Israel Tunda Bebaskan 620 Warga Palestina

Jakarta, IDN Times – Israel menunda pembebasan 620 sandera warga Palestina hingga Hamas membebaskan warga Israel lebih banyak lagi. Keputusan itu diumumkan oleh Kantor Perdana Menteri Israel pada Sabtu (22/2/2025) malam.
"Karena pelanggaran berulang yang dilakukan Hamas, maka diputuskan untuk menunda pembebasan para teroris yang direncanakan kemarin hingga pembebasan sandera berikutnya dipastikan, tanpa upacara yang merendahkan martabat," katanya, dilansir Jerussalem Post.
Penundaan itu dikarenakan Israel menuduh Hamas melakukan pelanggaran gencatan senjata berulang. Israel juga mengecam pembebasan warga Israel secara seremonial sebagai aksi propaganda.
1. Pembebasan akan dilakukan setelah Hamas bebaskan sandera berikutnya

Pembebasan warga Palestina diperkirakan akan terjadi ketika gelombang sandera berikutnya dibebaskan. Israel ingin Hamas untuk membebaskan jenazah keempat sandera berikutnya lebih awal dari hari Kamis.
Kantor Perdana Menteri menambahkan, Hamas melanggar perjanjian ketika tidak mengembalikan jenazah salah satu sandera bernama Shiri Bibas. Israel juga menuntut agar pembebasan sandera di masa depan tak dilakukan secara seremonial oleh Hamas.
Hamas, pada Minggu, mengecam keputusan Israel. Seremoni pembebasan sandera yang dipermasalahkan Israel hanya dalih untuk menghindari kewajiban Israel berdasarkan perjanjian gencatan senjata Gaza.
2. Hamas bebaskan enam sandera pada Sabtu

Dilansir CNN, Hamas membebaskan enam sandera Israel dari Gaza pada Sabtu dalam dua upacara publik dan satu pemindahan tertutup. Itu adalah pemulangan terakhir sandera hidup dalam fase pertama kesepakatan gencatan senjata yang dimulai bulan lalu.
Sebagai imbalan atas pembebasan pada Sabtu, Israel diharapkan membebaskan 620 tahanan Palestina, termasuk 23 anak-anak dan seorang wanita. Namun, pembebasan itu harus tertunda.
Hamas dan sekutunya masih menyandera 63 warga Israel di Gaza. Setidaknya 32 orang di antaranya diyakini telah tewas menurut pemerintah Israel.
3. Gencatan senjata fase dua masih dibahas

Upaya perjanjian gencatan senjata tahap dua kini masih dibahas dan tampaknya sulit untuk dicapai. Terbaru, Hamas menyebut Israel telah menyabotase perjanjian tersebut.
Kelompok tersebut mengatakan pemerintah Israel tidak terlibat dalam negosiasi untuk tahap kedua kesepakatan yang akan berakhir pada tanggal 1 Maret.
"Kami percaya bahwa sekali lagi, ini adalah permainan kotor dari pemerintah sayap kanan untuk menyabotase dan merusak kesepakatan dan untuk mengirim pesan kesediaan untuk kembali berperang," kata Basem Naim, anggota senior biro politik Hamas, dilansir Al Jazeera.
Naim juga mengatakan bahwa Hamas tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut. Mereka juga telah mematuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan.
Awal bulan ini, pejabat Israel secara anonim mengonfirmasi kepada The New York Times bahwa klaim Hamas terhadap pelanggaran Israel terhadap kesepakatan itu akurat. Namun, pemerintah Israel secara resmi membantahnya.