Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ebrahim Raisi Menang Pemilu Iran, Israel Nyatakan Rasa Prihatin

Calon Presiden Iran, Ebrahim Raisi. (Instagram.com/raisi_org)
Calon Presiden Iran, Ebrahim Raisi. (Instagram.com/raisi_org)

Tel Aviv, IDN Times - Pihak Israel bereaksi setelah mendengar kabar bahwa Ebrahim Raisi berhasil memenangkan Pemilu Presiden Iran pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, lalu dengan Israel menyatakan masyarakat internasional harus menunjukkan rasa prihatinnya atas hasil tersebut. Mereka juga menambahkan Raisi merupakan Presiden Iran paling ekstrim. Bagaimana awal ceritanya?

1. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel memperingatkan akan meningkatnyaaktivitas nuklir Iran

Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid. (Instagram.com/yairlapid)
Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid. (Instagram.com/yairlapid)

Dilansir dari BBC, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lior Haiat, mengatakan bahwa Raisi adalah Presiden Iran yang paling ekstrim serta juga memperingatkan pemimpin baru itu akan meningkatkan aktivitas nuklir Iran. Kedua negara ini telah lama berada dalam perang bayangan, yang mengakibatkan kedua negara mengambil bagian dalam aksi balas dendam, tetapi sejauh ini menghindari konflik habis-habisan. Namun belakangan, permusuhan antara keduanya kembali meningkat.

Begitu juga dengan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, yang menyebut Raisi sebagai "Penjagal Iran" serta seorang ekstremis yang bertanggung jawab atas kematian ribuan orang Iran. Ia menambahkan pemilihannya harus mendorong tekad baru untuk segera menghentikan program nuklir Iran dan mengakhiri ambisi regionalnya yang merusak. Pihak Kementerian Luar Negeri Israel juga menilai Raisi telah dikecam oleh masyarakat internasional karena peran langsungnya dalam melakukan eksekusi mati di luar hukum terhadap lebih dari 30 ribu orang.

Mereka menilai seorang tokoh ekstremis, yang berkomitmen pada program nuklir militer Iran yang berkembang pesat, pemilihannya memperjelas niat jahat Iran yang sebenarnya serta harus menimbulkan keprihatinan serius di antara komunitas internasional.

2. Di sisi lain, Israel tidak percaya bahwa program nuklir Iran adalah murnidamai

Ilustrasi pembangkit tenaga nuklir. (Pixabay.com/enriquelopezgarre)
Ilustrasi pembangkit tenaga nuklir. (Pixabay.com/enriquelopezgarre)

Salah satu ketegangan terbesar di antara kedua negara ini adalah aktivitas nuklir Iran dan situasinya menjadi rumit. Iran telah menyalahkan Israel atas pembunuhan ilmuwan nuklir utamanya pada tahun 2020 lalu serta serangan terhadap salah satu pabrik pengayaan uraniumnya pada bulan April 2021 lalu. Sementara itu, Israel sendiri merasa tidak percaya bahwa program nuklir Iran adalah murni damai dan ia yakin bahwa itu bekerja untuk membangun senjata nuklir.

Kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 lalu, yang melihat hukuman keras dicabut pada Iran selama menghentikan beberapa pekerjaan nuklir, runtuh ketika mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meninggalkan kesepakatan pada tahun 2018 lalu serta memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang melumpuhkan. Pemerintahan Biden saat ini mencoba mencari cara untuk memasuki kembali kesepakatan dan menanggapi sanksi yang diperketat, Iran meningkatkan kegiatan nuklirnya dan saat ini memperkaya uranium pada tingkat tertinggi yang pernah ada, meskipun masih kurang dari apa yang dibutuhkan untuk membuat senjata tingkat nuklir.

3. Setelah berhasil memenangkan Pemilu Presiden Iran, Raisi berjanji bekerjauntuk mengurangi pengangguran dan berupaya menghapus sanksi Amerika Serikat

Calon Presiden Iran, Ebrahim Raisi, berhasil memenangkan Pemilu Presiden Iran 2021 pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, waktu setempat. (Twitter.com/AsimNaseer81)
Calon Presiden Iran, Ebrahim Raisi, berhasil memenangkan Pemilu Presiden Iran 2021 pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, waktu setempat. (Twitter.com/AsimNaseer81)

Setelah berhasil unggul dalam Pemilu Presiden Iran pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, waktu setempat, Raisi telah berjanji untuk mengurangi pengangguran dan bekerja untuk menghapus sanksi yang diberikan Amerika Serikat yang telah berkontribusi pada kesulitan ekonomi bagi rakyat Iran biasa dan menyebabkan ketidakpuasan yang meluas. Di bawah Raisi, kelompok garis keras Iran akan berusaha untuk memperkuat sistem puritan pemerintahan Islam, yang mungkin berarti lebih banyak kontrol atas aktivitas sosial, lebih sedikit kebebasan dan pekerjaan bagi perempuan, serta kontrol yang lebih ketat terhadap media sosial dan pers.

Kelompok garis keras merasa curiga terhadap Barat, tetapi baik Raisi maupun Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mendukung kembalinya kesepakatan internasional mengenai aktivitas nuklir Iran. Raisi akan dilantik pada awal Agustus 2021 ini dan akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dalam negeri dan urusan luar negeri. Tetapi dalam sistem politik Iran, Pemimpin Tertinggi Iran serta ulama agama terkemuka di Iran yang memiliki keputusan akhir mengenai semua masalah negara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us