Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gazprom Akan Setop Aliran Gas Alam Lewat Ukraina

Pembangkit Listrik Geothermal Gazprom di Grozny. (x.com/GazpromEN)

Jakarta, IDN Times - Perusahaan gas alam milik negara Rusia, Gazprom, pada Selasa (26/11/2024), siap menghentikan seluruh pengiriman gas alam melewati Ukraina. Rencana ini sesuai kontrak antara Gazprom dan Ukraina yang akan berakhir pada 31 Desember 2024. 

Pada Agustus, Preiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengaku tidak akan melanjutkan perjanjian transit pengiriman gas alam Rusia di negaranya. Sementara itu, Kiev sedang mendorong alternatif transit pengiriman gas alam dari Azerbaijan untuk menggantikan suplai gas alam Rusia. 

1. Pengiriman gas alam Rusia ke Eropa diprediksi turun 20 persen

Meski diliputi ketegangan imbas perang, Gazprom dan Rusia sebenarnya masih menginginkan kelanjutan pengiriman gas alam ke Eropa melalui teritori Ukraina. Namun, Kiev kekeuh tidak akan memperpanjang kontrak dengan Gazprom. 

Melansir The Kyiv Independent, Gazprom menyebut diberhentikannya transit gas alam di Ukraina akan berdampak pada pengurangan pasokan gas alam ke Eropa hingga 20 persen pada 2025. Berhentinya pengiriman lewat Ukraina akan membuat ekspor ke Eropa turun hingga di bawah 39 miliar meter kubik. 

Sementara itu, Ukraina selama ini mendapat keuntungan besar dari transit gas alam Rusia di negaranya. Negara Eropa Timur itu diketahui menerima 1 miliar dolar AS (Rp15,8 triliun) setiap tahunnya dari proses transit gas alam dari Rusia ke Eropa. 

Penurunan ini tidak akan berdampak pada suplai gas alam Rusia ke China melalui pipa Power of Siberia yang diprediksi akan mencapai 38 miliar meter kublik pada 2025. Sedangkan, pengiriman lewat TurkStream dan BlueStream diperkirakan akan tetap stabil. 

2. Turki dialog dengan AS untuk lanjutkan transit gas alam Rusia

ilustrasi bendera Turki (pixabay.com/sevgi001461)

Turki juga sudah berbicara dengan Amerika Serikat (AS) terkait pencabutan sanksi Barat yang melarang menggunakan Gazprombank dalam proses pembayaran impor gas alam. 

"Tanpa pembebasan sanksi ini, kami tidak akan dapat lagi membayar dalam dolar AS. Jika kami tidak dapat membayar, maka kita tidak dapat membeli barang-barang. Jika tidak ada pembebasan, ini akan menjadi sesuatu yang besar kepada Turki," dikutip dari Bloomberg

Delegasi Rusia sudah berkunjung ke Ankara untuk membicarakan dengan Turki langkah alternatif untuk mengganti alat pembayaran. Sementara itu, Turki telah menjadi salah satu tempat transit gas alam Rusia. 

Kedua negara sudah membangun pusat transit gas alam di Turki. Bahkan, Ankara dan Moskow telah merencanakan pembangunan pipa bawah laut lewat Laut Hitam untuk menambah volume ekspor gas alam. 

3. Trump disebut tidak akan selesaikan konflik di Ukraina

Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba. (x.com/DmytroKuleba)
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba. (x.com/DmytroKuleba)

Mantan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengaku skeptis terhadap rencana Presiden terpilih AS Donald Trump untuk menghentikan perang Rusia-Ukraina dan mewujudkan perdamaian di Ukraina. 

"Saya bisa mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dalam keadaan hati yang baik dan berniat menyetujui gencatan senjata. Saya melihat Trump malah berisiko membuat Ukraina jatuh di garis depan jika AS menghentikan bantuan senjata ke Ukraina," tuturnya, dilansir dari Politico

Ia menambahkan, Putin berniat menghancurkan kenegaraan Ukraina dan merusak seluruh demokrasi independen yang dimiliki Ukraina. Ia mengklaim bahwa Trump tidak akan menyelesaikan masalah dan Barat akan dianggap lemah oleh Rusia. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Brahm
EditorBrahm
Follow Us