Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jerman Dakwa 2 Warga Afghanistan yang Rencanakan Serangan ke Swedia

Bendera Jerman. (Unsplash.com/Андрей Добровольский)
Bendera Jerman. (Unsplash.com/Андрей Добровольский)
Intinya sih...
  • Jaksa Jerman mendakwa dua pria Afghanistan merencanakan serangan ke Swedia sebagai respons terhadap pembakaran Al-Qur'an di Swedia tahun lalu.
  • Keduanya ditangkap di Jerman, diduga mengumpulkan dana untuk ISIS dan direncanakan melakukan serangan di Stockholm dengan senjata api.
  • Pembakaran Al-Qur'an di Swedia menyebabkan demonstrasi dan meningkatkan tingkat ancaman dari ekstremis, serta memicu kontroversi hukum tentang kebebasan berbicara.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jaksa Jerman, pada Rabu (21/8/2024), mengatakan telah mendakwa dua pria berkewarganegaraan Afghanistan yang dituduh merencanakan serangan ke Swedia. Serangan itu direncanakan sebagai respons terhadap kasus pembakaran Al-Qur'an di Swedia pada tahun lalu.

Kedua pria itu ditangkap pada 19 Maret 2024 di dekat Gera di Jerman timur, dan jaksa mengajukan dakwaan pada 12 Agustus 2024 ke pengadilan di Jena. Pengadilan sekarang akan memutuskan bagaimana melanjutkan kasus tersebut dan apakah akan menjadwalkan persidangan.

1. Terkait dengan ISIS

Ilustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir Associated Press, keduanya diidentifikasi hanya sebagai Ibrahim MG dan Ramin N, yang didakwa berkonspirasi untuk melakukan kejahatan dan melanggar undang-undang ekspor. Ibrahim MG didakwa sebagai anggota organisasi teroris dan Ramin N. sebagai pendukung organisasi teroris.

Jaksa mengatakan terdakwa telah mengumpulkan sekitar 2 ribu euro (Rp34,6 juta) di Jerman sebagai sumbangan untuk ISIS.

Ibrahim MG dituduh bergabung dengan afiliasi ISIS yang melancarkan serangan di Afghanistan dan tempat lain, yang dikenal sebagai ISIS-K, pada Agustus 2023. Dia diduga ditugaskan pada musim panas tahun lalu untuk melakukan serangan di Eropa sebagai reaksi atas pembakaran Al-Qur'an di Swedia dan tempat lainnya.

Mereka berencana untuk membunuh petugas polisi dan orang lain di dekat parlemen Swedia di Stockholm dengan menggunakan senjata api dan membuat "persiapan konkret" dengan berkonsultasi erat dengan anggota kelompok tersebut.

"Kedua pria itu melakukan penelitian daring di lokasi tersebut dan mencoba berulang kali tetapi tidak berhasil untuk mendapatkan senjata", kata jaksa.

2. Pembakaran kitab suci di Swedia

Bendera Swedia. (Unsplash.com/Mark König)
Bendera Swedia. (Unsplash.com/Mark König)

Dilansir DW, pembakaran terhadap Al-Qur'an terjadi di Swedia pada musim tahun lalu oleh seorang pengungsi Kristen Irak di Swedia saat demonstran anti-Islam. Hal ini menyebabkan demonstrasi di sejumlah negara Muslim di luar kedutaan asing, beberapa di antaranya berubah menjadi kekerasan.

Menanggapi aksi tersebut, warga Irak mengadakan aksi unjuk rasa sebanyak dua kali di kedutaan Swedia. Pada kesempatan kedua memulai kebakaran di dalam kompleks tersebut. 

Pada bulan Agustus 2023, badan intelijen Swedia menaikkan tingkat ancamannya menjadi empat dari skala lima langkah, dengan mengatakan pembakaran Al-Qur'an telah menjadikan negara tersebut sebagai "target prioritas" bagi para ekstremis.

3. Swedia hukum pelaku pembakaran kitab suci

Swedia awal bulan ini, untuk pertama kalinya, menghukum seorang pria Swedia-Denmark atas tuduhan menghasut kebencian etnis setelah ia membakar kitab suci agama Islam.

Jaksa Swedia berpendapat meskipun pembakaran itu merupakan kritik terhadap konten buku atau agama, yang dilindungi oleh hak atas kebebasan berbicara, tapi dalam beberapa konteks tindakan ini juga dapat dianggap sebagai agitasi terhadap kelompok etnis dan dengan demikian merupakan tindak pidana. 

Kasus pembakaran Al-Qur'an telah memicu kemarahan Turki, satu-satunya anggota Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang mayoritas penduduknya Muslim. Turki menahan upaya Swedia untuk bergabung dalam aliansi pertahanan tersebut. Swedia ingin bergabung karena khawatir dengan invasi Rusia ke Ukraina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us