Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berkat Angola, Kongo dan Rwanda Akhirnya Sepakat Berdamai

Presiden Republik Demokratik Kongo, Felix Tshisekedi (kanan), dan presiden Rwanda, Paul Kagame (kiri). (Twitter.com/Katusiime Caroline)

Jakarta, IDN Times - Presiden Republik Demokratik Kongo, Felix Tshisekedi, dan Presiden Rwanda, Paul Kagame, pada Rabu (6/7/2022) di Angola telah sepakat untuk mengurangi ketegangan antara kedua negara. 

Ketegangan diplomatik telah meningkat tajam antara dua negara itu, sejak kelompok pemberontak M23 memulai serangan besar di perbatasan timur Kongo pada akhir Maret.

Kongo menuduh Rwanda mendukung kelompok itu. Kigali menyangkal hal ini, dan sebaliknya menuduh Kinshasa bertempur bersama kelompok bersenjata lain yang berniat merebut kekuasaan di Kigali.

1. Angola ditunjuk Uni Afrika jadi juru damai

Ilustrasi saling berjabat tangan (pexels.com/Oleg Magni)

Dilansir Reuters, presiden Angola Joao Lourenco ditunjuk oleh Uni Afrika untuk menengahi pembicaraan, dan menjadi tuan rumah KTT tripartit mini di ibu kota Angola, Luanda, pada Rabu.

"Tripartit memutuskan proses de-eskalasi antara Kongo dan Rwanda," kata kepresidenan Kongo, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Twitter setelah KTT berakhir.

Perjanjian itu termasuk penghentian segera permusuhan dan mundurnya milisi M23 dari Kongo. Komisi Rwanda-Kongo, yang sebelumnya tidak aktif, akan bertemu lagi di Luanda pada 12 Juli.

2. Belum ada konfirmasi dari pihak Rwanda

Tentara Kongo dan penjaga perdamaian PBB berpatroli di area serangan di dekat kota Oicha, 30 kilometer dari Beni, Republik Demokratik Kongo timur, 23 Juli 2021. (hrw.org)

Kepresidenan Angola mengeluarkan pernyataan serupa dengan Kongo. Sementara itu, tidak ada pernyataan langsung dari Kagame, dan juru bicara pemerintah Rwanda tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

M23, bulan lalu, merebut sebuah pos perbatasan penting dalam serangan mereka yang terus berkelanjutan sejak merebut sebagian besar wilayah pada 2012 hingga 2013.

Kongo telah menerima permintaan agar pasukan regional Afrika Timur dikerahkan di wilayah timurnya untuk membantu mengendalikan pemberontakan. Namun, negara itu hanya mengizinkan jika Rwanda tidak berpartisipasi dalam operasi.

3. Pengungsi diminta kembali ke negara asal

Pengungsi Kongo yang terdampak akibat konflik (twitter.com/UN Humanitarian)

Pertempuran itu telah memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Wilayah itu hanya memiliki sedikit jeda dari konflik sejak Rwanda dan negara tetangganya Uganda menyerbu pada 1996, dengan alasan ancaman dari kelompok-kelompok milisi lokal.

Dikutip AP, Sekitar 170 ribu warga telah mengungsi dalam beberapa minggu sejak M23 muncul kembali di Kongo timur.

KTT pada Rabu juga menyerukan kembalinya semua pengungsi ke negara asal mereka, menurut pernyataan dari kepresidenan Kongo.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us