Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

India Akui Perlu Cari Cara Hentikan Konflik Teritorial dengan China

Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar (kanan). (twitter.com/VivianBala)
Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar (kanan). (twitter.com/VivianBala)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri (Menlu) India, S Jaishankar, mengatakan India dan China perlu mencari cara untuk mundur dari potensi konfrontasi. Dalam pernataannya baru baru ini, Jaishankar mengatakan kedua negera raksasa Asia itu perlu menjaga stabilitas sebelum hubungan bergerak maju.

Hal ini disampaikannya dalam sebuah kuliah umum yang diselenggarakan oleh Institut Studi Asia Selatan (ISAS) University of Singapore pada Sabtu (23/3/2024). Fokus utama dari dialog tersebut adalah China. 

"Dan itu tidak mudah. Telah banyak upaya yang dilakukan dengan mitra di China. Baik di tingkat komandan militer, di tingkat diplomatik. Kami telah melakukan lebih dari 20 putaran pembicaraan," kata Jaishankar, dikutip The Straits Times.

1. India sedang memikirkan jalan keluar atas perselisihan teritorial

Menurutnya, pertikaian teritorial ini tidak akan diselesaikan dengan tergesa-gesa dan India sedang mencoba untuk menemukan jalan.

Ini merupakan pernyataan pertama Jaishankar sejak perdebatan verbal mengenai klaim China pada wilayah Arunachal Pradesh, yang disebut Beijing sebagai Zangnan, bagian dari Tibet Selatan. Klaim tersebut menyusul peresmian Terowongan Sela di pegunungan di timur laut India, yang dilakukan oleh Perdana Menteri Narendra Modi pada awal Maret.

Dalam perkembangannya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) merespons konflik tersebut. Pada 20 Maret, AS mendukung kedaulatan India atas Arunachal Pradesh. Pihaknya juga menyatakan penolakan keras terhadap setiap upaya sepihak untuk mengajukan klaim teritorial melalui serangan atau pemotongan melintasi perbatasan de facto.

Beijing pun membalas hal ini dengan menuduh Washington mengambil keuntungan dari konflik negara lain demi kepentingan geopolitiknya yang egois, CNN melaporkan.

2. Konflik teritorial India-China

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)
Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Jaishankar menuturkan, bahwa langkah awal yang diperlukan adalah menemukan cara untuk kembali ke perdamaian dan ketenangan di perbatasan yang telah ada selama 45 tahun.

Ini merujuk pada insiden yang terjadi pada 2020, yang memicu pada memburuknya hubungan Delhi-Beijing. Saat itu, dilaporkan setidaknya 20 tentara India dan 4 tentara China tewas dalam bentrokan perbatasan.

Bagi Delhi, konflik yang terjadi pada saat itu dipicu oleh Beijing yang mengganggu keseimbangan, dengan tidak menepati bagian dari kesepakatan.

Di sisi lain, saat itu, Beijing mengatakan insiden tersebut terjadi karena Delhi melanggar konsensus bilateral dan melakukan provokasi sepihak di Lembah Galwan, yang diklaim China secara keseluruhan di tengah kontroversi dari Delhi. Sementara, India mengklaim lembah tersebut bagian dari wilayahnya yang berada di Ladakh di Himalaya.

"Dari 1975-2020, tidak ada yang terbunuh karena hal tersebut. Jadi selama 45 tahun, hal itu berhasil. Kami harus bertanya pada diri sendiri hari ini, mengapa ini tidak berhasil?", ujar Jaishankar, seraya menambahkan bahwa masalah sebenarnya bukan tentang miskomunikasi.

3. India serukan stabilitas perbatasan dengan China

Ilustrasi wilayah perbatasan. (Unsplash.com/Utsman Media)
Ilustrasi wilayah perbatasan. (Unsplash.com/Utsman Media)

Menlu India tersebut juga menambahkan, hingga ada stabilitas di perbatasan yang disengketakan, adalah tidak logis untuk mengharapkan pembangunan keseimbangan, pembangunan hubungan, serta melakukan lebih banyak hal untuk maju. Sebab, secara alami akan menimbulkan ketidakpercayaan yang sangat besar.

"Tantangannya, bagi saya adalah bagaimana kita menemukan keseimbangan yang berkelanjutan?. Kedua negara harus membangun di area-area yang telah mereka sepakati," ujarnya.

Kedua negara berbagi perbatasan sepanjang 3.800 km, yang sebagian besar tidak memiliki garis batas yang jelas. Mereka juga telah menandatangani perjanjian bilateral sepanjang 1993 hingga 2013 untuk mencegah eskalasi konflik.

Hubungan pun membaik setelah serangkaian perjanjian perbatasan tersebut dan Negeri Tirai Bambu kini menjadi mitra dagang terbesar kedua India.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us