Hizbullah Akan Pilih Pemimpin Baru Sesegera Mungkin

Jakarta, IDN Times - Wakil sekretaris jenderal Hizbullah Naim Qassem, pada Senin (30/9/2024) mengatakan bahwa kelompoknya akan memilih pemimpin baru untuk menggantikan Hassan Nasrallah, yang telah terbunuh, sesegera mungkin. Ia juga menyatakan bahwa mereka akan terus berjuang melawan Israel.
"Kami akan memilih sekretaris jenderal partai secepat mungkin, dan kami akan mengisi kepemimpinan serta posisi lainnya secara permanen," kata Qassem dalam pidato yang disiarkan di televisi.
Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat Hizbullah tampil di hadapan publik sejak Nasrallah terbunuh dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan ibu kota Lebanon pada Jumat (27/9/2024).Hizbullah Naim Qassem, pada Senin (30/9/2024) mengatakan bahwa kelompoknya akan memilih pemimpin baru untuk menggantikan Hassan Nasrallah,
1. Hizbullah siap hadapi invasi darat Israel di Lebanon
Qassem mengatakan bahwa para pejuang Hizbullah terus menembakkan roket hingga 150 kilometer ke wilayah Israel, dan siap menghadapi kemungkinan serangan darat Israel.
"Apa yang kami lakukan adalah hal yang paling minimum. Kami tahu bahwa pertempuran ini mungkin akan berlangsung lama. Kami akan menang seperti saat kami menang dalam pembebasan tahun 2006 menghadapi musuh Israel," katanya, merujuk pada konflik terakhir antara Hizbullah dan Israel.
"Israel tidak mampu mencapai kemampuan militer kami, dan apa yang dikatakan media mereka tentang menghancurkan sebagian besar kemampuan jarak menengah dan jauh (roket Hizbullah) adalah mimpi yang belum mereka capai dan tidak akan pernah mereka capai," ujarnya.
Ia juga menyalahkan Amerika Serikat (AS) karena terus memberikan dukungan tanpa batas kepada Israel.
2. Tokoh Hizbullah yang diperkirakan akan menjadi penerus Nasrallah
Dilansir dari Al Jazeera, Qassem, yang merupakan orang nomor dua di Hizbullah, termasuk sosok yang diperkirakan akan menjadi pengganti Nasrallah.
Pria berusia 71 tahun ini memiliki sejarah panjang dalam aktivisme politik Syiah. Pada 1970-an, ia bergabung dengan Gerakan Kaum Tertindas, yang kemudian menjadi bagian dari Gerakan Amal, sebuah kelompok Syiah di Lebanon. Ia kemudian meninggalkan Amal dan membantu mendirikan Hizbullah pada awal 1980-an, dan menjadi salah satu ulama yang berpengaruh dalam kelompok tersebut.
Qassem terpilih sebagai wakil sekretaris jenderal pada 1991, di bawah kepemimpinan Abbas al-Musawi, yang juga dibunuh oleh Israel. Ia telah memainkan peran yang signifikan di depan publik untuk Hizbullah selama bertahun-tahun dan juga merupakan anggota Dewan Syura kelompok tersebut.
Tokoh lain yang dianggap berada di posisi terdepan untuk menjadi sekretaris jenderal gerakan tersebut adalah ketua dewan eksekutif Hizbullah sekaligus sepupu Nasrallah, Hashem Safieddine.
Selain berperan dalam memimpin dewan eksekutif, Safieddine juga merupakan anggota penting Dewan Syura dan ketua Dewan Jihadi kelompok tersebut. Posisinya yang sangat penting menjadikannya musuh bagi lawan Hizbullah. AS dan Arab Saudi telah menyatakan Safieddine sebagai teroris dan membekukan aset-asetnya.
3. Lebih dari 1.000 orang tewas di Lebanon selama 2 pekan terakhir
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa lebih dari 1.000 warga di negara itu telah tewas dan 6 ribu lainnya terluka, termasuk warga sipil, dalam 2 pekan terakhir. Pemerintah menyebutkan bahwa 1 juta orang, atau seperlima populasi Lebanon, juga telah mengungsi.
"Ini adalah gerakan pengungsian terbesar yang mungkin pernah terjadi," kata Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati.
Eskalasi konflik ini telah membuat warga Lebanon gelisah. Mereka khawatir bahwa Israel akan memperluas kampanye militernya.
"Tidak ada yang bisa dikatakan atau ditambahkan, kecuali semoga Tuhan menyelamatkan Lebanon. Apa yang akan terjadi pada saya adalah hal yang sama seperti yang bisa terjadi pada siapa pun," kata warga Beirut, Nawel, dengan pasrah.