AS Dakwa Perusuh asal San Francisco yang Lari ke Belarusia

Jakarta, IDN Times - Pengadilan Washington D.C pada Jumat (10/12/2021) membuka persidangan kepada seorang warga San Francisco yang diduga menyerang aparat kepolisian saat terjadinya kerusuhan di ibu kota AS. Pasalnya, warga AS yang bernama Evan Neumann itu disebut sudah melarikan diri ke Belarusia beberapa bulan lalu.
Setahun terakhir, hubungan AS dan Belarusia terus memanas usai negara Barat menjatuhkan sanksi kepada Lukashenko beserta beberapa pejabat lainnya. Sedangkan, larinya Neumann ke Belarusia, dituding demi mencari tempat perlindungan sekaligus suaka politik.
1. Pengadilan D.C memberikan total 14 dakwaan kepada Neumann
Dilansir dari San Francisco Chronicle, Evan Neumann sejak awal tahun ini sudah dijerat dengan enam dakwaan, termasuk di antarannya serangan kepada aparat penegak hukum, melakukan serangan fisik di sekitar dan kekerasan di sekitar gedung Capitol di Washington D.C.
Sementara itu, pada Jumat lalu, pihak Kejaksaan kembali memberikan tuntutan hukum baru kepada Neumann, sehingga total keseluruhan menjadi 14 dakwaan. Tuntutan itu termasuk melanggar hukum sipil dan menyerang, menolak dan menolak ditangkap oleh aparat penegak hukum.
Hal ini diketahui setelah Neumann dituding melakukan kekerasan verbal kepada petugas kepolisian di Washington D.C dan menggunakan barikade metal dari polisi untuk menyerang petugas yang sedang berjaga agar dapat masuk ke gedung Capitol. Ia dilaporkan melakukan perlawanan selama empat jam lamanya.
Kejaksaan juga berkata bahwa Neumann berdiri di depan barikade dan tak jauh dari petugas kepolisian. Kemudian ia mulai menghina petugas kepolisian yang berjaga dan 30 menit kemudian ia memukul polisi menggunakan barikade metal yang sebenarnya berfungsi menahan para pendemo.
2. Neumann sudah pergi ke luar negeri sejak bulan Februari
Berdasarkan keterangan dari FBI dikutip dari Daily Mail, Neumann sudah meninggalkan rumahnya di Mill Valley, Californsia pada 16 Februari lalu. Hal ini setelah ia teridentifikasi sebagai salah satu terduga dalam potongan video dan bergerak menuju ke Bandara Internasional San Francisco.
Bahkan, pengusaha berusia 49 tahun itu diketahui sempat berinteraksi dengan aparat penegak hukum di dalam perjalannya. Namun, masih belum diketahui bagaimana ia dapat melakukan perjalanan udara ketika ia berada sedang diinvestigasi oleh petugas dan bagaimana paspornya tidak disita oleh FBI.
Neumann merupakan seorang pemilik perusahaan tas dan telah ikut serta dalam industri pariwisata dan pembuatan perangkat lunak. Hal ini yang membuatnya mudah untuk melakukan proses reservasi dan melarikan diri.
Mulanya, Neumann sudah terbang ke Italia sejak bulan Maret, kemudian pergi ke Swiss dengan menggunakan kereta api. Lalu, ia mengemudi ke Ukraina melalui Jerman dan Polandia. Ketika berada di Ukraina, ia sempat menyewa apartemen di Zhytomyr selama empat bulan dan ia menyadari bila ia diincar oleh pihak SBU Ukraina.
Sejak saat itu, ia memutuskan untuk masuk secara ilegal ke Belarusia. Namun, ia menuturkan bahwa perjalanannya ke Belarusia tidak mudah lantaran diharuskan melewati rawa-rawa dan menghindari sejumlah hewan liar.
Pihak perbatasan Belarusia juga sudah mengumumkan penangkapan Neumann sejak 15 Agustus lalu.
3. Evan Neumann telah mengajukan permohonan suaka politik di Belarusia

Keputusan Evan Neumann untuk pergi ke Belarusia lantaran ia mengharapkan suaka politik dan menghindari persekusi dari otoritas negara asalnya. Pasalnya, AS diketahui tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Belarusia dan tentu akan menyulitkan proses hukum yang menjerat Neumann, dilansir dari RFE/RL.
Daily Mail melaporkan, pada wawancara Neumann di stasiun televisi Belarusia pada November lalu, ia mengatakan bahwa tidak melakukan tindak kriminal apapun selama ikut dalam kerusuhan Capitol.
"Saya tidak percaya bahwa saya melakukan aksi kriminal. Salah satu dakwaan itu sangat ofensif. Saya dituding memukul petugas kepolisian. Tudingan itu sangat tidak beralasan. Ini sangatlah buruk dan ini merupakan sebuah persekusi politik. Saya tidak dapat melakukan apapun atas jeratan ini" ungkapnya.
Di sisi lain, insiden kerusuhan Capitol disebabkan oleh penolakan atas kemenangan Joe Biden atas Donald Trump pada gelaran pilpres November 2020 lalu. Sementara, peristiwa yang terjadi pada 6 Januari itu berlangsung usai Trump menyuruh pendukungnya melakukan demonstrasi di Capitol demi menolak hasil pemilu.
Sejak saat itu, dilaporkan terdapat lebih dari 700 orang yang ditangkap karena diduga melakukan aksi kekerasan dan melanggar hukum lantaran masuk secara ilegal ke gedung Capitol. Sebanyak 220 orang sudah divonis hukuman penyerangan dan menolak ditangkap petugas kepolisian.


















