Hujan Deras Menambah Penderitaan Warga Gaza saat Pergantian Tahun

- Hujan deras menyebabkan pengungsi Gaza terendam banjir, merusak tenda dan tempat perlindungan.
- Pertahanan Sipil Gaza menerima ratusan panggilan darurat untuk menyelamatkan warga yang terlantar akibat banjir.
- Kondisi pengungsian yang buruk diperparah oleh kekurangan makanan, air, listrik, dan kasus kekurangan gizi parah pada anak-anak.
Jakarta, IDN Times – Hujan deras mengguyur Jalur Gaza beberapa hari belakangan di saat semua orang merayakan momen pergantian tahun. Kondisi ini membuat penderitaan warga Gaza semakin berat di daerah pengungsian.
“Orang-orang terlantar, yang sudah hidup dalam kondisi tidak layak huni akibat perang, kini berjuang melawan hujan badai yang lebat,” kata Badan PBB untuk Palestina (UNRWA) dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu Agency, Selasa (31/12/2024).
Badan PBB itu mengatakan hujan telah membanjiri lebih dari 100 tenda penampung warga sipil yang mengungsi dan menyebabkan kerusakan parah di kota selatan Khan Younis.
“Sekitar 500 keluarga masih tinggal di sepanjang garis pantai Gaza,” tambahnya.
1. Sebagian besar kamp pengungsi kebanjiran
Pertahanan Sipil Gaza mengatakan pada Selasa bahwa puluhan tenda yang menampung warga sipil yang mengungsi terendam air hujan sejak Senin dini hari.
Dalam sebuah pernyataan, layanan tersebut mengatakan timnya telah menerima ratusan panggilan darurat dari orang-orang terlantar yang tenda dan tempat perlindungannya terendam banjir. Mereka memohon bantuan untuk menyelamatkan anak-anaknya.
"Sejak kemarin, kami telah menerima banyak panggilan darurat dari warga yang mengungsi karena tenda dan rumah mereka hancur dan terendam air hujan," tambahnya.
Pertahanan Sipil menyerukan intervensi segera untuk membantu keluarga-keluarga ini dan membantu merelokasi mereka ke tempat perlindungan yang aman.
2. Warga Gaza menghadapi situasi mengerikan di musim dingin
Di tahun kedua konflik ini, warga sipil yang mengungsi harus menghadapi musim dingin dengan kondisi pengungsian yang buruk. Tenda yang sudah robek hingga minimnya kebutuhan dasar seperti pakaian, selimut, dan pemanas harus dihadapi oleh warga Gaza.
Situasi yang mengerikan ini diperparah oleh kondisi kehidupan yang buruk akibat kurangnya makanan, air, dan listrik. Kondisi lainnya yakni di mana banyak anak-anak menderita kekurangan gizi parah. PBB telah menggambarkan situasi ini sebagai tahap pra-kematian.
Warga khawatir anak-anak mereka bisa meninggal akibat kedinginan. Sedikitnya tujuh orang, termasuk enam anak-anak, yang sebagian besar adalah bayi baru lahir, meninggal karena kedinginan di tengah perang.
UNRWA kemudian mendesak bantuan yang lebih banyak ke wilayah itu untuk memastikan warga terjaga selama musim dingin.
3. Konflik di Gaza masih terus berlanjut

Hingga kini, konflik di Gaza masih terus berlanjut. Konflk yang dimulai sejak Oktober 2023 ini telah memasuki tahun ke dua dan tak ada tanda-tanda akan segera berakhir.
Dilansir Euronews, pada pekan lalu, baik Israel maupun Hamas saling menyalahkan atas ketidakmampuan mereka menemukan titik terang gencatan senjata. Hamas menuduh Israel memperkenalkan persyaratan baru terkait penarikan pasukan dari Gaza, para tahanan, dan pemulangan orang-orang terlantar, yang katanya menunda kesepakatan.
Sementara itu, pemerintah Israel menuduh Hamas mengingkari kesepakatan yang telah dicapai. Namun, keduanya mengatakan diskusi masih berlangsung.
Jumlah korban di Gaza terus bertambah. Terbaru, jumlah korban tewas di Gaza mencapai 45.500 orang. Ratuan ribu lainnya mengalami luka-luka.