Fakta-Fakta Terowongan Hamas, Strategi Lama yang Tetap Efektif

Jakarta, IDN Times – Serangan Hamas pada 7 Oktober lalu menjadi kejutan besar bagi Israel. Ribuan roket diluncurkan oleh Hamas ke arah Israel disusul serangan melalui darat dan laut, yang kemudian diikuti oleh aksi penyanderaan terhadap 200 lebih warga Israel.
Beberapa pihak menilai serangan ini menjadi kegagalan militer dan intelijen Israel dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap tindakan Hamas.
“Komunitas intelijen tahu bahwa rencana tersebut sedang berlangsung, namun peringatan tersebut terlalu umum untuk menghasilkan tindakan preventif yang tegas atau peningkatan pertahanan,” ungkap Emily Harding, peneliti dari lembaga think tank Center for Strategic and International Studies.
Serangan Hamas pada 7 Oktober memang tidak dapat ditebak dan terkoordinasi dengan baik. Salah satu taktik yang digunakan Hamas adalah menggunakan terowongan bawah tanah untuk melancarkan serangan-serangannya yang tidak terdeteksi.
Penggunaan terowongan ini bukan kali pertama terjadi. Taktik ini sudah digunakan sejak lama, namun masih tetap efektif. Lalu apa saja fakta-fakta terowongan Hamas? Berikut beberapa di antaranya.
1. Awalnya dibangun untuk penyelundupan barang

Melihat kembali ke belakang, terowongan di bawah Jalur Gaza mulai dibangun pada 1980-an setelah kota Rafah dibagi oleh perbatasan baru dalam perjanjian tahun 1979 antara Mesir dan Israel. Saat itu, terowongan hanya digunakan untuk aktifitas penyelundupan, sebagaimana dilaporkan oleh The Wion.
Setelah Gaza dikuasai oleh Hamas, penggunaan terowongan untuk aktifitas lain seperti untuk menyimpan logistik dan amunisi semakin meningkat. Terlebih setelah adanya pembatasan ketat terhadap pergerakan barang dan orang oleh Israel dan Mesir di wilayah tersebut.
Hamas kemudian memperluas terowongan untuk mendukung gerakan jihadnya. Israel menjuluki terowongan ini sebagai "Metro Gaza" karena mereka yakin terowongan tersebut membentang panjang di bawah Gaza.
Penggunaan terowongan oleh militan terungkap selama Intifada Palestina pertama, yang dimulai pada 1987.
Pada suatu waktu, didapati hampir 2.500 terowongan yang berada di bawah perbatasan Mesir digunakan untuk menyelundupkan bahan bakar, senjata dan barang-barang komersial oleh kelompok militan lainnya. Mesir dan Israel memberlakukan blokade besar-besaran terhadap daerah kantong tersebut setelah Hamas mengambil alih kekuasaan pada 2007.
Seiring berjalannya waktu, penyelundupan tidak lagi menjadi tujuan utama terowongan ini, terutama setelah tahun 2010, ketika Israel mulai mengizinkan impor lebih banyak barang melalui penyeberangannya. Beberapa terowongan, yang terletak di seberang perbatasan dengan Gaza turut dihancurkan oleh Mesir.
2. Panjang terowongan mencapai 500 kilometer

Gaza merupakan salah satu tempat terpadat di dunia, di mana 2 juta orang tinggal di wilayah seluas 250 kilometer persegi saja. Namun, tersembunyi di bawah tanah, terowongan-terowongan yang panjangnya masih menjadi misteri.
Dilansir Axios, tidak diketahui secara pasti seberapa luas terowongan Hamas. Namun para ahli mengatakan terowongan tersebut telah berkembang dalam skala dan kecanggihan selama dua dekade terakhir, dan beberapa di antaranya dilengkapi dengan listrik, penerangan, dan rel kereta api.
Pada 2021, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mengungkap bahwa panjang terowongan mencapai 500 kilometer. Kemungkinan besar, terowongan mencakup seluruh wilayah Gaza sepanjang 250 kilometer persegi dan terletak sekitar 30 meter di bawah tanah.
3. Sulit dideteksi

Dilansir DW, militer Israel baru mengetahui luas terowongan Hamas yang sebenarnya pada operasi militer tahun 2014 di Gaza. Setelah itu, pemerintah Israel kemudian mulai membangun penghalang di sepanjang perbatasan Gaza yang membentang di bawah tanah untuk mencegah terowongan mengakses sisi Israel.
Tidak mudah untuk mendeteksi dan menemukan terowongan yang kemungkinan berada di bawah segala jenis bangunan. Namun, ada berbagai cara untuk melakukannya, termasuk menggunakan radar dan teknik deteksi lainnya yang mengukur pola termal, tanda magnetik, dan akustik.
Yang paling sering, terowongan bawah tanah cenderung ditemukan oleh para penyelidik, seperti yang dilaporkan oleh lembaga think tank Rand dalam penelitian tahun 2017. Letak terowongan bisa dilacak secara tidak sengaja, misalnya tentara yang sedang berpatroli atau ketika, sinyal telepon seorang agen Hamas yang terlacak tiba-tiba menghilang ketika dia menuju ke bawah tanah.