Israel Akan Mulai Negosiasi Gencatan Senjata Tahap 2

Jakarta, IDN Times - Israel akan memulai negosiasi tidak langsung dengan kelompok militan Palestina, Hamas, pada tahap kedua kesepakatan gencatan senjata Gaza pekan ini. Mereka menuntut demiliterisasi penuh wilayah kantong itu, seperti yang diucapkan Menteri Luar Negeri Gideon Saar.
Negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan itu seharusnya dimulai pada 2 Februari lalu, tetapi Qatar yang bersama dengan Mesir dan Amerika Serikat menjadi penengah antara kedua belah pihak, menyatakan pembicaraan itu belum resmi dimulai.
"Itu akan terjadi minggu ini," kata Saar dalam konferensi pers di Yerusalem, dilansir dari Channel News Asia, Kamis (20/2/2025).
1. Sinyal beragam dari Israel

Israel telah memberikan sinyal beragam dalam beberapa minggu terakhir, atas keterlibatannya dalam pembicaraan mengenai tahap berikutnya dari gencatan senjata tiga tahap. Gencatan senjata pertama mulai berlaku pada 19 Januari lalu dengan tujuan yang dinyatakan untuk mengakhiri perang Gaza secara permanen.
Kesepakatan gencatan senjata, yang mencakup pengembalian 33 sandera Israel dengan imbalan ratusan tahanan Palestina, tetap berjalan sesuai rencana, meskipun ada serangkaian kemunduran dan tuduhan pelanggaran yang mengancam akan menggagalkannya.
Namun negosiasi tahap kedua diperkirakan akan sulit, karena mencakup isu-isu seperti administrasi Gaza pascaperang, yang masih menyisakan kesenjangan besar antara kedua belah pihak.
“Kami tidak akan menerima kehadiran Hamas atau organisasi teroris lainnya di Gaza," kata Saar.
Namun, ia menyebut, jika negosiasi tersebut konstruktif, Israel akan tetap terlibat dan dapat memperpanjang fase pertama gencatan senjata, yang seharusnya berlangsung selama enam minggu.
"Jika kita melihat adanya dialog konstruktif dengan kemungkinan cakrawala untuk mencapai kesepakatan, (maka) kami akan memperpanjang jangka waktu ini," kata Saar.
2. Pengembalian sandera agenda utama

Sejauh ini, 19 sandera Israel telah dikembalikan sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan Palestina. Sebanyak 14 sandera lainnya, enam di antaranya diyakini masih hidup, dijadwalkan dikembalikan pada fase pertama.
Israel berupaya mengamankan pembebasan enam sandera yang masih hidup pada Sabtu, 22 Februari mendatang. Sedangkan empat jenazah sandera yang telah meninggal dunia lainnya diperkirakan akan diserahkan pada hari ini.
Para sandera ditawan dalam serangan lintas perbatasan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel selatan, menurut penghitungan Israel.
3. Lebih dari 48.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel

Serangan Israel terhadap Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan Palestina, menghancurkan sebagian besar wilayah kantong itu, dan membuat ratusan ribu orang mengungsi.
Seorang pejabat Israel mengatakan Israel juga akan mulai mengizinkan masuknya rumah mobil bagi warga Gaza, yang terpaksa berlindung dari cuaca musim dingin di antara reruntuhan yang ditinggalkan pemboman Israel selama 15 bulan.
Hamas menuduh Israel menunda pengiriman dan mengancam akan menunda pembebasan sandera hingga masalah tersebut terselesaikan. Kesepakatan gencatan senjata yang rapuh itu juga dibayangi seruan Presiden AS Donald Trump, agar warga Palestina dipindahkan dan Gaza diambil alih sebagai pembangunan tepi laut di bawah kendali AS.
Rencana tersebut telah ditolak kelompok-kelompok Palestina, negara-negara Arab, dan sekutu Barat Washington yang menyatakan hal itu sama saja dengan pembersihan etnis. Para pemimpin Israel berpendapat warga Gaza yang ingin meninggalkan daerah kantong yang hancur itu harus diizinkan melakukannya.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan ia akan mendirikan unit baru di kementeriannya yang didedikasikan untuk memfasilitasi keluarnya penduduk Gaza yang ingin pindah ke negara ketiga, setelah meninjau rencana awal untuk itu.