Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Mau Timur Tengah Damai, tapi Dukung Invasi Israel di Lebanon

Presiden Amerika Serikat Joe Biden (X/POTUS)

Jakarta, IDN Times – Pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah Joe Biden meyakini bahwa Israel harus melanjutkan serangan darat dan udara terhadap Hizbullah untuk saat ini. Dukungan disampaikan meski AS tahu bahwa ada risiko invasi di Lebanon akan meluas melampaui tujuan Israel saat ini.

Israel mengirim pasukan ke Lebanon selatan pada Selasa (1/10/2024) setelah dua minggu serangan udara yang intens dalam konflik yang memburuk, yang telah melibatkan Iran dan berisiko merugikan AS.

1. Klaim Israel punya hak serang Lebanon

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, mengatakan bahwa sifat semua konflik pada dasarnya cair dan tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengatakan berapa lama waktu yang dibutuhkan Israel untuk mencapai tujuannya menghancurkan seluruh infrastruktur Hizbullah di Lebanon selatan.

"Pada akhirnya kami ingin melihat gencatan senjata dan resolusi diplomatik, tetapi kami pikir sudah sepantasnya Israel, pada titik ini, membawa teroris (Hizbullah) ke pengadilan," kata pada Kamis (3/10/2024), dikutip dari Reuters.

Washington telah berulang kali memperingatkan Israel agar tidak meningkatkan konflik. Tetapi, usulan gencatan senjata selama tiga minggu yang diajukan oleh AS dan negara-negara lain minggu lalu dengan cepat ditolak oleh Israel dan digantikan oleh invasi.

2. Jutaan warga Lebanon telah mengungsi

Lebih dari 1,2 juta warga Lebanon telah mengungsi akibat serangan Israel, dan hampir 2 ribu orang telah tewas sejak dimulainya serangan Israel di Lebanon selama setahun terakhir, sebagian besar dari mereka tewas dalam dua minggu terakhir.

AS terus menyediakan senjata untuk Israel meskipun ada ketegangan selama setahun terakhir atas pelaksanaan perangnya di Gaza, yang dimulai ketika militan Hamas Palestina menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023.

Washington telah menyuarakan kekhawatiran tentang korban sipil dari konflik itu, dan terkadang mendesak Israel untuk menahan pasukannya guna meredakan kemarahan internasional.

3. AS tidak yakin dengan tujuan Israel di Lebanon

Tangkapan layar Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller (X/StateDeptSpox)

Pejabat AS telah berdiskusi dengan Israel mengenai tujuan-tujuannya di Lebanon.

"Kita semua di sini sangat menyadari sejarah panjang Israel yang meluncurkan apa yang pada saat itu digambarkan sebagai operasi terbatas di perbatasan Lebanon yang telah berubah menjadi sesuatu yang sangat berbeda, yang telah berubah menjadi perang skala penuh dan terkadang pendudukan," kata Miller.

Dia menambahkan, AS akan mengamati bagaimana konflik itu berlangsung dan membuat penilaian secara langsung.

Israel telah menginvasi Lebanon pada beberapa kesempatan, termasuk dalam serangan 1982 yang dipicu oleh tembakan balasan di perbatasan saat pasukan Israel memasuki Beirut dan yang menyebabkan pembentukan Hizbullah.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Saya berani mengatakan bahwa orang Israel mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi pada saat in. Bukan berarti mereka tidak punya rencana. Bukan berarti mereka tidak punya tujuan. Masalahnya konflik tidak bisa diprediksi,” ujar dia, dikutip dari The Straits Times.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us