Inggris Kecam Keras Serangan Pemukim Israel di Tepi Barat

- Menteri Luar Negeri Inggris mengecam serangan pemukim Israel terhadap desa Palestina Jit di Tepi Barat.
- Pemukim bertopeng menyerbu desa Jit, membakar rumah dan mobil, serta merusak tangki air desa.
- Upaya diplomasi untuk gencatan senjata di Gaza dilakukan, namun Hamas tidak hadir dalam perundingan terbaru di Doha, Qatar.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengecam keras serangan pemukim Israel terhadap desa Palestina Jit di Tepi Barat yang terjadi pada Kamis (15/8/2024) malam. Serangan brutal tersebut mengakibatkan satu warga Palestina tewas dan beberapa lainnya mengalami luka-luka serius.
"Perilaku pemukim Israel ini sungguh menjijikkan dan saya mengecamnya dengan keras," tegas Lammy saat memberikan pernyataan kepada wartawan.
Kecaman ini disampaikan dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke Israel dan Palestina bersama Menteri Luar Negeri Prancis, Stéphane Séjourné. Kunjungan bersama ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh pejabat tinggi kedua negara dalam 10 tahun terakhir.
Mereka bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi Israel, termasuk Menteri Luar Negeri Israel Katz dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.
1. Serangan brutal pemukim Israel di desa Jit
Melansir BBC, setidaknya 100 pemukim bertopeng menyerbu masuk ke desa Jit pada Kamis malam. Mereka menembakkan amunisi hidup, membakar rumah dan mobil, serta merusak tangki-tangki air desa.
"Adegan pembakaran dan penghancuran bangunan, pelemparan bom molotov ke mobil-mobil, serta pengusiran warga dari rumah mereka secara membabi-buta sungguh mengerikan," ujar Lammy menggambarkan kekejaman serangan tersebut, dilansir The Guardian.
Menanggapi insiden ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pemerintahnya akan melakukan investigasi cepat.
"Kami berjanji akan menangkap dan mengadili para pelaku tindak kriminal ini," kata administrasi Netanyahu, dilansir BBC.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, sejak perang Israel-Hamas dimulai pada Oktober 2023 lalu, tercatat 633 warga Palestina termasuk 147 anak-anak telah tewas akibat serangan Israel di Tepi Barat. Sementara itu, menurut data AIDA, sebuah koalisi LSM yang bekerja di wilayah tersebut, pemukim Israel telah membunuh setidaknya 11 warga Palestina, termasuk 2 anak-anak.
2. Inggris serukan gencatan senjata secepat mungkin di Gaza
Di tengah memanasnya situasi di Tepi Barat, upaya diplomasi untuk mengakhiri konflik di Gaza terus dilakukan. Lammy menyerukan perlunya gencatan senjata segera di Gaza untuk melindungi warga sipil dan membebaskan para sandera yang masih ditahan Hamas.
"Ini adalah momen yang berbahaya bagi Timur Tengah. Risiko situasi yang semakin tak terkendali semakin meningkat," tegas Lammy.
"Sudah waktunya untuk mencapai kesepakatan pembebasan para sandera, menyalurkan bantuan dalam jumlah yang diperlukan ke Gaza, dan menghentikan pertempuran. Waktunya adalah sekarang," tambahnya.
Sementara itu, putaran baru perundingan gencatan senjata telah dimulai di Doha, Qatar. Perwakilan dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir bertemu dengan delegasi Israel untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Namun, menurut The Standard, Hamas memutuskan untuk tidak hadir dalam perundingan ini. Mereka beralasan bahwa Israel telah menambahkan tuntutan baru pada proposal sebelumnya.
Sebelumnya, pemerintah Inggris telah menjanjikan bantuan sebesar 6 juta poundsterling (sekitar Rp122 miliar) untuk Gaza. Bantuan ini diumumkan tak lama sebelum serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah di wilayah tersebut yang menewaskan setidaknya 80 orang.
3. Kekhawatiran eskalasi konflik regional
Ketegangan di kawasan semakin meningkat menyusul tewasnya pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan udara di Tehran, Iran, pada akhir Juli lalu. Meskipun Israel tidak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya, peristiwa ini memicu kekhawatiran akan pecahnya perang regional yang melibatkan Iran.
Situasi semakin mencekam setelah Hizbullah, kelompok bersenjata yang didukung Iran di Lebanon, mengancam akan membalas pembunuhan salah satu komandan senior mereka oleh Israel dalam serangan udara di Beirut. Negara-negara Barat telah mendesak Iran untuk tidak melakukan pembalasan terhadap Israel.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyatakan ada awal yang menjanjikan dalam pembicaraan gencatan senjata di Doha. Namun, ia menekankan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan lebih dari 40 ribu warga Palestina telah tewas dalam serangan Israel sejak awal konflik. Lebih dari 85 persen populasi Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat pertempuran yang berkepanjangan.
Konflik ini bermula dari serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang Israel dan menyandera 251 lainnya. Dalam pertempuran yang berlanjut hingga kini, 329 tentara Israel juga telah tewas.