di tengah ketegangan, ada laporan bahwa unit tentara yang membelot itu ditembaki oleh aparat penegak hukum.

"Mari kita satukan kekuatan, militer dan polisi, serta menolak dibayar untuk menembak teman-teman, saudara laki-laki, dan saudara perempuan kita,” kata anggota CAPSAT, dilansir Al Jazeera.

1. Tentara Madagaskar menyesal telah menembaki rakyat

Aksi pembelotan CAPSAT dimulai ketika anggota unit ini mengunggah seruan daring kepada seluruh pasukan keamanan Madagaskar. Mereka mendesak semua anggota militer dan polisi untuk tidak mematuhi atasan serta menolak menembak para demonstran, dilansir NYT.

Para tentara CAPSAT menyatakan bahwa mereka seharusnya bertindak sebagai pelindung rakyat. Mereka bahkan mengakui pihaknya telah menjadi penjilat karena melaksanakan perintah ilegal dari pemerintah. Unit tersebut juga mengimbau pasukan yang berada di bandara untuk menutup semua gerbang dan mencegah semua pesawat lepas landas.

"Jangan mematuhi perintah dari atasan Anda. Arahkan senjata Anda kepada mereka yang memerintahkan Anda untuk menembak rekan seperjuangan, karena mereka tidak akan mengurus keluarga kita jika kita meninggal," kata seorang pemimpin CAPSAT, dilansir Al Jazeera.

2. Tentara kawal demonstran masuk lapangan 13 Mei yang bersejarah

Setelah seruan daring, anggota unit CAPSAT bergerak masuk ke ibu kota Antananarivo dan bergabung dengan ribuan pengunjuk rasa. Mereka bergabung dan mengawal massa memasuki Lapangan 13 Mei (May 13 Square). Lapangan ini memiliki arti simbolis sebagai tempat bersejarah untuk berbagai pemberontakan politik, dilansir The Straits Times.

Sebelum kedatangan CAPSAT, lapangan tersebut dijaga ketat dan dinyatakan terlarang bagi demonstran selama kerusuhan berlangsung. Video di media sosial menunjukkan CAPSAT menggunakan kendaraan militer dan mengibarkan bendera Madagaskar saat berbaris bersama massa. Kerumunan menyambut kedatangan unit militer ini dengan sorak-sorai.

Seorang pemimpin CAPSAT, Lylison René de Rolland, sempat berpidato di hadapan kerumunan di depan balai kota yang berlokasi di Lapangan 13 Mei. Namun, seorang aktivis yang menyaksikan peristiwa ini menyatakan kekhawatirannya akan campur tangan CAPSAT mengingat peran mereka dalam kudeta 2009.

“Itulah mengapa saya sama sekali tidak bersukacita, karena semua orang yang terkait dengan peristiwa ini berbahaya,” ujar seorang aktivis yang tidak mau disebutkan namanya, dilansir The Guardian.

3. Penyebab gelombang protes Gen Z di Madagaskar

ilustrasi protes warga Madagaskar. (pexels.com/Bako Harry Rakotondratompo)
ilustrasi protes warga Madagaskar. (pexels.com/Bako Harry Rakotondratompo)

Gelombang protes yang dipimpin kaum muda (Gen Z) Madagaskar ini telah berlangsung selama lebih dari dua minggu. Protes awalnya dipicu oleh kemarahan publik atas kegagalan pemerintah menyediakan listrik dan pasokan air.

Namun, demonstrasi meluas menjadi gerakan melawan korupsi, tata kelola yang buruk, dan buruknya kualitas hidup di negara yang mayoritas penduduknya terjerat kemiskinan. Para demonstran menuntut agar Presiden Rajoelina segera mundur dari jabatannya.

Mereka juga meminta presiden meminta maaf kepada negara serta membubarkan senat dan komisi pemilihan. Rajoelina sempat menanggapi tuntutan ini dengan memecat perdana menteri dan seluruh kabinetnya pada minggu sebelumnya. Pembubaran tersebut gagal meredakan protes yang justru kian meluas.

Demonstran menegaskan bahwa Rajoelina sendiri yang harus mundur karena mereka menuntut perombakan total pemerintahan. Sementara itu, Kantor Presiden mengklaim Rajoelina dan PM masih mengendalikan urusan negara, meskipun lokasi Rajoelina tidak diketahui publik.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa setidaknya 22 orang tewas dan 100 orang terluka dalam kerusuhan tersebut. Pemerintah Madagaskar membantah angka tersebut dan menyatakan hanya 12 orang tewas yang merupakan penjarah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Rumah di Pancoran Jaksel Terbakar, Seorang Lansia Terjebak

12 Okt 2025, 21:52 WIBNews