Iran Panggil Dubes Inggris: Jangan Ikut Campur Urusan Negara Kami!

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Iran memanggil Duta Besar Inggris, Simon Shercliff, pada Selasa (4/10/2022). Pemanggilan ini adalah yang kedua kalinya setelah meletusnya protes terkait kematian Mahsa Amini di Iran.
Pada kesempatan itu, pemerintah Iran memprotes komentar intervensionis yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Inggris saat memanggil perwakilannya di London. Iran menuduh Inggris terlalu ikut campur urusan dalam negeri Iran, dilansir dari Reuters.
1. Iran tuduh Inggris ikut dalangi aksi protes
Iran menyampaikan protes pada Dubes Inggris atas komentar London terkait kericuhan di Iran. Menurut Direktur Jenderal Eropa Barat di Kementerian Luar Negeri Iran, pernyataan Inggris dibangun dari interpretasi palsu dan provokatif.
Pemerintah Iran juga menilai, komentar tersebut merupakan bukti keterlibatan Inggris dalam skenario yang bermaksud untuk melawan pemerintah Republik Islam Iran, dilansir dari Tasnim.
"Pihak Inggris dengan mengeluarkan pernyataan sepihak, menunjukkan bahwa ia memiliki peran dalam skenario teroris yang berperang yang aktif melawan Republik Islam," otoritas Iran.
2. Inggris juga panggil perwakilan Iran
Sebelumnya, Inggris juga memanggil diplomat Iran di London terkait tindak kekerasan kepada para demonstran. Inggris menuduh Iran telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Selain itu, Inggris juga menyoroti penggunaan peluru tajam oleh otoritas Iran saat membubarkan massa aksi.
“Kami akan terus bekerja dengan mitra kami untuk meminta pertanggungjawaban pihak berwenang Iran atas pelanggaran hak asasi manusia mereka yang mencolok,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly, dikutip dari Aawsat.
3. Aksi protes masuk minggu ketiga
Aksi kematian Mahsa Amini telah memasuki minggu ketiga. Pemerintah Iran telah melakukan berbagai tindakan represif terhadap demonstran, seperti penggunaan gas air mata, peluru logam, bahkan tercatat ada beberapa kasus penembakan langsung.
Menurut pemerintah Iran, korban tewas akibat aksi protes mencapai 41 orang. Namun, kelompok hak asasi manusia memprediksi jumlah korban tewas jauh lebih tinggi, dengan lebih dari seribu orang telah ditahan, dilansir dari Associated Press.