Pemilihan Presiden Kongo Ditunda, Para Demonstran Bertindak Anarkis

Penyakit ebola menjadi salah satu penyebab alasan penundaan

Kinshasa, IDN Times - Pemilihan Presiden Republik Demokratik Kongo yang seharusnya digelar hari Minggu, 30 Desember 2018, telah ditunda yang membuat para demonstran bertindak anarkis di jalan-jalan sekitar. Penyakit ebola menjadi salah satu alasan penyebab penundaan ini. Bagaimana awal ceritanya?

1. Beberapa partai oposisi menuding adanya usaha melakukan kecurangan pemungutan suara

Pemilihan Presiden Kongo Ditunda, Para Demonstran Bertindak Anarkistwitter.com/RealtorJairo

Dilansir dari BBC, para demonstran kecewa dan geram atas keputusan menunda Pemilihan Presiden Republik Demokratik Kongo yang seharusnya digelar pada hari Minggu, 30 Desember 2018, ini dan menyerang sebuah klinik yang menangani beberapa kasus penyakit ebola. Serangan itu sendiri terjadi di kota Beni bagian timur, salah satu dari 3 daerah oposisi di mana proses pemungutan suara telah ditunda. Komisi Pemilihan Umum setempat mengatakan bahwa wabah penyakit ebola merupakan salah satu alasan dibalik penundaan Pemilihan Presiden Republik Demokratik Kongo ini.

Bahkan, beberapa partai oposisi menuding adanya usaha untuk melakukan kecurangan dalam pemungutan suara. Sama seperti di wilayah Beni, pemungutan suara juga ditunda di beberapa wilayah seperti Butembo bagian timur dan Yumbi bagian barat hingga Maret 2019. Dengan penggantinya Presiden Republik Demokratik Kongo, Joseph Kablia, yang akan dilantik bulan Januari 2019, sekitar 1 juta suara telah terabaikan. Akan tetapi, Kabila bersikeras bahwa penundaan pemungutan suara ini terjadi hingga hasil akhirnya sampai dinyatakan sah.

"Jangan khawatir, hukum telah melayani masalah seperti itu. Saya kira tidak akan ada masalah besar selain dari satu juta suara pemilih yang anda bicarakan," ungkap pernyataan Joseph Kabila seperti yang dikutip dari BBC.

2. Sebenarnya, Joseph Kabila justru harus meletakkan jabatannya pada tahun 2016 lalu

Pemilihan Presiden Kongo Ditunda, Para Demonstran Bertindak Anarkistwitter.com/we_re_earth

Dalam sejarah negara Republik Demokratik Kongo, sampai saat ini belum ada peristiwa pemindahan kekuasaan yang berlangsung damai dan demokratis sejak kemerdekaan dari Belgia pada tahun 1960 lalu. Joseph Kabila yang memimpin negara ini sejak tahun 2001 seharusnya meletakkan jabatannya pada tahun 2016 lalu. Akan tetapi, beberapa kali Pemilihan Presiden terus mengalami penundaan di tengah kerusuhan dan kesulitan logistik di negara dengan infrastruktur yang dinilai kurang baik ini.

Para oposisi menduga Kabila sedang berusaha untuk mempertahankan kekuasaan. Kabila membantah tudingan oposisi itu dan secara terang-terangan mendukung mantan Menteri Dalam Negeri Republik Demokratik Kongo, Emmanuel Ramazani Shadary, dalam Pemilihan Presiden kali ini. Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Republik Demokratik Kongo secara tak terduga mengumumkan pengusiran Duta Besar Uni Eropa, Bart Ouvry, sehingga memiliki waktu 48 jam untuk angkat kaki dari negaranya.

Selama berminggu-minggu Pemerintah Republik Demokratik Kongo mengkritik keputusan Uni Eropa untuk memperbarui sanksi terhadap para pejabat di negaranya, hal ini dapat menganggu proses Pemilihan Presiden di negaranya. Salah satu dari mereka yang terkena sanksi adalah Emmanuel Ramazani Shadary yang diberikan sanksi karena kasus pelanggaran HAM.

3. Ada 3 kandidat yang mengikuti ajang Pemilihan Presiden Republik Demokratik Kongo

Pemilihan Presiden Kongo Ditunda, Para Demonstran Bertindak Anarkisbbc.com

Sekitar 40 juta warga Republik Demokratik Kongo terdaftar sebagai pemilih kali ini dan ada 3 kandidat yang berjuang untuk mendapatkan posisi nomor satu, yakni Emmanuel Ramazani Shadary, Martin Fayulu, dan Felix Tshisekedi. Sementara itu, pemerintah Republik Demokratik Kongo menuding Fayulu menghasut adanya kekerasan dalam proses Pemilihan Presiden ini. 

Pada hari Rabu, 26 Desember 2018, kemarin sekitar 8 perwakilan dari negara Afrika menghadiri pertemuan untuk mengirim delegasi ke Republik Demokratik Kongo dalam menyampaikan keprihatinannya tentang proses Pemilihan Presiden ini. Dalam sebuah pertemuan yang digelar di negara tetangga, Kongo-Brazzaville, para perwakilan mengatakan ada kekhawatiran yang begitu kuat atas tindakan kekerasan selama kampanye Pemilihan Presiden. Beberapa negara yang hadir berasal dari Angola, Botswana, Kongo-Brazzaville, Namibia, Uganda, Rwanda, Afrika Selatan, dan Zambia.

Baca Juga: Jadwal Pemilihan Umum Presiden Afghanistan Diundur Hingga Juli 2019

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya