Georgia Larang Demonstran Tutupi Wajahnya Pakai Masker

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Georgia Irakli Kobakhidze, pada Minggu (8/12/2024), melarang demonstran menutupi wajahnya dengan masker saat turun ke jalan. Ia mengklaim langkah ini untuk mencegah kerusuhan di negaranya.
Georgia sudah dilanda protes besar-besaran di seluruh negeri yang memasuki hari ke-11. Demonstrasi disebabkan keputusan sepihak Kobakhidze dan Partai Georgian Dream untuk menangguhkan proses aksesi Uni Eropa (UE) hingga 2028 usai dijatuhi sanksi.
1. Sebut negara-negara UE juga larang demonstran gunakan masker
Kobakhidze mengungkapkan, aturan yang sama juga diterapkan di sejumlah negara di UE. Ia mengklaim cara ini dapat mengurangi kekerasan selama berkumpulnya massa di jalan ketika ada demonstrasi.
"Tantangan yang dihadapi penegak hukum saat menjaga demonstrasi adalah mereka harus menahan tindakan kekerasan secara fisik dan psikologis. Saya mengecam hinaan kepada aparat yang menunjukkan ketidakhormatan dan contoh standar ganda," tutur Kobakhidze, dilansir dari Georgia Today.
PM dari Partai Georgian Dream itu mengklaim, polisi sulit membedakan mana demonstran dan mana yang bukan karena menggunakan masker. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada polisi dan menyebutnya sebagai pahlawan.
Ia juga menyebut terdapat lebih dari 10 polisi yang harus dioperasi imbas berkelahi dengan demonstran. Ia menyebut selama ini kekerasan terhadap aparat penegak hukum di Georgia tidak pernah dibahas dan dikecam.
2. Sekelompok pria bermasker serang jurnalis dan demonstran
Pada hari yang sama, sejumlah jurnalis yang ikut memadati jalan Rustaveli untuk memprotes pemerintahan Partai Georgian Dream. Namun, sejumlah jurnalis dilaporkan mendapatkan serangan dari sekelompok orang bermasker.
Melansir OC Media, mereka sering disebut sebagai titushki atau dalam bahasa Ukraina sebagai petugas suruhan pemerintah yang menyamar dan menyerang kritikus pemerintah atau oposisi.
Berdasarkan laporan dari media lokal, titushki menyerang dua demonstran pada pukul 21.30 waktu setempat. Mereka memukuli demonstran dan jurnalis di tempat gelap agar tidak diketahui. Dilaporkan terdapat sekitar 30 pria bermasker yang menyerang demonstran.
3. Presiden Georgia bicara soal negaranya dengan Trump dan Macron
Presiden Georgia Salome Zourabichvili sudah bertemu dengan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Preisden Prancis Emmanuel Macron saat menghadiri pembukaan Gereja Katedral Notre Dame.
"Dalam diskusi panjang dengan Presiden Trump dan Macron, saya mengungkapkan bahwa pemilu parlemen di Georgia sudah dicuri. Saya juga mengatakan terdapat penekanan dan kekerasan terhadap rakyat Georgia," terangnya, dilansir Reuters.
Selama ini, Zourabichvili sudah mengungkapkan penolakannya terhadap hasil pemilu yang dimenangkan oleh Partai Georgian Dream. Ia pun ikut dalam demonstrasi penangguhan aksesi Georgia dalam UE yang diputuskan secara sepihak.
Ia menuding Partai Georgian Dream semakin otoriter kepada rakyat Georgia dan berpandangan anti-Barat. Ia juga mengklaim partai tersebut berupaya mengembalikan negara Kaukasus Selatan itu ke dalam orbit Rusia.