Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RI Sesalkan Divetonya Rancangan Resolusi DK PBB Soal Gencatan Senjata Gaza

Kementerian Luar Negeri RI. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Kementerian Luar Negeri RI. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Intinya sih...
  • Rancangan resolusi diveto AS
  • Dapat merusak upaya AS menengahi gencatan senjata
  • Israel tolak seruan gencatan senjata permanen

Jakarta, IDN Times - Indonesia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dalam mengesahkan rancangan resolusi gencatan senjata di Gaza. Gagalnya pengesahan rancangan resolusi ini karena diveto Amerika Serikat (AS).

“Indonesia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB dalam mengesahkan rancangan resolusi yang menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza dan kelancaran penyaluran bantuan kemanusiaan,” kata Kementerian Luar Negeri RI, Kamis (5/6/2025).

Dalam pernyataannya, Indonesia menekankan pentingnya aksi bersama komunitas internasional untuk menegakkan Hukum Humaniter internasional dan pelindungan rakyat sipil, khususnya perempuan dan anak-anak di Gaza.

“Indonesia menyerukan kepada komunitas internasional, khususnya Anggota Tetap DK PBB, untuk memenuhi tanggung jawab moral dan politiknya untuk menghentikan pelanggaran yang terus dilakukan Israel dan mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Gaza dan seluruh Wilayah Pendudukan Palestina,” ujar pernyataan itu.

1. Rancangan resolusi diveto AS

Ilustrasi Dewan Keamanan PBB. (dok. Sonya M)
Ilustrasi Dewan Keamanan PBB. (dok. Sonya M)

AS kembali memveto rancangan resolusi DK PBB terkait Gaza. Resolusi ini menuntut gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen antara Israel dan militan Hamas di Gaza.

Resolusi juga dimaksudkan agar akses bantuan masuk tanpa hambatan di seluruh wilayah kantong yang dilanda perang itu.

Sebanyak 14 negara lain di dewan tersebut memberikan suara mendukung rancangan tersebut karena krisis kemanusiaan mencengkeram wilayah kantong yang dihuni lebih dari 2 juta orang itu, di mana kelaparan mengancam dan bantuan hanya mengalir masuk sejak Israel mencabut blokade selama 11 minggu bulan lalu.

2. Dapat merusak upaya AS menengahi gencatan senjata

Bahasa Arab salah satu bahasa resmi PBB (https://unsplash.com/@salyastone)
Bahasa Arab salah satu bahasa resmi PBB (https://unsplash.com/@salyastone)

Penjabat Duta Besar AS untuk PBB Dorothy Shea kepada dewan sebelum pemungutan suara mengatakn, Amerika Serikat telah menegaskan tidak akan mendukung tindakan apa pun yang gagal mengutuk Hamas dan tidak menyerukan Hamas untuk melucuti senjata dan meninggalkan Gaza. Ia beralasan bahwa hal itu juga akan merusak upaya yang dipimpin AS untuk menengahi gencatan senjata.

Washington adalah sekutu dan pemasok senjata terbesar Israel. Pemungutan suara Dewan Keamanan dilakukan saat Israel terus melancarkan serangan di Gaza setelah mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan pada Maret.

Otoritas kesehatan Gaza menyatakan, serangan Israel menewaskan 45 orang pada Rabu, sementara Israel mengatakan seorang tentara tewas dalam pertempuran. Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward mengkritik keputusan pemerintah Israel untuk memperluas operasi militernya di Gaza dan sangat membatasi bantuan kemanusiaan tidak dapat dibenarkan, tidak proporsional, dan kontraproduktif.

3. Israel tolak seruan gencatan senjata permanen

Bendera Israel (pexels/Thắng-Nhật Trần)
Bendera Israel (pexels/Thắng-Nhật Trần)

Israel telah menolak seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat atau permanen, dengan mengatakan Hamas tidak dapat tinggal di Gaza. Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan kepada anggota dewan yang memberikan suara mendukung rancangan tersebut.

“Anda memilih peredaan dan penyerahan. Anda memilih jalan yang tidak mengarah pada perdamaian. Hanya menuju lebih banyak teror,” kata Danon.

Hamas mengutuk veto AS, menggambarkannya sebagai menunjukkan ‘bias buta’ pemerintah AS terhadap Israel. Rancangan resolusi Dewan Keamanan juga menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang ditahan oleh Hamas dan pihak lainnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us