Eks PM Israel Ungkap Kemungkinan Serangan ke Situs Nuklir Iran

- Mantan PM Israel, Ehud Barak, prediksi serangan besar ke industri minyak Iran dan serangan simbolis ke program nuklir sebagai respons atas serangan Iran.
- Presiden AS Joe Biden mengungkapkan diskusi di Washington tentang kemungkinan serangan Israel terhadap sektor minyak Iran tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
- PM Netanyahu dan Menteri Keamanan Israel menegaskan bahwa Iran akan menanggung konsekuensi dari serangan mereka, sementara Biden menyatakan dukungan penuh terhadap Israel pasca serangan rudal Iran.
Jakarta, IDN Times - Mantan Perdana Menteri Israel, Ehud Barak, memprediksi Israel akan melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap industri minyak Iran dan kemungkinan serangan simbolis terhadap program nuklir Iran. Rencana ini muncul sebagai respons atas serangan Iran pada Selasa lalu yang melibatkan lebih dari 180 rudal balistik ke wilayah Israel.
Dilansir dari The Guardian pada Sabtu (5/10/2024), Barak menegaskan bahwa Israel memiliki kebutuhan yang mendesak untuk merespons serangan tersebut.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengungkapkan telah ada diskusi di Washington tentang kemungkinan serangan Israel terhadap sektor minyak Iran. Namun, Biden tidak memberikan rincian lebih lanjut atau mengklarifikasi apakah AS akan mendukung serangan semacam itu.
1. Serangan mungkin tiru operasi di Yaman
Barak sendiri pernah menjabat sebagai menteri pertahanan dan kepala staf angkatan darat Israel. Ia mengemukakan bahwa model untuk respons Israel bisa dilihat dari serangan udara pembalasan terhadap fasilitas minyak, pembangkit listrik, dan dermaga yang dikuasai Houthi di pelabuhan Hodeidah, Yaman.
"Saya pikir kita mungkin akan melihat sesuatu seperti itu. Mungkin akan ada serangan besar-besaran, dan bisa diulang lebih dari sekali," tuturnya.
Meskipun demikian, Barak berpendapat bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran tidak akan secara signifikan menghambat program nuklir Iran.
"Secara praktis, Anda tidak dapat dengan mudah menunda mereka secara signifikan," ujarnya.
Barak percaya ada tekanan dalam pemerintahan Netanyahu untuk setidaknya melakukan serangan simbolis terhadap program nuklir Iran.
"Anda dapat menyebabkan kerusakan tertentu, tetapi ini adalah risiko yang sepadan daripada hanya duduk diam dan tidak melakukan apa-apa," jelasnya.
2. Iran diprediksi hampir capai status negara nuklir
Menurut Barak, Iran kini dianggap sebagai negara ambang nuklir, dengan kemampuan membuat senjata nuklir dalam waktu satu tahun.
"Mereka belum memiliki senjata, mungkin butuh waktu setahun untuk memilikinya, dan bahkan setengah dekade untuk memiliki arsenal kecil," jelasnya.
Stok uranium Iran kini 30 kali lebih tinggi dari batas yang disepakati pada 2015, dengan pengayaan uranium hingga 60 persen kemurnian. Ini sangat dekat dengan tingkat 90 persen yang diperlukan untuk bahan fisil senjata nuklir.
Barak menyatakan respons militer Israel yang signifikan terhadap serangan Iran kini tak terhindarkan dan dapat dibenarkan. Namun, ia juga mengkritik penolakan Netanyahu terhadap solusi politik pasca-perang yang mengakui kedaulatan Palestina.
"Saya tidak sepenuhnya menyalahkan Netanyahu atas situasi yang ada, ini adalah kesalahan Hamas, Hizbullah, dan Iran yang mendukung mereka. Namun, kita tetap bertanggung jawab untuk mengambil tindakan yang bijaksana, dengan mempertimbangkan situasi, peluang, dan kendala yang ada," ujar Barak.
3. Netanyahu berjanji balas serangan Iran
Menanggapi serangan Iran, PM Netanyahu menyebutnya sebagai kesalahan besar dan menegaskan Iran akan menanggung konsekuensinya.
"Iran telah melakukan kesalahan besar malam ini dan akan merasakan akibatnya. Siapa pun yang menyerang kami, kami akan membalas serangan mereka," tegas Netanyahu, dikutip dari Al Mayadeen.
Senada dengan Netanyahu, Menteri Keamanan Israel Yoav Gallant menyatakan mereka yang menyerang Israel akan membayar harga yang mahal.
"Iran belum belajar pelajaran sederhana, mereka yang menyerang negara Israel akan menanggung konsekuensi berat," ujarnya.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menyatakan dukungan penuh terhadap Israel pasca serangan rudal Iran. Biden menggambarkan serangan Iran sebagai gagal dan tidak efektif, serta memuji kerja sama militer Israel dan AS. Namun, sebelumnya Biden juga menyatakan penolakannya terhadap serangan Israel ke situs nuklir Iran.
Ketika ditanya tentang respons AS terhadap serangan rudal Iran, Biden mengindikasikan bahwa diskusi masih berlangsung.
"Hal itu sedang dalam pembahasan aktif saat ini. Kita masih harus melihat perkembangannya," ujarnya.