Harapan Israel pada Kebijakan Pro-Israel AS di Bawah Donald Trump

- Netanyahu menyambut baik kemungkinan kembalinya Trump sebagai Presiden AS karena kebijakan pro-Israel yang dijalankan selama periode pertama kepemimpinannya.
- Sejumlah tokoh Israel berharap Trump melanjutkan kebijakan pro-Israel, seperti pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan penarikan diri dari kesepakatan nuklir Iran.
- Kalangan Palestina merespons dengan skeptisisme terhadap kebijakan AS yang dianggap lebih berpihak pada Israel tanpa memperhatikan sisi kemanusiaan konflik, serta menekankan pentingnya solusi nyata untuk konflik Timur Tengah.
Jakarta, IDN Times - Pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, menyambut baik potensi kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Ini bukan tanpa alasan mengingat kebijakan pro-Israel yang pernah diberlakukan Donald Trump ketika periode pertama ia memimpin AS.
Netanyahu dan sejumlah tokoh Israel lainnya menilai Trump sebagai figur penting bagi keamanan kawasan, terutama dalam menghadapi Iran. Sebaliknya, tidak semua kalangan di Palestina menyambutnya dengan antusias mengingat skeptisisme terhadap kebijakan AS yang dianggap lebih berpihak pada Israel.
1. Netanyahu mengapresiasi kebijakan pro-Israel Trump

Pada Kamis, 6 November 2024, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan ucapan selamat kepada Donald Trump yang ia nilai sebagai kandidat kuat pada pemilihan presiden. Netanyahu menyebut Trump sebagai “sahabat terbaik Israel di Gedung Putih,” dilansir BBC News. Sejumlah kebijakan Trump, seperti pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan penarikan diri dari kesepakatan nuklir Iran, telah membawa keuntungan besar bagi Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Netanyahu berharap kebijakan ini dapat dilanjutkan ketika Trump kembali menjabat. Michael Oren, mantan duta besar Israel untuk AS, mengungkapkan bahwa Israel mengharapkan Trump akan melanjutkan segala dukungan yang sebelumnya telah diberikan.
2. Sikap berbeda Palestina terhadap pengaruh kebijakan AS

Di sisi lain, reaksi yang berbeda muncul dari kalangan Palestina. Sejumlah warga Palestina mengungkapkan skeptisisme terhadap pengaruh kebijakan AS yang dianggap lebih berpihak kepada Israel tanpa melihat sisi kemanusiaan dari konflik yang sedang berlangsung. Sabri Saidam, pejabat senior Fatah, menyatakan bahwa pendekatan yang hanya memprioritaskan kepentingan Israel akan “memicu konfrontasi baru di masa depan.”
Dilansir Al Jazeera, Saidam menekankan pentingnya solusi nyata yang tidak merugikan kepentingan Palestina. “Kami ingin melihat seorang pemimpin yang benar-benar serius dalam menyelesaikan akar konflik Timur Tengah,” tambahnya.
3. Harapan warga terhadap peran AS dalam menghentikan konflik Gaza

Kondisi di Gaza juga mendapat sorotan, terutama bagi warga yang terdampak langsung oleh konflik berkepanjangan. Mohammed Dawoud, salah satu pengungsi yang telah mengalami pengusiran berkali-kali, menyebut bahwa kepemimpinan Donald Trump mungkin membawa harapan bagi berakhirnya perang di Gaza. Namun, beberapa warga Palestina lainnya menyampaikan ketidakpedulian terhadap pemilihan presiden AS selama konflik belum menemukan jalan keluar yang adil bagi Palestina.
Dalam pernyataannya kepada Reuters, seorang warga Gaza menyatakan, “Kami hanya ingin ada yang membantu kami untuk memperoleh kembali kedamaian dan keamanan. Kami membutuhkan sosok pemimpin yang dapat menyatukan kedua pihak dan menghentikan kekerasan.”