HRW: Masih Banyak Warga China yang Dipenjara sebab Demo Tahun Lalu

Jakarta, IDN Times – Lembaga HAM Human Rights Watch (HRW), pada Kamis (26/1/2023), menyampaikan bahwa lusinan demonstran masih ditahan di China, bahkan masih ada beberapa orang yang belum diketahui keberadaannya.
Akhir 2022, para pengunjuk rasa berkumpul di banyak kota besar untuk menyerukan diakhirinya kebijakan nol COVID-19 yang ketat di seluruh China. Tuntutan kemudian bergulir menuntut kebebasan politik yang lebih besar.
Bersamaan dengan protes, Presiden China Xi Jinping baru saja mengamankan periode ketiganya. Partai Komunis yang berkuasa menghapus strategi penahanan COVID-19 pada bulan berikutnya, yang setelah itu gelombang infeksi menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian, dilansir AFP.
1. HRW minta komunitas internasional ambil tindakan

Dalam beberapa pekan terakhir, otoritas China telah menahan sejumlah pengunjuk rasa yang tidak diketahui jumlahnya, termasuk mahasiswa dan jurnalis.
"Segera bebaskan dan batalkan semua tuduhan terhadap semua orang yang ditahan karena berpartisipasi dalam protes kertas putih," kata HRW, merujuk pada lembar kosong yang bertentangan dengan sensor negara.
“Kaum muda di China membayar mahal karena berani berbicara untuk kebebasan dan hak asasi manusia. Pemerintah dan lembaga internasional di seluruh dunia harus mendukung dan meminta otoritas China untuk segera membebaskan mereka,” kata Yaqiu Wang, peneliti senior China di LSM yang berbasis di AS.
2. Banyak penangkapan terjadi bahkan sebelum demo

Pemerintah tidak banyak mengakui protes tersebut, beberapa di antaranya terjadi di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai, dan tidak secara langsung menyebutkan penahanan tersebut.
Tetapi, badan pengawas untuk penegakan hukum dalam negeri mengatakan, pada November mereka akan menindak tindakan kriminal ilegal yang mengganggu ketertiban sosial, sebagai peringatan kepada para demonstran.
Layanan keamanan tampaknya bergerak cepat setelah kerusuhan, dengan teman dan kerabat peserta mengonfirmasi bahwa beberapa penangkapan kemudian terjadi.
Seorang ibu mengatakan anaknya, yang merupakan aktivis LGBT, ditahan selama 30 hari sebelum dibebaskan dengan jaminan. Keberadaan dan status hukum beberapa demonstran lainnya tetap menjadi misteri, kata Human Rights Watch.
Mereka termasuk Cao Zhixin yang berusia 26 tahun, seorang editor di penerbit yang ditahan polisi setelah menghadiri acara untuk para korban kebakaran mematikan di provinsi Xinjiang, yang menjadi pemicu kerusuhan.
3. Diduga banyak penahanan yang tidak dilaporkan

Dalam rekaman video yang diunggah ke media sosial setelah penahanannya, Cao mengatakan beberapa temannya juga telah ditahan dan tidak dapat dihubungi.
“Jangan biarkan kami menghilang dari dunia ini. Jangan sampai kami dibawa pergi atau dihukum karena kejahatan secara sewenang-wenang, ”katanya.
Kelompok kampanye Pembela Hak Asasi Manusia China mengatakan, pekan lalu jumlah penahanan yang diketahui mungkin menunjukkan puncak gunung es, memperingatkan bahwa para demonstran berisiko tinggi untuk penghilangan paksa dan penyiksaan, dilaporkan dari The Straits Times.