Jerman Desak UE Jatuhkan Sanksi ke Iran karena Brutal ke Demonstran

Jakarta, IDN Times - Demonstrasi yang terjadi secara meluas di Iran telah menjadi perhatian internasional. Ini khususnya tindakan pasukan keamanan yang menggunakan kekuatan berlebihan terhadap pada demonstran.
Demonstrasi di Iran telah memasuki minggu keempat. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menyerukan kepada Uni Eropa (UE) pada Minggu (9/10/2022), agar menjatuhkan sanksi kepada Iran. Sanksi yang didorong seperti pembekuan aset kepada mereka yang bertanggung jawab atas tindakan brutal para aparat keamanan.
1. Iran berdiri di sisi sejarah yang salah

Demonstrasi di Iran bermula dari kematian Mahsa Amini, perempuan muda etnis Kurdi yang meninggal dalam tahanan polisi moral. Amini ditahan karena dugaan melanggar aturan berpakaian.
Kematian Amini menyulut kemarahan rakyat Iran. Protes segera terjadi secara meluas dan cepat di seluruh Iran. Pasukan keamanan menangani para peserta protes dengan kekerasan sehingga terjadi bentrokan yang mematikan.
"Mereka yang memukuli perempuan dan anak perempuan di jalan, membawa pergi orang-orang yang tidak menginginkan apa pun selain hidup bebas, menangkap mereka secara sewenang-wenang, dan menjatuhkan hukuman mati, berdiri di sisi sejarah yang salah," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dikutip dari Associated Press.
2. Proposal sanksi baru untuk Iran
Puluhan demonstran telah tewas karena terlibat bentrokan dengan aparat keamanan Iran. Aparat juga dituduh telah menggunakan peluru tajam tapi Teheran membantah tuduhan tersebut.
Pada Minggu, Baerbock menyerukan agar UE menjatuhkan sanksi kepada Iran, khususnya kepada mereka yang dianggap bertanggung jawab atas tindakan brutal para petugas keamanan.
Melansir Reuters, Jerman, Prancis, Denmark, Spanyol, Italia, dan Republik Ceko telah mengajukan 16 proposal sanksi baru UE terhadap Iran karena tindakan keras terhadap para demonstran.
"Kepada orang-orang di Iran, kami mengatakan: kami mendukung Anda, dan akan terus melakukannya," kata Baerbock yang juga seorang aktivis feminis.
3. Petinggi Iran lakukan pertemuan darurat
Menteri Luar Negeri Jerman menginginkan UE memberlakukan larangan masuk kepada mereka yang bertanggung jawab atas tindakan brutal aparat keamanan Iran. Dia juga ingin agar UE membekukan aset mereka yang ada di wilayah tersebut.
Di sisi lain, para pejabat tinggi Iran telah melakukan pertemuan darurat. Melansir Deutsche Welle, Presiden Iran Ebrahim Raisi bertemu dengan ketua parlemen dan kepala kehakiman untuk membahas demonstrasi yang terus berlanjut di negaranya.
Pertemuan darurat itu terjadi usai dua demonstran dilaporkan tewas pada Sabtu. Dua korban itu berada di kota Sanandaj dan Saqez.
Dalam salah satu laporan, sekitar 185 orang, termasuk beberapa anak-anak, telah tewas dalam demonstrasi yang berujung kerusuhan tersebut. Meski begitu, protes antipemerintah yang dimulai sejak 17 September, masih berlanjut sampai saat ini.