Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Intelijen Israel: Tak Ada yang Tahu Pasti Lokasi Sandera Hamas

Militer Israel atau Israel Defence Force. (twitter.com/@IDFSpokesperson)
Militer Israel atau Israel Defence Force. (twitter.com/@IDFSpokesperson)
Intinya sih...
  • Mantan intelijen Israel, Micha Kobi, tidak tahu di mana Hamas menyembunyikan sandera Israel. 
  • Kematian pemimpin militer Hamas, Yahya Sinwar, mempersulit mediasi gencatan senjata. 
  • Perang di Gaza telah menelan korban jiwa dan melibatkan aktor dari kawasan lain seperti Hizbullah Lebanon, Houthi di Yaman, dan Iran. 
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Mantan anggota intelijen senior Israel Shin Bet, Micha Kobi, mengaku tak memiliki informasi pasti terkait lokasi Hamas menyembunyikan warga Israel yang kini masih disandera. Ia mengatakan bahwa hal itu menjadi tantangan yang paling besar bagi Israel saat ini.

"Markas besar Hamas tak lagi beroperasi, namun tetap saja ada pejuang gerilya lain yang bertempur di seluruh wilayah atas nama organisasi, dalam kerangka markas besar Hamas lokal dan bahkan di lingkungan sekitar. Saat ini, tidak seorang pun di Hamas tahu persis di mana semua sandera ditahan," katanya, dilansir Jerussalem Post, Minggu (3/11/2024).

Ia menambahkan bahwa kemungkinan, satu atau dua orang prajurit tahu letak beberapa sandera. Namun secara keseluruhan tak ada yang tahu pasti. Ia menyebut Hamas kini berupaya memeras Israel dalam pembebasan sandera.

"Tidak ada yang namanya kesepakatan, ini pemerasan. Mereka memeras negara tanpa ampun," tambahnya.

1. Tak ada lagi komunikasi efektif dengan Hamas sejak kematian Sinwar

Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)
Ilustrasi pasukan Hamas (mfa.gov.il/Israel Ministry of Foreign Affairs)

Pemimpin sayap militer tertinggi Hamas, Yahya Sinwar, telah terbunuh dua pekan lalu di wilayah Rafah. Dalam sebuah serangan Israel yang tak disengaja, ia ditemukan tergeletak tak bernyawa.

Kematian Sinwar memutus jalur komunikasi efektif dengan para mediator gencatan senjata Hamas sejak saat itu. Akibatnya, keberadaan dan potensi pembebasan sandera semakin mengecil.

Mantan Wakil Direktur Mossad, Ram Ben Barak, mengatakan kematian Sinwar tak akan mengakhiri perang di Gaza. Ia memprediksi munculnya orang baru pengganti Sinwar di masa mendatang.

“Ini adalah perang ideologis, bukan perang tentang Sinwar,” kata Barak, dilansir The Guardian.

Ia sepenuhnya yakin bahwa dalam perang, memang perlu untuk membunuh seorang pemimpin yang sangat terkemuka. Namun keyakinan bahwa hal itu akan mengubah perang adalah sebuah kesalahan total.

“Anda tidak dapat menciptakan fantasi. Itu tidak akan mengakhiri perang,” tuturnya.

2. Mediasi gencatan senjata berlanjut

Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)
Pertemuan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dengan Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Selasa 5 Maret 2024 di Washington AS. (twitter.com/@SecBlinken)

Meski demikian, mediasi upaya gencatan senjata kembali mulai berjalan pekan lalu. Kepala Mossad Israel David Barnea, Direktur CIA Bill Burns, dan Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani mengadakan putaran pembicaraan terakhir mereka di Doha pada Minggu (27/10/2024).

Pada Rabu, seorang pejabat Hamas mengatakan pihaknya belum menerima proposal apapun untuk gencatan senjata. Namun, ia merasa siap untuk membahas ide apapun terkait penarikan pasukan Israel dari Gaza.

"Kami belum secara resmi menerima proposal komprehensif apa pun. Kami siap untuk terlibat dengan ide atau proposal apa pun yang diajukan kepada kami, asalkan pada akhirnya mengarah pada berakhirnya perang dan penarikan pasukan dari Jalur (Gaza)," kata pejabat itu kepada AFP, dilansir Al Arabiya.

Para mediator yang terdiri dari Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir telah berusaha selama berbulan-bulan untuk merundingkan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza guna memungkinkan pertukaran tahanan, akses bantuan, dan pembicaraan tentang perdamaian jangka panjang. Namun, hasilnya tak kunjung terlihat.

3. Jumlah korban masih terus bertambah

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)
Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Dilansir Anadolu Agency, hingga kini, perang di Gaza masih terus berlanjut. Israel terus melancarkan serangan dahsyat terhadap Gaza meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.

Menurut Otoritas Kesehatan Gaza, perang yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 ini telah menelan korban jiwa di Gaza hingga mencapai 43 orang lebih. Sebagian besar korban merupakan wanita dan anak-anak. Lebih dari 101.600 orang lainnya terluka.

Perang ini telah menyeret aktor lainnya di kawasan untuk ikut terlibat. Hizbullah Lebanon, Houthi di Yaman, hingga Iran juga telah berkonfrontasi dengan Israel secara langsung. Iran belakangan ini berencana untuk melancarkan serangan terhadap Israel sebagai tanggapan atas serangan sebelumnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us