Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Filipina Tidak Akan Izinkan AS Tempatkan Senjata di Taiwan

bendera Filipina (pixabay.com/titus_jr0)
bendera Filipina (pixabay.com/titus_jr0)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Filipina, Enrique Manalo, mengatakan mereka tidak akan mengizinkan Amerika Serikat (AS) menyimpan senjata untuk operasi di Taiwan. Pada Rabu (19/4/2023), Manalo mengatakan Filipina mengacu pada perjanjian pertahanan antara Manila dan Washington pada 2014 lalu. 

Manalo mengatakan kepada anggota parlemen, Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) telah mengatur  keputusan Filipina tentang apakah akan membiarkan AS menyimpan senjata di lokasi tertentu. Pernyataan Manalo tersebut menegaskan bahwa Filipina tidak ikut campur dalam kepentingan AS di Taiwan. 

1. Parlemen Filipina menanyakan kemungkinan AS mengoperasikan senjata di Taiwan

ilustrasi tentara (pixabay.com/WikiImages)
ilustrasi tentara (pixabay.com/WikiImages)

Manalo menegaskan bahwa Filipina tidak akan menyetujui aktivitas di luar kesepakatan EDCA pada 2014 lalu. "Kami tidak akan menyetujui aktivitas apa pun atau bahkan material yang tidak sesuai dengan aktivitas yang telah disepakati ini," kata Manalo.

Senator Imee Marcos, ketua panel urusan luar negeri di parlemen Filipina, mengajukan pertanyaan tentang kemungkinan senjata AS di situs EDCA di Filipina yang memungkinkan penggunaan senjata di Taiwan. 

Sebagai tanggapan, Manalo mengatakan Filipina akan dipandu oleh ketentuan EDCA dan kepentingan nasional mereka sendiri.

“Dan menurut saya, pada tahap ini, politik luar negeri utama kita adalah benar-benar bersahabat dengan semua. Oleh karena itu, menurut saya, apapun yang tidak sesuai dengan itu tidak akan juga sesuai dengan apa yang kita (AS-Filipina) lakukan” lanjutnya, dilansir The Philstar.

2. Empat pangkalan militer baru AS didirikan di Filipina

ilustrasi tentara (pixabay.com/12019)
ilustrasi tentara (pixabay.com/12019)

Pada awal April 2023, AS telah meningkatkan upaya untuk memperluas opsi keamanan Indo-Pasifik di tengah meningkatnya kekhawatiran atas sikap China yang semakin agresif. China sendiri memiliki permasalahan sengketa dengan beberapa negara seperti Jepang, Vietnam, Filipina, Malaysia, India, dan lainnya.

Dibangunnya pangkalan militer baru di Filipina membuat AS bisa merotasi pasukannya ke sembilan pangkalan di Filipina, termasuk di Pulau Balabac yang dekat dengan instalasi China di Laut China Selatan.

Meskipun berita tentang perluasan akses diumumkan pada awal Februari, lokasi pangkalan tetap tidak diketahui. Walau begitu, AS-Filipina telah mengidentifikasi empat pangkalan militer tersebut akan dibangun di Pulau Balabac di Palawan; Pangkalan Angkatan Laut Camilo Osias di Santa Ana, provinsi Cagayan; Bandara Lal-lo di Cagayan; dan Kamp Melchor Dela Cruz di Gamu, Isabela.

3. Penentuan lokasi empat pangkalan militer baru dipertanyakan parlemen Filipina

Presiden Filipina Ferdinand Marcos (twitter.com/bongbongmarcos)
Presiden Filipina Ferdinand Marcos (twitter.com/bongbongmarcos)

Senator Imee Marcos, saudara perempuan Presiden Ferdinand Marcos, menanyai pejabat Kementerian Pertahanan dan urusan luar negeri pada sidang pemilihan lokasi, yang menurutnya, "acak dan tidak lagi bertujuan sehubungan dengan modernisasi(Angkatan Bersenjata Filipina)".

Pejabat Departemen Pertahanan Nasional Carlito Galvez Jr. mengatakan bahwa lokasi tersebut dipilih untuk memperkuat pertahanan eksternal negara dan mengatasi "kerentanan" Filipina di utara.

Namun, Imee Marcos meragukan klaim ini dengan mengatakan "Di utara? Saya datang dari utara, Pak. Saya tidak merasa sangat rentan. Nelayan kami di Cagayan dan laut Ilocos tidak diganggu oleh siapa pun," dilansir Philstar.

Galvez kemudian mengatakan bahwa lokasi tersebut dipilih dengan tujuan untuk "melindungi kepentingan maritim kami termasuk Benham Rise dan juga Laut Filipina Barat."

Terdapat kekhawatiran bahwa perluasan situs EDCA ke bagian utara dan barat Filipina telah mendorong China untuk mengeluarkan serangkaian peringatan bahwa ini akan mengganggu stabilitas perdamaian di wilayah tersebut dan dapat menyeret Filipina ke dalam konflik atas Taiwan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us