China Gelar Latihan Militer Simulasi Serang Taiwan

Jakarta, IDN Times - Televisi pemerintah China melaporkan bahwa pasukan negara menggelar patroli kesiapan tempur dan latihan di sekitar Taiwan dengan simulasi penyerangan.
“Di bawah komando terpadu dari pusat komando operasi gabungan teater, beberapa jenis unit melakukan simulasi serangan presisi bersama pada sasaran utama di pulau Taiwan dan wilayah laut sekitarnya, dan terus mempertahankan postur ofensif di sekitar pulau itu,” katanya, dilansir Al Jazeera.
Sebagai informasi, China menggelar latihan militer menanggapi pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Kevin McCarthy. Pertemuan terjadi di AS di sela-sela kunjungan Tsai ke Guatemala dan Belize.
Sebelumnya, China telah memperingatkan jika pertemuan itu terjadi, maka Beijing akan memberikan respons tegas.
1. Taiwan menjamin tidak akan memperparah situasi

Pada Minggu (9/4/2023), Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan telah mendeteksi 11 kapal perang China dan 70 pesawat di sekitar pulau itu.
Kementerian mengatakan bahwa Taiwan menanggapi latihan China dengan tenang, menambahkan bahwa pesawat tempur yang terdeteksi hingga pukul 16:00 waktu setempat termasuk jet tempur dan pembom.
Otoritas Taiwan memberikan perhatian khusus pada Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat, yang memegang kendali atas sistem rudal berbasis darat China.
“Mengenai pergerakan Pasukan Roket komunis China, militer negara juga memiliki pemahaman yang erat melalui sistem intelijen, pengawasan dan pengintaian bersama, dan pasukan pertahanan udara tetap waspada,” kata kementerian itu.
“(Taiwan) tidak akan meningkatkan konflik atau menyebabkan perselisihan,” tambah kementerian itu.
2. China marah dengan kunjungan Tsai ke AS

China menggambarkan latihan itu, yang dijuluki United Sharp Sword, sebagai peringatan serius bagi pasukan separatis kemerdekaan Taiwan.
Sementara, Taipei mengutuk Beijing karena menggunakan kunjungan Tsai ke AS sebagai alasan untuk melakukan latihan militer, yang dianggap merusak perdamaian dan stabilitas regional.
China juga menggelar latihan perang ekstensif di sekitar Taiwan tahun lalu, termasuk menembakkan rudal ke perairan dekat pulau itu, setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei.
3. AS yakin punya kapasitas militer yang cukup jika China sewaktu-waktu menyerang

Kedutaan Besar de facto AS di Taiwan mengatakan, pihaknya sedang memantau latihan terbaru China di sekitar pulau itu dengan cermat, nyaman dan percaya diri. AS pun yakin dengan sumber daya dan kemampuan militer yang cukup secara regional, untuk memastikan perdamaian dan stabilitas.
Saluran komunikasi AS dengan China tetap terbuka, kata juru bicara Institut Amerika di Taiwan, yang berfungsi sebagai kedutaan tanpa adanya hubungan diplomatik formal.
Washington memutus hubungan diplomatik dengan Taipei demi Beijing pada 1979, tetapi terikat oleh undang-undang untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
China, yang tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau itu, mengatakan Taiwan adalah masalah paling penting dan sensitif dalam hubungannya dengan AS, dan topik tersebut sering menjadi sumber ketegangan.
Beijing menganggap Tsai sebagai separatis dan telah menolak seruannya yang berulang kali untuk melakukan pembicaraan. Tsai mengatakan hanya rakyat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka.