Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gencatan Senjata di Lebanon Picu Pemberontak Suriah Serang Aleppo 

sudut kota Aleppo, Suriah. (unsplash.com/Aladdin Hammami)
Intinya sih...
  • Oposisi Suriah klaim gencatan senjata Hizbullah-Israel memberi peluang merebut kota Aleppo.
  • Serangan dipersiapkan sejak tahun lalu, tertunda akibat perang di Gaza dan konflik di Lebanon.
  • Kesepakatan rahasia AS-Israel diduga memberi ruang untuk operasi terhadap Hizbullah di Suriah.

Jakarta, IDN Times - Oposisi utama Suriah mengklaim gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel di Lebanon memberi kelompok pemberontak peluang merebut kota Aleppo. Pernyataan ini disampaikan pemimpin oposisi Suriah di luar negeri, Hadi al-Bahra pada Senin (2/12/2024).

Dilansir Middle East Monitor, serangan ini telah dipersiapkan sejak setahun lalu. Namun rencana tersebut tertunda akibat perang di Gaza dan konflik di Lebanon. Al-Bahra menjelaskan bahwa keberhasilan cepat merebut Aleppo terjadi karena Hizbullah dan milisi pro-Iran masih terfokus menghadapi Israel.

Kelompok pemberontak melancarkan serangan mendadak ke kota Aleppo pada Rabu (27/11/2024). Serangan ini dinilai menjadi ancaman terberat bagi pemerintahan Presiden Bashar al-Assad setelah perang saudara Suriah nyaris stagnan sejak 2020.

1. AS-Israel sepakati serangan ke basis Hizbullah di Suriah

Media melaporkan adanya kesepakatan rahasia antara Amerika Serikat dan Israel yang menyertai gencatan senjata Lebanon. Kesepakatan ini diduga memberi ruang bagi Israel melakukan operasi terhadap target Hizbullah di wilayah Suriah.

"Sebelumnya mereka enggan melancarkan serangan saat Lebanon masih berkonflik dengan Israel, namun saat gencatan senjata Lebanon dimulai, mereka menemukan momentum yang tepat," ujar al-Bahra, dilansi Reuters.

Komandan pemberontak Suriah sendiri mengakui bahwa mereka tidak mau terlihat seperti sedang membantu Israel. Oleh karena itu, serangan ditunda hingga Lebanon-Israel mencapai gencatan senjata. 

Turki yang memiliki pangkalan militer di perbatasan selatan Suriah mengetahui rencana serangan tersebut. Namun, pejabat senior Turki menyatakan bahwa negaranya tidak terlibat atau memberi izin apapun terhadap operasi ini.

Sementara itu, Assad dinilai kehilangan dukungan kuat dari sekutunya. Rusia mengurangi bantuan udara karena fokus ke perang Ukraina. Hizbullah pun menarik sebagian besar personelnya dari Suriah sejak pertempuran dengan Israel memanas Oktober lalu.

2. Ratusan pejuang Irak masuk Suriah bantu Assad

Ratusan pejuang milisi dari Irak yang pro-Iran dilaporkan memasuki Suriah pada Minggu (1/12/2024). Para pejuang memanfaatkan jalan tikus menghindari pos perbatasan resmi untuk masuk ke Suriah.

Sumber militer Suriah menyebut kelompok ini masuk dalam kelompok-kelompok kecil untuk menghindari serangan udara.

"Mereka merupakan bala bantuan baru yang dikirim untuk membantu rekan-rekan kami di garis depan utara," katanya.

Kementerian Luar Negeri Iran telah menyatakan bahwa Teheran akan memberikan segala bentuk bantuan yang dibutuhkan pemerintah Suriah dalam menghadapi situasi ini.

Angkatan udara Suriah dan Rusia mulai melancarkan serangan balasan ke posisi pemberontak. Serangan difokuskan di pedesaan timur Aleppo yang dikuasai pemberontak.

3. Kondisi di kawasan Timur Tengah kian memanas

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengeluarkan peringatan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Netanyahu mengecam Assad yang membiarkan tentara Suriah terlibat dalam jaringan Hizbullah dan Iran.

"Pernyataan Netanyahu sangat penting dan muncul saat sekutu-sekutu Turki maju di Suriah utara. Assad jelas lebih lemah saat ini, dan mundurnya pasukan di utara pasti akan mempengaruhi pengambilan keputusan Iran dan Hizbullah," ujar Peneliti senior Carnegie Middle East Center, Mohannad Hage Ali , dilansir The New Arab.

Organisasi penyelamat White Helmets melaporkan serangan udara Suriah dan Rusia telah menewaskan tujuh warga sipil, termasuk lima anak-anak di kamp pengungsi Idlib. Pesawat tempur juga menghantam kawasan pemukiman di kota Aleppo.

Pasukan pemberontak merupakan gabungan kelompok sekuler pro-Turki yang dipimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS). HTS sendiri masuk daftar organisasi teroris menurut Turki, AS, Rusia dan beberapa negara lain.

Eskalasi konflik berpotensi semakin mengacaukan kawasan yang sudah terguncang akibat perang di Gaza dan Lebanon. Perang saudara Suriah dikhawatirkan akan kembali bergejolak setelah relatif tenang empat tahun terakhir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us