Dinilai Curang, Pejabat Pemilu AS Nilai Pilpres 2020 Paling Aman

Donald Trump belum akui kemenangan Joe Biden di Pilpres

Washington, D.C, IDN Times - Dinilai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, curang pada Pemilihan Presiden kali ini, para pejabat federal menilai Pemilu Presiden 2020 merupakan yang paling aman sepanjang sejarah Amerika Serikat. Sampai saat ini. Donald Trump masih belum mengakui kemenangan rivalnya, Joe Biden. Bagaimana awal ceritanya?

1. Mereka menilai Trump menuduh tanpa bukti yang mengklaim telah menghilangkan 2,7 juta suara

Dinilai Curang, Pejabat Pemilu AS Nilai Pilpres 2020 Paling AmanIlustrasi proses penghitungan suara secara langsung. (Unsplash.com/claybanks)

Dilansir dari BBC, para pejabat federal Amerika Serikat menilai Trump telah menuduh kecurangan tanpa bukti kehilangan sebanyak 2,7 juta suara dalam Pemilihan Presiden pekan lalu. Unit Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat melalui Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) pada hari Kamis, 12 November 2020, mengatakan meskipun ada banyak klaim yang tidak berdasar dan peluang untuk informasi yang salah tentang proses Pemilihan Presiden berlangsung, pihaknya dapat menyakinkan bahwa CISA memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap keamanan dan integritas.

Kepala CISA, Christopher Krebs, mengatakan ia diperkirakan akan dipecat oleh Trump karena telah menimbulkan ketidaksenangan pihak Gedung Putih atas situs web CISA yang disebut Rumor Control, yang membantah kesalahan informasi Pemilihan Presiden. Di hari yang sama, asisten direktur CISA, Bryan Ware, telah meminta pengunduran diri. 

Reaksi Partai Republik terkait hasil Pemilu Presiden ini juga mencuat di mana pihaknya mendukung seruan agar Presiden Amerika Serikat terpilih diberi pengarahan intelijen harian. Sekutu utama Trump, Lindsey Graham, mengatakan Biden harus mendapatkan memo Presiden Amerika Serikat rahasia, seperti yang biasa dilakukan terhadap Presiden Amerika Serikat baru ke depannya.

Beberapa anggota DPR dari Partai Republik, Chuck Grassley, John Cornyn, dan John Thune, telah setuju dan mengatakan Biden bukan Presiden Amerika Serikat saat ini dan harus menunggu hasil yang valid. 

2. Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menilai pihak Partai Republik telah mencoreng demokrasi Amerika Serikat

Dinilai Curang, Pejabat Pemilu AS Nilai Pilpres 2020 Paling AmanMantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, saat berkampanye untuk mendukung Joe Biden pada akhir Oktober 2020 lalu. (Twitter.com/BarackObama)

Mantan Presiden Amerika Serikat yang berasal dari Partai Demokrat, Barack Obama, menilai pihak Partai Republik telah mencoreng demokrasi Amerika Serikat. Ia juga menambahkan Biden jelas memenangkan Pemilihan Presiden 2020 sekaligus menjadi Presiden Amerika Serikat terpilih. Tak hanya itu saja, Obama dalam memoar yang berjudul "A Promised Land" mengatakan Trump naik ke tampuk kekuasaan dengan memicu kekhawatiran tentang seorang pria kulit hitam yang memimpin negara.

Saat ini, Biden telah memilih agen politik veteran, Ron Klain, menjadi Kepala Staf Gedung Putih. Sebelumnya, Klain menjadi asisten utama Biden sejak 1980an di Senat dan kemudian ketika dia menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat. Kepala Staf Gedung Putih telah mengatur jadwal harian Presiden Amerika Serikat dan sering disebut sebagai penjaga gerbang. 

Tak hanya itu saja, Biden terus memanggil para pemimpin dunia dan tokoh penting lainnya saat dia terus maju dengan persiapan untuk menjadi Presiden Amerika Serikat. Pada hari Kamis, 12 November 2020, Biden telah berbicara dengan Paus Fransiskus yang memberinya ucapan selamat. Seperti yang diketahui, Biden akan menjadi Presiden Amerika Serikat beragama Katolik Roma kedua di Amerika Serikat.

Baca Juga: Pejabat KPU AS Bantah Tuduhan Trump Ada Kecurangan Saat Pemilu

3. Trump sempat menghebohkan media sosial Twitter, Facebook, dan Youtube beberapa hari lalu

Pada hari Selasa, 10 November 2020, lalu Trump sempat membuat heboh di beberapa media sosial seperti Twitter, Instagram, dan Youtube dengan mengklaim kecurangan Pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun ini. Beberapa jam kemudian, cuitan Trump di media sosial Twitter akhirnya ditandai peringatan oleh pihak Twitter. Menurut analisis platform media sosial seperti NewsWhip dan CrowdTangle, klaim tentang penyimpangan proses pemungutan suara merupakan salah satu konten yang paling banyak dibagikan di Facebook.

Mantan Wakil Penasihat Keamanan Nasional untuk Gedung Putih di era Barack Obama, Ben Rhodes, menyerang Facebook secara langsung karena kegagalan membendung informasi tersebut. Ia juga menuding Facebook telah menyebarkan disinformasi yang menghancurkan kepercayaan pada demokrasi Amerika Serikat sehingga CEO Facebook memperoleh keuntungan lebih banyak dari iklan dan klik. 

Baca Juga: Belum Terima Hasil Pemilu, Trump Anggap Joe Biden Kolusi dengan Media 

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya