Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gunung Es Raksasa A23a Pecah Jadi Potongan Besar

ilustrasi gunung es (pexels.com/Harrison Haines)
ilustrasi gunung es (pexels.com/Harrison Haines)
Intinya sih...
  • A23a terjebak di Antartika selama tiga dekade.
  • Pecahnya A23a berdampak besar bagi ekosistem laut.
  • A23a tergeser dari posisi gunung es terbesar di dunia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Gunung es A23a, yang sebelumnya pernah menjadi terbesar di dunia, kini terbelah menjadi bongkahan raksasa dalam waktu singkat. Peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) menyebut pecahan itu terbentuk begitu besar sehingga masing-masing diklasifikasikan sebagai gunung es baru oleh Pusat Es Nasional Amerika Serikat (USNIC).

A23a awalnya memiliki bobot hampir satu triliun ton dan luas 3.672 kilometer persegi, setara wilayah Rhode Island, sejak terpisah dari rak es Filchner-Ronne pada 1986.

Seorang ahli oseanografi BAS, Andrew Meijers, mengungkapkan kondisi terkini.

“Gunung es ini sedang pecah dengan cepat, dan melepaskan potongan-potongan sangat besar, yang sendiri ditetapkan sebagai gunung es besar oleh Pusat Es Nasional AS yang melacak ini,” katanya kepada CNN melalui email, Rabu (3/9/2025).

Berdasarkan analisis AFP terhadap citra satelit dari program pengamatan Bumi Uni Eropa Copernicus, kini ukuran A23a tinggal sekitar 1.770 kilometer persegi, sebanding dengan wilayah Greater London. Beberapa pecahannya bahkan mencapai 400 kilometer persegi hanya dalam beberapa pekan terakhir, dilansir dari The Guardian.

1. Perjalanan A23a dari Antartika menuju Atlantik Selatan

ilustrasi bongkahan gunung es (pexels.com/Lauren Heaton)
ilustrasi bongkahan gunung es (pexels.com/Lauren Heaton)

Selama lebih dari tiga dekade, A23a terjebak di dasar Laut Weddell di Antartika hingga akhirnya menyusut cukup kecil untuk bebas bergerak. Pada 2020, arus laut mendorongnya keluar, tetapi sempat tertahan dalam pusaran air Taylor column sebelum kembali melaju pada Desember 2024. Kejadian ini menandai awal perjalanan panjangnya di Samudra Atlantik bagian selatan.

Pada Maret 2025, gunung es itu sempat kandas di landas kontinen dekat Pulau Georgia Selatan, sebuah wilayah seberang laut Inggris. Meijers menjelaskan bahwa sejak Mei, A23a terbawa arus kuat bernama Front Arus Sirkumpolar Antartika Selatan (SACCF) yang mengelilingi Georgia Selatan berlawanan jarum jam. Arus tersebut diyakini akan menggiring A23a dan pecahannya ke timur laut melalui jalur Iceberg Alley, jalur umum gunung es keluar dari Antartika.

2. Pecahnya A23a picu dampak besar bagi ekosistem laut

ilustrasi ekosistem bawah laut (pexels.com/Francesco Ungaro)
ilustrasi ekosistem bawah laut (pexels.com/Francesco Ungaro)

Saat bergerak ke utara, A23a menghadapi air lebih hangat dan gelombang kuat yang mempercepat kehancurannya. Meijers menilai kondisinya sudah terlalu rentan.

“Airnya terlalu hangat untuk mempertahankannya. Ini terus meleleh,” ucapnya kepada AFP, dikutip dari Gizmodo.

Ia memperkirakan A23a segera berubah menjadi pecahan kecil yang tak bisa lagi dilacak, meski sebagian fragmen masih berbahaya bagi kapal. Tim BAS sempat meneliti gunung es ini ketika terdampar di Georgia Selatan dengan kapal riset RRS Sir David Attenborough. Seorang juru bicara BAS mengatakan pelepasan air tawar dingin dalam jumlah masif kemungkinan berdampak besar pada kehidupan dasar laut maupun perairan sekitarnya.

Sampel penelitian saat ini tengah dianalisis di Inggris untuk menilai dampak lingkungan lebih jauh. Para peneliti juga memperingatkan bahwa munculnya gunung es besar di sekitar Georgia Selatan bisa semakin sering terjadi akibat pemanasan global.

3. A23a tergeser dari posisi gunung es terbesar di dunia

ilustrasi gunung es (pexels.com/DSD)
ilustrasi gunung es (pexels.com/DSD)

Pecahnya A23a membuat posisinya tergeser oleh gunung es D15a yang kini menjadi terbesar dengan luas sekitar 3 ribu kilometer persegi. D15a masih berada dekat pangkalan Australia di Davis, sementara A23a yang kini di peringkat kedua diperkirakan segera kehilangan status itu karena terus menyusut di perairan hangat selatan. Meijers menilai proses pemecahan ini akan semakin cepat seiring datangnya musim semi di wilayah tersebut.

Fenomena ini sekaligus menyoroti tren lebih luas terkait perubahan iklim. Meijers menuturkan bahwa rak es telah kehilangan triliunan ton es dalam beberapa dekade terakhir akibat pencairan dan pecahan yang dipicu arus laut yang berubah.

Meski bongkahan es mengapung seperti A23a tidak langsung menaikkan permukaan laut, hilangnya dengan cepat memberi peringatan serius tentang pemanasan global. Studi terbaru bahkan memperkirakan pencairan gletser bisa memicu kenaikan permukaan laut hingga 28 sentimeter pada 2100.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Jadi Tersangka, Nadiem: Integritas Jujur Nomor 1, Allah Tahu Kebenaran

04 Sep 2025, 17:06 WIBNews