Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Warga Palestina Terima SMS Janjikan Bantuan Keluar dari Gaza

ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
Intinya sih...
  • Israel menyebarkan pesan singkat (SMS) kepada warga Gaza, menawarkan bantuan untuk meninggalkan wilayah tersebut.
  • Hamas mengecam pesan-pesan tersebut sebagai bagian dari kampanye psikologis yang lebih luas yang dilakukan oleh Israel.
  • Kantor Media Pemerintah di Gaza mengeluarkan peringatan terkait beredarnya rumor mengenai rencana migrasi massal yang disebut-sebut diorganisir oleh tokoh-tokoh kontroversial bekerja sama dengan pihak luar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Warga Palestina di Gaza baru-baru ini menerima pesan singkat (SMS) yang menawarkan bantuan untuk meninggalkan wilayah tersebut. Kelompok Hamas menyebut pesan itu merupakan salah satu bentuk kampanye psikologis terhadap warga Gaza, dan meminta masyarakat untuk mengabaikannya.

Dalam salah satu pesan, penduduk di kamp pengungsi Al-Nuseirat diminta untuk mengatur pertemuan pada Selasa (22/4/2025) antara jam 9 pagi hingga 2 siang di Koridor Netzarim. Mereka juga diimbau untuk menghubungi seseorang yang diidentifikasi sebagai "Kapten Jalal" melalui WhatsApp.

Seorang warga Palestina mengungkapkan bahwa keluarganya juga menerima SMS serupa dari seseorang yang mengaku sebagai penduduk Gaza. Si pengirim menawarkan bantuan untuk mengungsi ke Prancis, dan mengklaim relokasi tersebut merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan mendukung ilmuwan dan seniman dari zona konflik.

1. Taktik untuk menggoyahkan ketabahan rakyat Palestina

Dilansir dari The New Arab, Hamas mengecam pesan-pesan tersebut, menyebutnya sebagai bagian dari operasi psikologis yang lebih luas yang dilakukan oleh Israel.

"Israel menyebarkan rumor emigrasi dari Gaza ke negara-negara asing melalui Bandara Ramon, sebagai sebuah taktik yang dirancang untuk menggoyahkan ketabahan rakyat Palestina dan merusak kesadaran nasional mereka," kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.

Mereka meminta masyarakat Gaza agar tidak terpengaruh oleh seruan tersebut, dan tidak menghubungi nomor telepon yang beredar di media sosial, yang diduga digunakan untuk tujuan pengumpulan intelijen.

“Imigrasi dari tanah air di bawah pendudukan bukanlah solusi yang aman, namun sebuah jebakan yang dibungkus dengan janji-janji palsu. Palestina tidak untuk dijual, dan rakyat kami tidak akan tercerabut,” tambahnya.

2. Militer Israel bantah terlibat dalam pengiriman pesan tersebut

Kantor Media Pemerintah di Gaza, pada Senin (22/4/2025), juga mengeluarkan peringatan terkait beredarnya rumor mengenai rencana migrasi massal. Mereka menuduh Israel berada di balik kampanye informasi yang menyesatkan itu.

“Kami sedang memantau apa yang belakangan ini beredar di beberapa platform media sosial — unggahan palsu dan informasi menyesatkan tentang dugaan pengaturan migrasi massal dari Jalur Gaza, yang disebut-sebut diorganisir oleh tokoh-tokoh kontroversial bekerja sama dengan pihak luar, dan mempromosikan perjalanan keluarga Palestina melalui Bandara Ramon ke berbagai negara di dunia,” kata kantor tersebut.

Sementara itu, militer Israel mengaku tidak tahu menahu tentang adanya pesan semacam itu yang disebarkan secara resmi.

3. Israel ancam akan merebut lebih banyak wilayah Gaza

Menteri Keamanan Israel, Israel Katz, sebelumnya telah mengancam akan membuat Gaza menjadi lebih kecil dan terisolasi. Ia mengatakan bahwa selama hari raya Paskah Yahudi (passover), militer Israel berhasil mengambil kendali atas poros Morag, yaitu koridor sepanjang 12 kilometer yang memisahkan kota Khan Younis dan Rafah.

"Daerah antara Koridor Philadelphi dan Morag kini telah diubah menjadi bagian dari zona keamanan Israel,” katanya pekan lalu, dikutip dari Anadolu. 

Ia mengungkapkan bahwa langkah tersebut merupakan bagian dari upaya untuk menekan Hamas agar menerima kesepakatan pembebasan sandera. Sebelumnya, kelompok Palestina itu menolak proposal yang diajukan oleh Israel karena menuntut pelucutan senjata secara total tanpa adanya jaminan bahwa perang di Gaza akan diakhiri secara permanen.

Awal bulan ini, seorang pejabat senior Israel juga mengatakan bahwa Tel Aviv sedang berdiskusi dengan sejumlah negara terkait rencana pemindahkan paksa warga Palestina dari Gaza. Menurutnya, Israel sangat serius dalam menerapkan gagasan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk memindahkan warga Gaza ke negara-negara ketiga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us