Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jerman: Jaminan Keamanan Ukraina Kunci Perdamaian dengan Rusia

Ilustrasi bendera Jerman. (unsplash.com/Christian Wiediger)
Ilustrasi bendera Jerman. (unsplash.com/Christian Wiediger)
Intinya sih...
  • Eropa siap kirim 50 ribu pasukan jika gencatan senjata tercapai.
  • Jerman tak akan kirim pasukan, tapi bisa berikan bantuan militer dan dukungan teknis.
  • Pertemuan Putin dan Trump di Alaska tak membuahkan hasil.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Jerman menyebut perlunya jaminan keamanan Ukraina sebagai kunci perdamaian dengan Rusia. Wakil Juru Bicara Pemerintah, Steffen Meyer, pada Senin (18/8/2025) mengatakan bahwa langkah itu perlu diambil untuk memastikan perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan.

”Tujuannya adalah perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan di Ukraina, sehingga jaminan keamanan ini sangat penting," kata Meyer, dilansir dari Anadolu Agency.

Namun, detail terkait mekanisme jaminan yang dimaksud belum dibahas. Ia mengatakan bahwa hal itu memerlukan pembahasan lebih lanjut.

"Ukraina tentu saja membutuhkan jaminan keamanan yang kuat. Persoalan desain spesifiknya sangat kompleks. Tidak hanya ada sejumlah pertanyaan politis, tetapi juga sejumlah pertanyaan teknis yang perlu dibahas secara rinci," tambahnya.

1. Eropa siap kirim 50 ribu pasukan jika gencatan senjata tercapai

Bendera Uni Eropa (unsplash.com/Guillaume Périgois)
Bendera Uni Eropa (unsplash.com/Guillaume Périgois)

Harian Finlandia Iltalehti pada Senin melaporkan, sebanyak 50 ribu pasukan Eropa akan dikirim ke Ukraina apabila gencatan senjata berhasil dicapai. Langkah itu diambil untuk memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina.

Pengerahan pasukan akan dilakukan di bawah pimpinan Inggris dan Prancis. Kehadiran tentara Barat tersebut diharapkan menjadi pencegah efektif agar Rusia tidak melanjutkan invasinya.

Selain itu, pasukan akan mendapat dukungan unit udara dan laut sekutu untuk memastikan perlindungan wilayah udara Ukraina.

2. Jerman tak akan kirim pasukan

Ilustrasi Militer (Unsplash.com/Specna Arms)
Ilustrasi Militer (Unsplash.com/Specna Arms)

Meski demikian, Jerman menegaskan tidak sanggup mengirim pasukan ke Ukraina. Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul, mengatakan bahwa negaranya dapat memainkan peran penting dalam memberikan jaminan keamanan, tetapi tidak memiliki kapasitas untuk menempatkan pasukan tambahan di Ukraina.

"Kami adalah satu-satunya penyumbang pasukan Eropa yang menempatkan brigade siap tempur di Lituania. Melakukan hal itu sekaligus menempatkan pasukan di Ukraina mungkin akan terlalu berat bagi kami," ujar Wadephul, dikutip dari Politico.

Meski begitu, Jerman tetap ingin dilibatkan dalam perumusan teknis jaminan keamanan tersebut. Wadephul menegaskan Berlin siap memberikan bantuan militer maupun dukungan teknis.

3. Pertemuan Putin dan Trump di Alaska tak membuahkan hasil

Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore, free license)
Presiden AS, Donald Trump. (commons.wikimedia.org/Gage Skidmore, free license)

Sementara itu, upaya pembicaraan damai antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Sabtu lalu tidak menghasilkan kesepakatan. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa kesepakatan damai masih jauh dari harapan.

”Anda tidak akan mencapai gencatan senjata atau kesepakatan damai dalam sebuah pertemuan tanpa kehadiran Ukraina,” kata Rubio, dikutip dari Axios.

Akhir bulan lalu, Trump sempat memberikan ultimatum kepada Putin untuk segera berdamai atau menghadapi sanksi berat. Namun, menurut Rubio, tindakan tersebut justru berisiko menghentikan pembicaraan. Ia juga meragukan bahwa sanksi baru akan memaksa Putin menerima gencatan senjata.

"Kita mungkin akan berakhir di posisi itu. Semoga tidak. Karena itu berarti perundingan damai gagal," kata Rubio.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us